Suatu hari di belakang, saya pernah berpikir begini.
Ada sepuluh ribu mahasiswa baru UGM ssetiap tahunnya. Itu berarti
ada 10.000 janji kebaikan baru untuk Indonesia setiap tahunnya setidaknya, dari
UGM saja. Baru dari UGM.
Kemudian kala itu saya pernah bertanya pada teman saya mahasiswa
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran. “Berapa jumlah mahasiswa baru pendidikan
dokter setiap tahunnya?”
Teman saya menjawab, hampir dua-ratusan lah.
Saya membatin, berarti setiap tahunnya, minimal negeri ini
punya nyaris dua ratus calon dokter baru dari UGM. Baru dari UGM. Saya tidak
bisa membayangkan betapa sebenarnya negeri ini kaya akan banyak calon dokter
baru yang siap membantu masyarakat dalam masalah kesehatannya. Banyak sekali,
lho, pasti calon dokter di Indonesia.
Hari ini, ketika hari wisuda UGM gelombang ketiga. Saya mengingat
perckapan saya kemarin dengan seorang kakak tingkat yang akan diwisuda hari
ini.
“Berapa jumlah wisudawan besok, Mbak?”
Kakak itu menjawab. “Seribu-sembilan-ratus.” Saya ternganga.
“S1 doang?”—maksud saya tentu saja tidak termasuk S2 dan S3?
Saya melupakan ada D3 kala itu.
“Iya S1 aja Fit. Nggak sama D3.”
Saya kaget karena tadi kalimat saya menanyakan S1 saja
adalah include D3—yang tidak terpikirkan itu.
Saya membatin, ada seribu-sembilan-ratus sarjana hari ini. Seribu
sembilan ratus intelektual yang menjadi harapan baru bagi Indonesia. Seribu-sembilan-ratus
tangan yang seharusnya siap membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik lagi.
Ah, berapa banyak sarjana yang sudah lulus sejauh ini? Berapa
banyak yang bisa membawa kebaikan bagi bangsa ini?
#selftalk #liatcermin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar