Nak, kelak kalau kamu dewasa dan berbeda pendapat dengan ayah,
ketahuilah bahwa Ayahmu adalah satu dari dua yang sangat mencintaimu di dunia ini-tentu saja selain ibu.
Ibu terbersit kalimat ini, dan kelak kalimat-kalimat setelahnya, saat kamu berusia 36 atau 40 minggu di dalam kandungan-ibu sedikit lupa. Tapi sepertinya 40 minggu karena rasanya seperti baru saja kemarin.
Ibu kadang suka berpikir, baik sekali ya ayahmu. Mau mengantar ibu ke mana-mana. Kontrol ke dokter, bidan, senam hamil, dan lain sebagainya. Mengantar ke yang dekat dan yang jauh. Menunggui sekian lama dengan sabar dan mencari sendiri aktivitas tunggunya. Atau pergi pagi demi nomor antrian jaminan sosial yang terus terang-menyebalkan tapi sayang jika tidak digunakan.
Ayah yang mengusahakan berbagai buah-buahan, nutrisi, vitamin yang disarankan. Meminta minum susu, air kelapa, dan segala kerelaaannya membelikan makanan yang dibutuhkan-kadang-kadang juga yang diingiinkan. Ayah yang menyapamu sejak dalam kandungan. Ayah yang kesal karena ibu terlalu santai memikirkan hal-hal yang seharusnya sudah waktunya dipikirkan. Dan juga Ayah yang barangkali menahan kesal dan gemasnya dengan pikiran-pikiran ibu yang seharusnya tidak perlu.
Ayah yang ibu tebak memikirkan keuangan, tapi berusaha tak ditampakkan. Ayah yang mau mengusahakan yang terbaik demi kenyamanan kita menuju persalinan. Ayah yang mau menggunakan nyaris setiap akhir pekan untuk memastikan kamu baik-baik saja, atau ibu memberdayakan diri demi kamu yang baik-baik saja dan lancar ketika persalinan.
Ayah yang berupaya menenangkan Ibu saat panik ketika tau kondisimu tidak optimal. Ayah yang menghibur Ibu saat kondisi hati seperti jungkir balik. Mempersilakan ibu memilih makanan yang ibu suka, padahal ibu perhitungan sekali kala itu. Ayah yang mencari jalan dan mau berupaya mencari second opini jauh-jauh demi ketenangan ibu dan posisimu yang baik. Ayah yang mau berupaya agar kita bisa melalui persalinan normal. Ayah yangbarangkali semakin akhir kehamilan berupaya keras agar Ibu tidak kesal padanya agar (lagi-lagi) kamu baik-baik saja dalam alam rahim sana. Siap mendatangi semesta dunia dengan sebaik-baik kondisi.
Nak, kelak besar, sebagaimana jutaan anak di muka bumi ini, tentu saja ada kemungkinan kamu berbeda pendapat dengan Ayah. Atau kesal. Atau tidak setuju. Atau marah.
Tentu Ibu harap tidak terjadi. Tapi bila itu maklum dan wajar adanya, semoga sedikit saja porsinya ya.
Sediakan ruang hati untuk mengenal sosok Ayah yang luas sekali hatinya untuk mencintaimu sejak kamu masih dalam kandungan. Ayah yang senantiasa mengharapkan keselamatanmu. Ayah yang menyayangimu lewat tingkah laku dan kata-katanya. Saat engkau bertumbuh dan emosi muncul, mungkin tidak mudah mengenalinya. Namun, semoga komunikasi dan kasih sayang selalu memenuhi ruang hati dan rumah kita agar senantiasa merasakan hembus nafas kasih sayang yang kadang rupa-rupa bentuknya.
Tentang Ayah, Nak. Ia selalu mencintaimu. Percayalah. Bahkan kalau ibu tangkap dari tulisan yang pernah dibuatnya, ia mencintai calon anaknya dari sebelum ibu menjadi calon ibumu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar