Rapat Tata Program terakhir, sedih aja rasanya. *ah harusnya rapat fullteam FLP tadi sore juga ada dokumentasinya*
Tata Program; amanat kabinet asrama sesemester ini. Rapat Tata Program rutin sekali setiap bulan. Bahas serius sampe bahasan ngaco. Makan-makan apapun yang dibawa Mas Adi. Bujuk-bujuk dikasih tau pasangan tim sat, kamar terbaru, dan apapun yang ceritnya masih disembunyiin ER, wkwk. Agak-agak konspirasi soalnya ga sengaja se-tim sat juga kita. Aaaaah, terima kasih Tata Program :') Selamat buat Al Fath atas amanahnya jadi kadiv Tata Program lagi gantiin Dodik. Semoga bahagia di semester selanjutnya :')
--at Kantor Rumah Kepemimpinan with Adi Suharyanto, Tri Kartika Sari, Juhainah Intan Maharani Ngithriyah, Al Fath Bagus Panuntun El Nur Indonesia, and Dodik Dermawan
terima kasih juga buat tim super Taprog Srikandi : Devi Lukita Sari, Tadzkia Nurshafira, Farah Uma Mauhibah, Safitri Setyowati. Mohon maaf atas segala ketidaknyamanannya ya :""
Dalam perjalanan singkat antara Stasiun Tugu sampai lampu
merah pertigaan, saya berpikir soal apa definisi baik. Baik dalam artian yang
dipahami secara serentak oleh orang-orang. Baik yang bagaimana yang dibilang
baik. Apa yang terpikir kalau kita menyebut seseorang ini baik. Apakah perilaku yang dilakukantanpa harus berpikir, ini adlah suatu kebaikan?
Saya berpikir di atas motor, sampai helm kawan yang saya antar ke Stasiun Tugu jatuh tepat ketika saya melajukan motor saat lampu hijau. Saya panik. Di tengah keramaian kendaraan melaju saat lampu hijau, helm-yang bukan helm saya jatuh luntang-luntung. saya menepi, tepat di bawah traffic light. di bibir antrian mobil dan motor yang tidak sabar agar lampu kembali merah.
Saya berjalan kaki hendak memungut helm itu di tengah keraguan untuk menyeberang jalan tapi hanya setengah jalan (arena mobil dan motor masih melaju untuk mencapai antrian kendaraan). Hingga sebelum saya sampai, seorang perempuan berkaus rapi dengan gitar di kalungkan di bahunya lebih dulu berani menerabas jalan (yang bukan diisi oleh mobil berhenti pada titik itu), mengambil helm, dan memberikannya pada saya.
Saya tertegun, hanya bisa bilang terima-kasih.
Saya menuju motor dibawah traffic light. Bukan posisi yang wajar apalagi dalam kondisi saya mau belok kanan sementara traffic light itu ada di sebelah kanan, dekat dengan orang-orang yang mau jalan lurus. Tak lama kemudian, mbak tadi menggenjreng gitarnya, bernyanyi. Ia adalah pengamen.
Sebelumnya saya mengeluh karena helm itu jatuh, di tengah rasa letih yang mendera badan.
Tapi detik itu, rasanya Allah habis meenjawab pertanyaan saya.
berkas persiapan acara idul adha di Dusun Kemiriombo, Kulon Progo. ngga tau kenapa dari Kamis minggu lalu pengen ngepos gambar ini, berkas yang kebawa bahkan sampai ke Bogor. persis seminggu lalu saya sama lilis nunggu berangkat di asrama Nakula. Ke lokasi nyampe ashar, kemudian disambut dengan celotehan anak-anak waktu Reza nanya, udah rajin sholat belum? dijawabnya : udah mas,,,(hening sejenak) dalam dua hari! kami tertawa, mereka tertawa.
anak-anak di kulon progo secara garis besar manut-manut. entah karena belum terlalu kenal dan sering main bareng banget cem bocil di kkn atau emang merekanya gitu. Farass yang banayk omong, Umi yang supel, dan adik-adik yang lain. Terima kashi sudah berpartisipasi di acara yang kami adakan. Semoga menjadi adik-adik yang sholeh ya :')
Inilah orang-orang yang selalu membersamai saya di bulan Juli hingga Agustus lalu. Adalah abang Fadhil, Haikal, Mbak Piiyya, Nabil si Ibu Negara, si Ummi Fitri, Rina temen serumahku, Endri Atjeh dan Ibnu si Cimol (maap ya nuu). Saya rindu rapat setiap malam di rumah Pak Kades sama kalian. Saya rindu main UNO sama Suwandy ketika nunggu yang lain belum datang rapat. Saya rindu nyanyi-nyayi di sela-sela rapat. Saya rindu tiap Senin pagi ikut upacara, jadi inget kalau nyamperin Ibnu sama Abang trus bu Marni bilang, “Masih pada tidur”. Saya rindu kelas sore / sekolah bahari sama kalian, di PAUD, di perpus, di pantai dan di dermaga. Saya rindu kita yang saling nunggu satu sama lain kalau mau rapat unit. Saya rindu naik tosa / kaisar di sopirin Abang Fadhil dan kita nahan teriak kalau tiba-tiba ada goncangan atau lompatan. Saya rindu main kartu di atas tosa. Saya rindu nyanyi; “tiga puluh menit kita di sini” atau “kemarin ku lihat awan membentuk wajahmuuu” atau “tetaplah bersamaku jadi teman hidupku” –sountracknya geng cibi kalau lagi nganggur. Saya rindu ngajar TIK sama kalian, nyiapin roll kabel, genset, minjemin laptop. Saya rindu naik siBugar yang akhir-akhir sering kehabisan minyak di jalan malem-malem. Saya rindu naik ghost rider, boti lagi. Saya rindu mendengar kata-kata: segebok tronton, I see, off course, dengerin lagu, oppa, boleh jadi, in case. Saya rindu sama kalian kalau lagi baper-baperan. Saya rindu jadi bagian dari Camar Bulan sama kalian smile emoticon
Camar Bulan adalah keluarga-terlepas beberapa konflik dan eteb-eteban yang terjadi di dalamnya, kami sudah merasa nyaman satu sama lain dengan kebersamaan ini *nanti si Abang sensi banget denger kata nyaman wkwkwk. Uno-rapat tiap malem-upacara SD-adek-adek SD-sekolah bahari-kapal-kapal di dermaga Camar Bulan-kantor desa-pasar-warung andalan-susu clevo-tossa cibi-lagu galau hape Endri-curhatan sebelum tidurnya bakpia, ngeledekin nabil, sebel kalo ngomong sama Ibnu kalo tanggepannya semau-mau, abang yang kadang polos, Deta yang baper, Haikal ahli hiperbola, Rina yang kongkrit.Udah pada sibuk ya sama kegiatan amsing-masing? kayaknya kita perlu raapat keluarga lagi deh, haha.
Kemarin, saya habis ikutan semacam seminar jurnalistik. Yang ngadain pers mahasiswanya FEB. Nama acaranya Equality. saya beberapa kali ikut seminar jurnalistik, tapi bener-bener baru kali ini
yang ada pendekatan litbangnya.
Selain pendekatan litbang yang menarik. Latihan nulis saat seminar juga seru. Jadi kami diminta lihat film Harap tenang, Ada Ujian! yang diputar di ruangan. Film pendek ini dibuat dengan menangkap momen gempa Jogja yang berlangsung 10 hari sebelum UN SD dan 14 hari sebelum Piala Dunia. At that time, saya langsung keinget cerita Farid waktu camprock OTI bahwa gempa Jogja ngefek banget sama kondisi ketika ujian nasional. Saya jadi lebih kebayang lagi. Ngeri juga ya.
Setelah nonton, kami diminta untuk membuat judul, lead, dan paragraf. Terserah pendekatannya yang mana. Dan karena dibolehkan untuk searching-because of ini pelatihan menulis based on litbang. Saya jadi googling kan. Nah...saya takjub deh habis googling.
Film ini film pendek, tapi udah pernah meraih tiga penghargaan dan bahkan ditampilkan dalam festival-festival internasional. FIlm ini selesai di tahun yang sama dengan tahun kejadian gempa. which means pembuatan film ini niat banget. Penghargaan yang didapat juga di tahun yang sama. Saya nggak kebayang dulu pas 2006 itu gimana film ini cepat digarap dengan serius.
terus waktu searching saya juga nemu abstrak dan pendahuluan skripsi yang ngebahas film ini (asik banget ya emang anak komunikasi *envy *agak jadi inget masa lalu). Pada intinya sih si penulis melihat ada kritik sosial sekaligus makna yang terkandung dalam film ini. Saya jadi membayangkan seorang pembuat film itu mikir film ngak boleh cuma luaran doang kalau mau berkualitas. Harus ada makna dan value sekaligus apa yang mau disampaikan pada penontonnya. (saya lihat link ini).
Ini jasil tulisan saya kemarin. Nggak sempet dicek pembicara sih. Cuman sayang dibuang aja, hehehe.
----------
Harap Tenang, Ada Ujian!
Menceritakan Peristiwa, Menyampaikan Makna
Seorang bocah kelas 6 SD
ketakutan melihat relawan asal Jepang yang membantu evakuasi korban gempa bumi
Yogyakarta. Dalam pikirannya, orang Jepang yang datang ke Indonesia hanya akan
melakukan penjajahan kembali, sesuai cerita yang ada pada buku pelajarannya.
Ifa Ifansyah mengangkat peristiwa gempa bumi Yogyakarta dengan caranya
sendiri. Kepiawannya dalam menyutradai film dituangkannya dalam film pendek
berjudul Harap Tenang, Ada Ujian! Film
ini memotret peristiwa gempa Yogyakarta dengan mengangkat dua peristiwa yang
dekat dengan kejadian gempa tersebut, yakni ujian nasional SD yang
pelaksanaannya terjadwal 10 hari setelahnya serta Piala Dunia 2006 yang digelar
14 hari setelahnya.
Adegan demi adegan seolah menyampaikan maknanya masing-masing. Contohnya,
dikisahkan seorang bocah kelas 6 SD yang merupakan korban gempa masih memiliki
semangat yang tinggi untuk belajar menghadapi ujian nasional. Dibacanya
keras-keras sejarah penjajahan Jepang di Indonesia. Semangat ini terus
tergambar hingga ia memiliki rasa pertahanan diri yang tinggi dari relawan
Jepang yang datang untuk membantu. Menyimpan kritik atas sistem pendidikan
Indonesia dengan menunjukkan ketidaktahuan anak-anak dengan menggeneralisir
orang Jepang secara keseluruhan hanya melalui buku cetaknya. Pada akhirnya,
film menceritakan ujian sekolah yang tetap dilaksanakan tepat pada waktunya di
tenda-tenda darurat.
Keseriusan dalam menggarap film ini dibukitkan dari tahun produksi
film yang sama dengan tahun kejadiannya pada 2006. Walau hanya berdurasi 15
menit, film ini dapat menceritakan suasana kejadian dengan baik beserta
siratan-siratan maknanya hingga mendapatkan berbagai penghargaan seperti film
pendek terfavorit JAFF Yogyakarta dan film pendek terbaik FFI pada tahun yang
sama dengan tahun produksinya di 2006.
Judulnya keren banget, padahal saya pengen mengusahakan tulisan ini hanya dimengerti saya sendiri.
Alam semesta seolah berkonspirasi dua minggu belakangan ini. Mulai dari cerita Anggita, Kak Lili, teman dekat semasa kuliah, Bude Ninik, Maryam, Kak Dewina.
Hemh,
Juga Kehadiran Kak Arum kemarin siang.
Alam semesta seperti kompor. Mirip-mirip Abang sama Haikal kalo udah ngeledek di kelompok KKN. Kompor banget. Kompor banget. Tapi, bukan kompor yang ditertawakan.
daftar yang ikut masak-masak. Sayang layar hapenya kekecilan nggak cukup ngescreen semuanya. Lihat, itu udah ngga ada yang pake nama asli. Nggak paham lagi sama kelompok ini, haha.
Lebih suka pas nama grupnya masih Pejuang Temajuk.
Harusnya ngescreennya pas di wasap leptop aja yak. Ngga kepikiran.
Saya mengepos gambar-gambar ini bukan bangga-banggaan sebagai alumni IC. Kalau dibilang anak IC, malahan bisa ngomong : saya mah apalah dibanding mereka *tapi nggak baik deng ngomong gitu*. Saya mengepos ini sebagai perwujudan apresiasi dan penghargaan terhadap struktur IAIC yang baru, Kak Adam dan seluruh jajaran inti.
Bagi kami alumni IC, IAIC adalah keluarga. Barangkali hidup bersama selama tiga tahun sudah terlalu banyak mendekatkan kami --bhkan mungkin melebihi anak KKN saking tau aib-aibnya. Dan saya sangat apresiatif terhadap persaudaraan yang dibangun selama di IC. Tidak hanya sebatas teman sekelas atau seangkatan, bahkan atar angkatan ketika kita masih di IC maupun usai sekolah. Guru-guru yang sering memberi kabar lewat jejaring sosial. Kakak alumni yang punya ide untuk ikutan menggalang dana ketika ada civitas akademika IC yang terkena musibah. Kadang, saya bingung untuk menelusuri titik apa yang benar-benar membuat kami para siswa IC saling terkoneksi satu sama lain. Karena kalau dipikir, sebenarnya banyak juga sekolah berasrama tapi belum tentu semua sedekat ini.
Baiklah, mungkin ini rahmat Allah yang harus disyukuri dari waktu ke waktu.
Di sisi lain, menjadi alumni (sekolah manapun) adalah ujian karena di luar kita akan dikenal sebagai alumni dari sekolah mana yang membuat kita menjadi rpresentasi sekolah kita.
saya ingat dulu guru saya bilang : Habibie ingin kita seimbang antara IPTEK dan IMTAQ. Bukan 50%-50%. Tapi 100% IMTAQ dan 100% IPTEK. :""
catatan : Insan Cendekia Serpong adalah sekolah yang dibiayai Kementrian Agama. Zaman saya sekolah, beasiswa diberikan kepada seluruh anak yang lolos seleksi masuk IC. Beasiswa yang diberikan meliputi biaya pendidikan (IC pernah bayar full dan kalo bayar saya ga masuk sana kayanya soalnya mahal banget), biaya seragam-termasuk jas almamater dan jas lab, biaya asrama, biaya makan, biaya suplemen (sampe kelas X doang sih waktu saya), biaya DIPA buat kegiatan OSIS, biaya eskul, dan berbagai fasilitas : band sekolah, klinik (saya scaling gigi gak bayar lho ;)), fitness, serta kegiatan lainnya.
Insan Cendekia adalah salah satu nikmat terbesar yang Allah beri buat saya dan hal ini memiliki konsekuensi logis bahwa kita kelak harus enar-benar seperti apa yang disebut dalam infografis ini dengan LEPAS LANDAS. Melesat untuk meraksasa.
IAIC. Dekat, bermanfaat. Merentang ukhuwah, menebar arti peduli.
Kalau jadi kakak mentor, kita nggak hanya memberikan ilmu. Tapi kita harus make sure bahwa dia pemaknaannya juga dapet.
-Ammah Intan, pada suatu KIP, dengan redaksi yang seidkit berbeda.
Karena bahkan soal ihdinashshiratal mustaqim saja tidak pernah semudah ucapannya. Itu permohonan, yang jika dirasakan dari hati, menunjukkan penghambaan untuk meminta ditunjukkan jalan yang lurus selama hidup ini.
Rasanya udah lama banget nggak ngeblog-dengan tulisan yang lebih niat dan diniatkan. Actually, banyak yang pengennya saya tuang ke sini. Haha.
Jadi saya barusan aja evaluasi RK(Rumah Kepemimpinan-nama bau PPSDMS NF, ngebiasain nyebut RK ceritanya). Dan kemudian berpikir bahwa banyak hal yang emang harus disiapin untuk dunia pasca kampus.
Gerak Fit! :')
Saya berazzam nulis lebih banyak dan serius nih di blog ini, cerita sih bukan esai atawa fiksi, tapi intinya, cerita hal-hal yang sudah dilewati. Buat apa Fit? Buat latian nulis aja *pasangmukabetehaha* :P