Kadang-kadang saya nggak ngerti makna dedikasi, makna profesionalitas yang sering saya lihat fenomenanya di sekitar saya. Dan al ini beberapa kali membuat saya merasa gemas atau geram. Jujur saya mengakui bahwa saya pun juga belum sampai pada tahap itu. Saya juga masih belajar.
Begini, di mipa sendiri banyak banget UKM yang ada. Siapapun bebas mengikuti oprecnya, walaupun proses seleksinya berbeda-beda dan pasti ada yang lolos dan ada yang tidak. Tapi kembali ke asal, siapapun boleh mengikuti, mendaftarkan dirinya di mana saja ia suka.
Semakin banyak amanah yang dipegang, maka semakin besar pula kesempatan bagi kita untuk mengecewakan orang lain.
Kalimat itu yang tersirat suatu ketika di perjalanan pulang dari kampus seminggu yang lalu. Benar kata-kata hadits yang dulu pernah saya dengar itu. Amanah adalah suatu hal yang paling berat. Yang ironisnya sungguh terkadang kita tidak menyadarinya, saya perbaiki,
tidak setiap saat kita menyadarinya.
"Fit, kumpul kemarin bicarain apa?"
"Aku nggak dateng, kamu juga nggak dateng?" Saya nggak bisa datang pada kumpul suatu sore beberapa hari yang lalu itu. Saya ada janji duluan dengan dosen.
"Aku juga nggak dateng. Males e. Lupa aku kalau ada rapat. Aku malah baru buka smsnya jam setengah enam."
"Oooh..."
"Iya, lama-lama males e Fit, liat aja nanti aku gini, gini, terus juga keluar" tangannya membentuk suatu garis lurus yang lama-lama membelok, keluar jalur.
*saya mendesah dalam hati*
Suatu kali yang lainnya.
"Fit, kamu ikut LDK(latihan dasar kepemimpinan, semacam upgrading)?"
"Iya insya Allah, kenapa? Kamu gimana?"
"Aku nggak ikut Fit, capek. Sabtu Minggu selama tiga minggu terakhir aku nggak ada di rumah terus, nggak enak sama Bapak Ibu. Nanti kalau aku dikeluarin juga nggak papa."
Entah mengapa saya merasa seperti agak tertohok. Ah, kalau kamu sadar masalah dikeluarkan dan mengeluarkan bukan cuma gara-gara nggak ikut LDK, temanku sayang. Kalimat itu membuatku tersadar bahwa dia emang udah nggak niat lagi ikut organisasi ini.
Bahkan kalau boleh jujur, saya juga sebenarnya belum merasa nyaman berada di sini, di perkumpulan yang saya bicarakan ini. Ada kalanya saya benar-benar menginginkan organisasi ini seperti sebuah keluarga. Kecil dan hangat. Tapi belum, entah mengapa. Tapi bukan berarti mengakhirinya dengan berkata tidak ikut untuk bahasa halus mengharap dikeluarkan, bukan? Saya pun minggu-minggu sebelumnya punya agenda. Himaprodi saya yang kunjungan ke ITB, PRH, saya sesungguhnya juga lelah dan ingin meminta jeda.
Tapi saya sadar, ini juga bagian lain dari tanggung jawab.
"Aku juga sebenarnya minggu-minggu kemarin selalu diluar terus, tapi alhamdulillah minggu ini bisa. Kamu nggak akan dikeluarin kok kalau cuma nggak ikut LDK doang :) ."
Saya cuma bisa balas smsnya dengan bilang begitu.
Suatu kali yang lain.
Pernah mengalami janjian ngaret? Pasti pernah. Saya juga pernah. Tapi rasa-rasanya baru kali ini janjiannya telat sampai satu jam.
Kala itu, saya benar-benar nggak ngerti dedikasi standar "ini".
Baiklah, ini bukan janjian antara dua orang. Ini suatu acara, yang di posternya terpampang tulisan 17.00. Kalau boleh jujur, siapa yang nggak pengen memilih istirahat dan melakukan quality time buat dirinya sendiri (meski nggak ada yang jamin waktu buat diri sendiri itu quality time sih). Ngusahain banget dateng pas jam segitu. Ruangannya bahkan masih ketutup. Baiklah saya tunggu, saya memilih kursi di pinggir ruang M yang sebenarnya tidak terlalu kelihatan dari ruangan kumpulnya. Setengah jam berlalu, ada yang buka ruangannya, tapi cuma sekadar ngecek aja.
Jam enam kurang, mulai terlihat beberapa orang. Ada kakak tingkat yang menanyakan, "Loh, kalian nggak ikut makan-makan?" Rupanya ia mengira divisi kami makan-makan, padahal sesungguhnya yang makan-makan beberapa teman kami yang kebetulan memang satu divisi. Sejujurnya saya sempat kaget, setahu saya beberapa teman selesai praktikum hari itu jam lima. Dan mereka masih sempat makan-makan? Aduh, rasanya miris banget kalau gitu. Semoga nggak beneran deh beritanya.
Ketika mereka datang, salah seorang ngomong gini, kalau kita nggak dateng yang 2012 cuma dia, dia, dia, dia (nunjuk beberapa orang yang udah dateng lebih dulu). Ah, geram sekali rasanya.
Saya kadang nggak ngerti sama standar dedikasi. Sejujurnya kalau masalah berkorban, mungkin saya memang sedikit banyak berkorbannya. Kalau teman yang lain mungkin banyak yang jualan malem-malem, ngorbanin ke mana lah, beli apa lah. Di sisi lain saya juga nggak ada kendaraan yang bisa memuat leluasa buat kemana pun pergi, sih. Atau belum ada yang mengajak mungkin?
Saya juga mungkin biasa-biasa saja. Ada pelatihan OLC dan persiapan acara nggak lantas membuat saya mengorbankan OLC demi acara. Kenapa? Setelah bayar selayaknya kursus, bagi saya OLC kayak kuliah juga.
Iya, saya juga masih kurang pada derajat itu. Saya masih menempati porsinya, sejujurnya. Belum bisa lebih, maaf. Saya harap pada beberapa hal, semoga kita bisa sama-sama mengerti makna dedikasi :)