Kemarin, saya habis ikutan semacam seminar jurnalistik. Yang ngadain pers mahasiswanya FEB. Nama acaranya Equality. saya beberapa kali ikut seminar jurnalistik, tapi bener-bener baru kali ini
yang ada pendekatan litbangnya.Selain pendekatan litbang yang menarik. Latihan nulis saat seminar juga seru. Jadi kami diminta lihat film Harap tenang, Ada Ujian! yang diputar di ruangan. Film pendek ini dibuat dengan menangkap momen gempa Jogja yang berlangsung 10 hari sebelum UN SD dan 14 hari sebelum Piala Dunia. At that time, saya langsung keinget cerita Farid waktu camprock OTI bahwa gempa Jogja ngefek banget sama kondisi ketika ujian nasional. Saya jadi lebih kebayang lagi. Ngeri juga ya.
Setelah nonton, kami diminta untuk membuat judul, lead, dan paragraf. Terserah pendekatannya yang mana. Dan karena dibolehkan untuk searching-because of ini pelatihan menulis based on litbang. Saya jadi googling kan. Nah...saya takjub deh habis googling.
Film ini film pendek, tapi udah pernah meraih tiga penghargaan dan bahkan ditampilkan dalam festival-festival internasional. FIlm ini selesai di tahun yang sama dengan tahun kejadian gempa. which means pembuatan film ini niat banget. Penghargaan yang didapat juga di tahun yang sama. Saya nggak kebayang dulu pas 2006 itu gimana film ini cepat digarap dengan serius.
terus waktu searching saya juga nemu abstrak dan pendahuluan skripsi yang ngebahas film ini (asik banget ya emang anak komunikasi *envy *agak jadi inget masa lalu). Pada intinya sih si penulis melihat ada kritik sosial sekaligus makna yang terkandung dalam film ini. Saya jadi membayangkan seorang pembuat film itu mikir film ngak boleh cuma luaran doang kalau mau berkualitas. Harus ada makna dan value sekaligus apa yang mau disampaikan pada penontonnya. (saya lihat link ini).
Ini jasil tulisan saya kemarin. Nggak sempet dicek pembicara sih. Cuman sayang dibuang aja, hehehe.
----------
Harap Tenang, Ada Ujian!
Menceritakan Peristiwa, Menyampaikan Makna
Seorang bocah kelas 6 SD
ketakutan melihat relawan asal Jepang yang membantu evakuasi korban gempa bumi
Yogyakarta. Dalam pikirannya, orang Jepang yang datang ke Indonesia hanya akan
melakukan penjajahan kembali, sesuai cerita yang ada pada buku pelajarannya.
Ifa Ifansyah mengangkat peristiwa gempa bumi Yogyakarta dengan caranya
sendiri. Kepiawannya dalam menyutradai film dituangkannya dalam film pendek
berjudul Harap Tenang, Ada Ujian! Film
ini memotret peristiwa gempa Yogyakarta dengan mengangkat dua peristiwa yang
dekat dengan kejadian gempa tersebut, yakni ujian nasional SD yang
pelaksanaannya terjadwal 10 hari setelahnya serta Piala Dunia 2006 yang digelar
14 hari setelahnya.
Adegan demi adegan seolah menyampaikan maknanya masing-masing. Contohnya,
dikisahkan seorang bocah kelas 6 SD yang merupakan korban gempa masih memiliki
semangat yang tinggi untuk belajar menghadapi ujian nasional. Dibacanya
keras-keras sejarah penjajahan Jepang di Indonesia. Semangat ini terus
tergambar hingga ia memiliki rasa pertahanan diri yang tinggi dari relawan
Jepang yang datang untuk membantu. Menyimpan kritik atas sistem pendidikan
Indonesia dengan menunjukkan ketidaktahuan anak-anak dengan menggeneralisir
orang Jepang secara keseluruhan hanya melalui buku cetaknya. Pada akhirnya,
film menceritakan ujian sekolah yang tetap dilaksanakan tepat pada waktunya di
tenda-tenda darurat.
Keseriusan dalam menggarap film ini dibukitkan dari tahun produksi
film yang sama dengan tahun kejadiannya pada 2006. Walau hanya berdurasi 15
menit, film ini dapat menceritakan suasana kejadian dengan baik beserta
siratan-siratan maknanya hingga mendapatkan berbagai penghargaan seperti film
pendek terfavorit JAFF Yogyakarta dan film pendek terbaik FFI pada tahun yang
sama dengan tahun produksinya di 2006.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar