Seperti tadi pagi saat ia baru saja berangkat. Jam enam
kurang dua puluh, atau lima belas.
Andini berjalan menghampiri kasurnya. Menghela nafas
panjang. Ada yang mengerti? Bahkan
dirinya pun tidak mengerti,
Andini tahu, dirinya sedang dalam titik tertekan. Bahkan ia
tidak merasa lapar walau makan terakhirnya kemarin siang. Dan ini sudah malam
pada hari berikutnya. Padahal, kadang-kadang malah jam sebelas pagi dia sudah
lapar walau sudah sarapan. Andini tahu dia sedang stress.
Andini mengendarai motornya hanya kisaran kecepatan 30-40. Jarang
sekali sesungguhnya ia mengendarai hanya dengan kecepatan itu. Tapi rasa-rasanya
ia ingin lebih lama duduk di motor. Biar ia menjalaninya pelan-pelan. Biar ia bisa
memarahi dirinya sendiri sepanjang perjalanan. Biar ia bisa bebas berteriak
tanpa seorang pun tahu. Biar ia menangis tanpa ada yang peduli.
Sepanjang jalan.
Bahkan rasa-rasanya ini setelah sekian lama ia menangis
tanpa langsung diseka. Air matanya mongering sepanjang pipi. Rasanya pipinya
menjadi kaku. Aneh.
Kalau kalian tanya Andini kenapa. Dia pasti tidak menjawab. Ia
malu sekali menjawab. Takut menjadi keluh yang berlanjut peluh.
Ia hanya butuh doa, mungkin sampai saat ini. Sampai kalian
berhasil menebak dan tangisnya pecah di bahu kalian. Doakan saja agar kuat dan
sabar selalu Allah anugerahkan untuknya.
Ini sengaja dibuat dobel?
BalasHapusngga sengaja gi, makasih koreksinya :)
Hapus