Jadi hari itu seorang teman Rusia saya ulang tahun ke-20. Kami diundang ke kamarnya pukul delapan malam, yang kemudian mundur jadi setengah sembilan atau pukul sembilan-lupa. Saya dan beberapa teman yang belum pernah ikutan keluar bareng buat cari makan menganggap ini sebagai salah satu cara untuk bisa membaur di waktu kosong karena biasanya kita bisa membaur cuma pas kelas lecture atau agenda kampus lainnya. Soalnya yang lain seringnya keluar buat cari makan dan kita tau banget lah ya makanan yang dicari kan beda banget. Ketika kita cari makanan halal yang kriterianya super susah karena kita masih ngga tau medannya dengan jelas, mereka cari apa yang mereka pengen tanpa pertimbangan apapun, atau mampir di tempat yang seketemunya. Jadilah bagi kami yang jarang keluar buat cari makan bareng benar-benar mengagendakan acara ulang tahun ini sebagai momen kebersamaan.
Saya turun ke lantai 5 dan lagu "happy birthday" udah dinyanyiin. "Ah, kamu telat. Kuenya udah habis!" kata temen saya ketika ngeliat saya dan temen Indonesia yang baru keluar dari lift. Saya bersyukur dalam hati. Kalo kuenya masih ada saya juga bingung gimana mastiin halal dan mungkin ga enakan banget kalo nolak di depan yang ulang taun itu.
Kami masuk ke satu kamar yang dikorbankan jadi lokasi party. Kasur hotel udah diberdiriin. Kursi-kursi dibawa dari kamar yang dekat. Jendela hotel dibuka. Ada yang duduk di jendela. Gelas-gelas bertebaran di meja dan genggaman. Balon happy birthday udah dipegang temen saya.
Saya masuk ruangan dan...seisi ruangan lagi ngomong dengan begitu semangat.
"Drink, drink, drink, drink!"-terus semua orang yang ada di dalam memaksa temen saya yang ulang tahun buat minum alkohol. Karena ini ulang tahun dia ke-20 dan usia inilah usia legal buat minum alkohol di Jepang.
"So now you are already legal to drink in Japan!" temen saya yang lain bersorak. Ditanggapi dengan teriakan bahagia yang lainnya.
Saya masih kaget dengan apa yang saya liat di depan muka.
*Duh, maafkan kealayan ini ya. belom pernah liat orang minum soalnya.
Kami yang datang dipersilakan duduk. Speechless masihan. Yang lain sangat so-friendly banget mempersilakan kita.
"So, now we must have a drinking game!"-temen saya.
*oh men saya shock. game macem apa lagi ini*
temen-temen bersorak.
Intinya ada game tepuk-tepuk gitu. Kalau tepuknya begini nanti ke arah kanan, kalau tepuknya arah sebaliknya nanti arahnya arah kebalikan. Kalau tepuknya begini berarti loncat satu orang, gitu-gitulah. Barangsiapa yang salah maka ia harus menanggung akibat untuk minum.
*kita yang ga minum shock*
Terus temen saya anak Australia tiba-tiba mengeluarkan pertanyaan, "Anyone here who doesn't drink?"
Saya kira itu pertanyaan yang menyelamatkan. Beberapa anak Indonesia angkat tangan.
"Okay, dont worry. Dont worry. Because, when you do a mistake, he will drink for your mistake." temen Australi nunjuk ke temen Rusia yang ulang tahun.
*oh men saya mulai panik-________-
soalnya saya keinget hadits yang intinya siapa yang menuangkan, menjual, dan lainnya saya lupa, dosanya sama kayak yang minum. Ini lagi kesalahan kita bikin orang lain minum, saya pikir ini termasuk dalam yang disebut di hadits itu meskipun saya lupa redaksi panjangnya.
"How if you always make a mistake so we will let him drink and drink anymore?!"-teman saya dari negeri gajah, ketawa. Berharap temen saya yang ulang tahun mabuk malam itu.
Kalau kita bawa air masing-masing mungkin kita bisa minum apa yang kita bawa. Tapi ini time limit.
Terus saya panik dan ngechat orang bahkan grup minta ditelepon.
*duh maafkan kealayan dan kepanikan ini.
menjelang satu menit, tidak ada respon.
akhirnya saya pura-pura telepon orang dan memilih keluar kamar hotel itu. Sampai luar saya baru usaha beneran nelpon orang dan cerita sepuas-puasnya pake Bahasa Indonesia. Yang mana kalau ada orang Indonesia keluar masuk saya kana reflek ganti topik bahasan sama sesuatu yang berbau urusan kampus *maafkan sungguh kepura-puraan alibi ini
at that time, sesungguhnya saya panik banget, karena baru pertama kaliii banget ngalamin pesta minum-minum depan kepala sendiri. dan karena nggak bawa amunissi minuman sendiri terus kalo kena harus meminta orang lain minum.
"kamu nggak bawa minum aja Fit?"
"udah kacau pikiran aku, tadi mikir gitu juga tapi kayak udah mau mulai gitu dan kami sserasa terperangkap di ruangan." -padahal sayanya juga bisa keluar kamar sih.
"selo aja tapi Fit. Mereka biasanya nggak terlalu mempermasalahkan dan ga baperan kok kalo misal kamu nggak ikut. emang mereka kayak kita apa-apa dibawa baper?"
"iya ya?"
Pada akhirnya saya masuk lagi dan permainan tepuk-tepuk itu hampir berakhir dan mereka segera googling untuk meneukan varian drinking ame yang lebih menarik dan asik.
kemudian kami pun hanya menonton.
.
.
.
.
kemudian temen saya dari negara yang sama dengan yang ulang tahun, dengan bangganya mengeluarkan vodka, alkohol 40% itu dari tasnya.
.
.
belum sempat melihat vodka itu dibagi-bagi, jam sepuluh lebih sedikit kami izin duluan kembali ke kamar. Alibi banget lah temen saya bilangnya kita mau istirahat. Tapi kita juga bingung mau ngapain lagi di sana cuma liat orang minum-minum dan ketawa-ketawa.
menjelang setengah dua belas dari kamar, kami mendengar mereka cari bar.
.
.
.
Ada perbedaan kultur yang terasa sekali di sini. Juga mindset.
Besoknya pas saya ngobrol sama temen saya yang bawa vodka. Dia bilang di negaranya umur 18 tahun udah boleh minum soft alcohol. Kalau 20 baru boleh minum yang lebih kuat, vodka 40% alkohol itu kategori yang udah kuat. Dan itu emang biasa di negara dia. Cuma kalo mau minum nggak boleh di jalanan bebas dan dia nggak mau minum terlalu sering karena dia sadar itu akan merusak organ dalam dia.
"But i was drank yesterday, and also the day before yesterday, and also the day before. I drank this three days."
"So do you want to drink anymore this night?"
"I think...no. It is too much drink in this three days ."
***
Bagi kita yang anak Indonesia, kita akan merasa bahwa kalo orang minum, kita akan begitu mudah melabeli orang minum di Indonesia sebagai orang yang pergaulannya bebas, tidak mau diatur, bandel, males kuliah, nggak serius, dan lain sebagainya.
Tapi temen-temen yang saya lihat di sini, yang minum. Saya melihat mereka ada yang belajarnya rajin, antusias, pdkt sama dosennya oke, dan lain sebagainya. Pada akhirnya saya menyadari bahwa mindset tumbuh dan mempengaruhi bagaimana kita memandang orang lain. Toh temen saya waktu saya tanya-tanya tentang kebiasaan minum di negaranya dia menjawab dengan sangat enteng, PD, dan bahagia karena itu memang budaya di negaranya. Teman saya yang lain, ketika tugas kelompoknya sudah cukup berprogress, malam berikutnya dia nggak mau kumpul kelompok karena mau merayakannya dengan minum di kamarnya. Ya semudah itu memutuskan untuk minum. Coba di Indonesia-atau mungkin saya yang nggak tau dan terlalu kuper aja ya-_-, masih malu kali ya kita ngeshare ke orang lain kalo habis minum-minum gitu. Meskipun saya tau sih, tentu saja ada mahasiswa yang minum. It's just not common here.
Waktu saya ngobrol sama Kak Nita, senor yang pernah exchange satu tahun ke Jepang, kakaknya bilang biasanya orang Asia masih deket kulturnya sama kita. Tapi ya mungkin lagi pasnya aja orang Asia yang ikut program ini, selain dari Indonesia, pada minum juga. Pas ngobrol sama Maryam yang pernah ikut acara kayak gini di Indonesia, ternyata anak-anaknya juga nyari alkohol yang dari Indonesia. Hmm, mungkin penasaran rasanya.
Pada akhirnya saya mendapatkan dua poin.
Bahwa kita memang benar-benar tidak bisa menilai orang lain dari satu sisi saja.
Dan, betapa masih banyak PR kita menebarkan rahmat Islam ke seluruh penjuru dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar