Sabtu, 06 Desember 2014

Toko Buku (Lagi)


Hari ini, aku baru menyadari : entah sudah berapa kali aku eprgi ke toko buku tanpa membeli buku apapun.
Dan kemudian tanpa sadar perasaan-perasaan itu membuncah. Hadir. Aku jadi berpikir pergi ke toko buku semacam upaya menghadirkan perasaan-perasaan itu lagi. Entahlah, aku tidak pernah secara sadar memikirkannya. Dan tidak pernah secara sadar perasaan itu terlintas di benakku.

Hari ini aku pergi ke toko buku dengan rencana untuk membeli. Buku apa biar kupikirkan nanti sesampai di sana. Bukan pilihan yang bijak sebenarnya karena aku tahu aku masih punya stok buku yang belum dibaca di box bawah ranjangku di asrama.

Tapi sampai sana. Entah, seluruh perasaan itu lenyap seketika. Padahal aku mengantongi voucher pemberian Fahri. Voucher seratus ribu. Maka bukan karena tidak ada uang atau harga buku yang ingin kubeli terlalu mahal untuk kujangkau karena adanya voucher itu.

Entahlah. Entahlah. Entahlah.

Aku memikirkan banyak hal : yang tiba-tiba bermunculan di kepala.

harga buku mahal sekali, ya

buku ini desainnya bagus

buku ini menarik

wah ini buku Rene Suhardono yang waktu itu ngisi seminar Kompas di UGM!

Buku Ollie yang itu belum ada ya? Masih 0 stoknya…

Seri buku Why…. Wah yang ini temanya menarik! Ah, satu saja harganya tujuh puluh lima ribu. Kapan aku bisa beli seluruh setnya?

eh ini buku yang popular dulu di asrama. Belum baca sampe sekarang L kapan ya bisa baca…

aaaah pengen beli serial supernovanya Dee yang masih kover lama. Ah Fit, buku yang sekarang aja masih banyak yang belum dibaca!

eh ini ada 99 Cahaya cover lama. Coba dulu Abi beli di sini, bukan cover film itu yang nantinya ada di rumah.

Waaaa ini buku cerita karyawan Microsoft yang mendirikan Room to Read. Aku baru tahu kalau pendiri Room to Read itu awalnya karyawan Microsoft. Amazing sekali dia memberantas buta aksara di belahan dunia *mupeng pengen beli*

Buku biografi Steve Jobs masih segini harganya. Dulu Arum pernah punya dan bikin pengen baca. Eh tapi kayanya kemarin di Toko Mizan yang di penerbit Bentang ada duadua serinya.

Wah ini buku biografi Hatta satu set sampai tiga buku *habis kagum gara-gara DT nonton MataNajwa tentang Hatta*

Aaaaah ada buku tentang Habibie yang warna-warni *tertarik*

Ah, kapan bisa beli dan disiplin baca banyak buku kayak gitu ya… L
.
.
.
Saya rindu zaman SD di mana saya sering sekali meluangkan waktu untuk baca buku…
.
.
.
Saya ingin jadi penulis
.
Dan untuk jadipenulis harus banyak baca. Saya tahu itu. Ahaha, baca Fit. Baca yang banyak. Liat tuh Kiki. Liat tuh Ditta. Lihat wawasan Mas “Multitalented” Dhama. Contoh Bang Bahtiar. Lihat tuh Andwi dengan bacaan 25 buku dan karyanya yang nyastra. Berguru sama anak-anak sastra. Masih ngimpi jadi penulis kalo bacaan cuma segini?

Mbak Arkandini bilang, kangen kan sama era Helvy Tiana Rosa dan Asma Nadia kala sastra islami tumbuh dan sedang pada puncak-puncaknya?

Belajar Fit. Kamu sudah banyak ketinggalan.

:”

ditulis di Rumah Cahaya, 
dengan banyak buncahan selepas dari Toko Buku dan Perpus Kota Jogja
pukul empat sore entah lebih berapa

2 komentar:

  1. hahaha, sama Fit. Rasanya juga selalu ada buncahan bahagia pas main ke toko buku, walaupun kalau aku beli pun tak tahu mampu baca atau nggak (nggak ngerti artinya --").
    Terutama kalo lihat buku anak-anak yang desainnya selalu bikin :"""" Jadi selalu pengen beli buat diri sendiri atau future daughters & sons hehe
    Selamat menggapai mimpi Fit!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sipirili ! kenapa aku juga mikirnya samaaaaa ahaha. Pengen deh nis jadi penulis buku anak.

      Somehow, nerbitin buku bukan sekedar nerbitin buku.
      tapi itu juga...


      nerbitin impian :"

      Hapus