Sabtu, 09 November 2024

Gagal

Gagal itu enggak apa-apa. 

Merasa sedih juga enggak apa-apa. 

Gagal juga bisa dirayakan, kalau kamu mau. Menghabiskan waktu bersama yang kamu sayangi, menikmati makanan murah meriah pinggir jalan. Ditemani bersama-sama, ada mereka yang kalah-menangmu tetap mendukungmu, kadang-kadang lebih dari cukup. 

Aku ngerti kamu punya keinginan, yang di saat yang sama, hadir bersama ketakutan, kekhawatiran, rasa minder, 

tapi aku juga tahu kamu enggak mau nyerah tanpa nyoba, 

buat orang-orang yang kamu sayang, kalah-menang, lulus-enggak, nggak akan mengubah definisi menyayangimu.

dari POV-nya Allah, usaha dan proses menjalani seluruh proses punya nilai yang lebih berharga ketimbang hasil. 

Kalau kamu tahu, dan yakin, bahwa memasrahkan semua kekhawatiran dan kebingungan pada Allah sudah jadi puncak pengalihan kegelisahan

dan mau terus berusaha berjuang, meski suka banyak kerikil menghadang, 

dan kamu paham betul yang kamu perjuangkan bukan buat dirimu sendiri, you have your own bigger purpose, to show Islam's light in your own way. 

Somehow, masa Allah nggak akan bantu? 

Kalaupun bukan jalan yang lagi diperjuangin saat ini, Allah akan kasih jalan lain. 

Tugasmu hanya yakin. Berserah, pasrah, berusaha, sebaik-baiknya. Memohon, seberat apapun rasanya. 

Sejauh ini masa mau nyerah? Capek nggak apa-apa. Istirahat nggak masalah. 

Tapi jangan pernah lelah buat terus berusaha ditemenin Allah, dalam segala lika-liku perjalanannya. 

  -Aku yang takut, November 2024. 


Minggu, 03 November 2024

Random

 "I am tired of being strong." 

A thought came to my mind. Not for the first time, I guess. However, this sentence wraps up the past two weeks. Despite the ups and downs of struggling, unstoppable activities, and feelings of keep trying and did not get the result yet. *sigh

#####

Bagaimana bahasa menyampaikan rasa? 

Bagaimana gabungan kata terima dan kasih bisa menyampaikan ungkapan syukur sekaligus penerimaan di saat yang sama. Bagaimana dua frasa ini, dalam versi terjemahannya di seluruh dunia, bisa punya keterikatan rasa dan pemaknaan yang dalam jika tidak sekadar diucapkan sambil lalu, tetapi diresapi, terutama ... jika diucapkan untuk diri sendiri. 

Terima kasih. 

It sounds like, please accept my expression, how I  love you expressed a combination of keep going, no matter how hard the day is, how tired your body is to maintain your energy, and how noisy your brain is. Furthermore, how to always try to accept every role and every surprise thing, especially those that are beyond your control.  

And you and I are the same person: still, yourself.




Senin, 28 Oktober 2024

Kehidupan, dan sawang sinawangnya.

Kehidupan, dan perjuangan tiap orang yang nggak pernah kita tahu detailnya. 

Kehidupan, dan rasa syukur yang perlu terus diupayakan.


Kamis, 19 September 2024

Kecil

Setelah merasa tidak banyak membandingkan hidup dengan orang lain kecuali urusan karya, datang juga hari ini. 

Nggak tahu bagaimana mulanya, tapi kayak, tiba-tiba aku auto merasa kecil, bahkan miskin. 

Ih geura padahal mah banyak nikmat yang udah Allah kasih. Manusia, manusia. Malu sebenarnya nulis dan merasa gini juga. 

Tapi, perasaan kan valid. Dengan seluruh dinamika yang aku rasakan. Aku benar-benar gak nyaman merasa seperti ini. Tadi page ini sudah kututup. Tapi tak tenang. Kubuka lagi akhirnya. Aku butuh memproses perasaan ini agar tidak jadi singa tidur dalam diri. Kalau belum kulepaskan, aku hanya cari pelarian dengan aktivitas lain atau memaksa tidur.

Di tengah kesepian dan kesibukan fana yang kubuat-buat, kalimat-kalimat itu datang juga. Menjadi dewasa di era kapitalisme memang persoalan besar. Sudut pandang manusia, cap 'pinter cari uang' skala manusia. Ah, capek. 

Sepanjang perjalanan pulang aku hanya diam. Menyiksa diriku sendiri sekaligus menguatkan diri. Kalimat-kalimat yang baru kudengar kuputar ulang di kepala. Bibit-bibit yang merayapi hati kuurai lagi, kuobati lagi, kuurai lagi, kuobati lagi. Sampai memaksa bicara karena takut Kaisa ketiduran di jalan.

Ya Allah, jadikan aku hamba yang selalu merasa cukup dengan memilikiMu. 




Senin, 16 September 2024

Growing - Tumpahan Pikiran Sesore-Malam 15 Sept 2024

Her.

My daughter is growing. And also my heart. 

My mind discovers my past. Finding myself beneath all my struggle and sorrow. 

===

Sore ini Kaisa mengajakku main anak-anakan. Kaisa dengan anaknya, seekor oneka unicorn bernam Loli-Lolipop. Dan aku bersama Buci, boneka beruang wisuda punya tantenya. 

Aku memperhatikan bagaimana ia memperlakukan anaknya, dan menyadari bahwa itu semua bagaimana ia menyerap interaksi ibu-anak yang terjadi di antara kami. Hatiku terharu menyadari semua berlalu dengan begitu banyak hal membekas yang kadang tak disadari. Kerunyaman hari, ketidakstabilan emosi, parenting is so big thing for me. 

Aku melihat anakku memperlakukan anaknya dengan sangat baik, penuh kelembutan dan kasih sayang. Air mataku kutahan kuat-kuat. Anakku tumbuh, dan berkembang. Lalu aku merefleksi seluruh masa lalu yang kulewati bersamanya. Kusebut masa lalu padahal baru 4 tahun hidup bersamanya. Empat tahun yang mengubah dan memperjuangkan banyak hal-untuk tak bilang mengorbankan. Empat tahun aku berjuang beradaptasi dengan segala motherhood ini-dan begitu juga dengannya. Empat tahun yang menumbuhkannya sebagai seorang anak, sebagai seorang individu, sebagai seseorang yang mengetahui baik buruk versinya-versi keluarga kami, sebagai seseorang yang gaining knowledge dari interaksi harian kami. 

My daughter is growing. 

Aku mengingat fase-fase berat melewati adaptasi di awal menjalani peran sebagai ibu. Juga fase-fase berat saat ini yang kadang membayang. Bayangan yang tidak perlu dan melawan diri sendiri. Ah Nak. 

Cerdasmu, riangmu, celotehmu, kadang kutahu hal-hal itu kelak akan kurindukan. Sangat. Meski kadnag di saat yang sama pula aku tak berimbang membersamaimu. Aku melihatmu ingin meraih perhatianku dengan permainan tadi. Dengan cara dan strategi yang baru. Boneka-boneka itu merepresentasi perasaanmu, barangkali. Atau hanya tebakan dan cocoklogiku saja? Entahlah, siapa yang tahu. 

Hei Nak, kehidupan kadang berjalan tak menyenangkan dan tidak terasa menyenangkan. Ibu juga kadang menangis atau merasa tak nyaman karena suatu hal. Tak mudah, terus berjuang. Ah, apapun yang muncul di benak kutulis saja walau rasanya tak beraturan. 

Menyenangkan melihatmu tumbuh dengan kecintaan pada dua hal, buku atau membaca, dan menggambar. Merunut balik proses kita sampai di titik ini. Ah, entah bagaimana rasanya menggambarkan perasaanku. Kebanggaanmu menunjukkan buku demi buku di telepon, pertanyaan spontanmu, imajinasi yang kau tuangkan di atas kertas dengan definisimu sendiri. 

Aku mengingat hari-hari panjang di masa lalu ketika menyusui menjadi hal baru yang kadang membosankan. Ilmuku tahu menyusui sebaiknya dibersamai dengan apa tapi sebagian hatiku iri dengan yang lain-lainnya. Aku mengingat hari-hari membaca buku kita di bawah. Dan yang menurutku juga punya banyak kontribusi, atas izin Allah, merumput yang tak terhitung banyaknya di lapangan atas, sering juga bersama ayah. Hari-hari ini aku sering berpikir kok bisa ya dulu kayak seluang itu merumput di atas. Tak peduli banyaknya pandangan bingung orang kotor-kotoran di rumput bahkan lumpur. Hujan-hujanan dan nyeker. Kalau kubilang semua butuh perjuangan ya memang butuh. Ilmu dan amal, tak ada yang instan. Mematangkan refleks, memuaskan motorik kasar, memberi ruang luas untuk bebas bergerak. Semua yang kusyukuri menjadi pembentuk harimu kini, atas izin Allah. Pencil grip, toilet training, less tantrum, artikulasi bicara yang baik. Hai Nak :") 

Apalagi yang ingin kubicarakan padamu? 

Ah, kalau itu sih biasanya kusampaikan langsung, ya. Tak berlama-lama. Di sini aku hanya menuliskan apa yang membenak sepanjang sore-malam. Oh ya, tadi aku terngiang kata-kata mbak penjual jamu ke salah satu tetangga yang sudah bekerja lagi 3 bulan belakangan. Putrinya SD dan seumur Kaisa. Mbak itu bilang, sayang sekolah tinggi-tinggi kalau nggak kerja. 

Klise sekali memang. Aku tertawa dalam hati, meskipun setiap menatapi hal yang sama biasanya juga aku meringis. Buatku, kerja terasa jauh berkali lipat lebih mudah dari pada membersamai anak. Mungkin karena kerjaku less berhadapan dengan manusia meski tetap menuntut empati. Dan membersamaimu adalah pilihan sadar yang telah kutabung jauh sebelum aku menikah. Namun, memang menjalaninya penuh perjuangan dan tak mudah. Walau demikian, insyaAllah aku tak pernah menyesalinya. Menyenangkan sekaligus bangga melihatmu bertumbuh dengan semua yang Allah titipkan padamu saat ini. Ingatan-ingatanku tentang kakak gurumu, pikiranku yang penasaran tentang persepsi kakak guru tentangmu, ingatan tentang cerita Mbak N bedanya ketika ia bekerja dan tidak dengan anak-anaknya. Aku tahu, aku memperjuangkan hal yang, setidaknya aku percaya ini hal yang benar bagi nilai dan paham yang kuamini. 

Berat, tapi berjuang. Allah kan lihat semua perjuangan itu ya. 

Walau kadang kuakui, aku juga kadang mager untuk berjuang. Dasar manusia zaman sekarang. 

Nak, kelak, kamu jadi seperti apa ya? 

Semoga Allah jaga Kaisa selalu, ya. Ibu sayang Kaisa. 


Uncountable tears. Countless exhaustion. 

Semoga, yang lebih banyak tetap cinta, dan kemauan mengejar ridhaNya. 

Kamis, 05 September 2024

4 September 2024

 Rupanya kisah kemarin belum selesai. Belum usai. 

Hari ini pengumuman lomba yang aku gak ikut. Dan ... seperti biasa, aku auto minder, menyesal, campur-campur lah heuheu. 2024 memang sesuatu sekali untuk banyak kegagalanku :") 

Kalau kemarin OST nya Secukupnya-Hindia. Sekarang Manusia Kuat-nya Tulus. 

Sebenarnya, setiap kegagalan belakangan ini sudah kuantisipasi kuat-kuat kalau semua ga ada yang gagal. Gagal lolos seleksi saja sudah jadi pembelajaran, sudah jadi latihan aku nulis dan berproses, sudah jadi pijakan yakin bahwa kelak ada masanya aku bisa lolos juga. Seperti kelolosan GLN di percobaan (nyaris) ke-6 ini. Walau merasa gimana gitu kalau denger, "Iya aku embalaskan dendam tahun lalu gak lolos jadi tahun ini lolos 2." Ih, pedih kali aku dneger kayak gitu. Tapi ya aku memutuskan gak fokus sama apa kata mereka. Proses diriku sendiri, buatku sudah juara. Terima kasih ya diri sudah mau berproses sejauh dan selelah ini. 

Cuma kemarin memang rasanya tak semudah itu. Mendapati diri yang keciiiiil sekali serta masih harus berproses memang melecut diri sekaligus minder di saat yang sama. Namun, sudah kuputuskan untuk tak lama-lama sedih. Meski ya namanya manusia wajar banget ga sih sedih, auto membandingkan diri sama orang lain, dan ngerasa kok aku lama banget ya cari ide, gak berani nekat, dsb dsb. Dan aku tahu ini bisa jadi akan keulang lagi nanti pas ada pengumunan lomba PAUD. Somehow, aku pengen fokus saja sama IELTS, tapi memang dari diri ini berasa deh ada kayak denial dalam diri, haha. Pelan-pelan ya Fit, kita proses semua perasaan nggak nyaman itu. Peluk :") 

Memahami kelebihan dan kekurangan diri, tahu kalau diri ini memang masih berproses, memang perjuangan. Jam terbang yang masih kurang, bacaan yang harus terus dipupuk, jatah gagal yang harus terus dihabiskan. Soon, kamu akan melalui itu semua. Allah selalu ada nemenin kamu. Sedih boleh, patah semangat jangan. Terus berjuang, Fit. Allah menilai dari perjuangan hambaNya, dan jangan lupa, appaun yang kamu perjuangkan saat ini, selama dalam rangka mencari ridhaNya, senantiasa ada dalam penilaianNya. Jangan pernah persempit makna cakupan perjuangan. Luv, ❤️


Dari diri untuk diri. Terima kasih sudah berjalan sejauh ini. Mungkin sempat terasa lambat dibanding orang-orang, tapi gapapa. Terus belajar, ya!

Rabu, 04 September 2024

3 September 2024

 Hari yang berat dan panjang. Terkaget dengan fakta harus gendong K sepanjang jalan 1 kilo? Hah????
Alhamdulillah anaknya mau dikit-dikit diajak jalan. Meski rewel beberapa kali dan aku lelah banget rasanya. Apalagi lagi mode jaga K full karena Ayahnya lagi punya kerjaan dadakan yang nggak bisa dilewatkan dan aku support, meski ya somehow hah heh hoh juga menghadapi realita hidup.

Lalu hari ini pengumuman seleksi yang aku kerjakan penuh waktu 2-3 pekan kemarin. Udah tahu sih jawabannya kalau bakal gak lolos karena aku gak dihubungin kemarin. Walau aku pun merasa sangat sedih sekali. Kayak, kerasa banget perjuanganku mati-matian meletakkan seluruh tenaga dan upaya untuk itu. Terlintaslah sudah seluruh kegagalanku tahun ini yang memang membuat minder, tetapi aku terus kuatkan hati kalau ... gak ada yang sia-sia. Seluruh kegagalan ini sesungguhnya sedang menajamkan insting dan keahlianku dalam menulis. Mengasah pisau lah bahasanya ya. 

Muncul juga pikiran, udah lah ga usah ikut a b c d nanti ga lolos sedih juga, fokus aja sama x y z yang ga kepegang-pegang kemarin-kemarin itu.

Kedua kalinya rasanya hari ini aku membatin, minta dikasih kejutan sama Allah. Sedih banget rasanya ya. Sesedih itu huhu.

Sorenya, aku dapat pesan singkat ngajakin ngerjain sesuatu. Huaa aku kaget dan surprise yang kayak Allah baik banget sama aku (ya selalu baik sih, tapi kan you know lah suka ada momen-momen kita kayak diromantisin gitu sama Allah). Meski ga bisa langsung kubalas lengkap karena K nyamper dan mode rewel. Aku terharu sekali. Terima kasih ya Allah :"

Rabu, 31 Juli 2024

Doa

Doa Kaisa sebelum tidur: 
Ya Allah, sembuhkanlah semua yang ada di dunia, aamiin. Atau yang ada di Indonesia, aamiin. 


*tiba-tiba aja, ngomong begitu dia

Senin, 08 April 2024

Delapan April (Lagi)

 Sekian jam lagi, menginjak usia 29 tahun. Setelah lelah dengan dinamika semalam. Setelah merasa betapa naik turunnya kehidupan. Setelah baru saja berhasil submit kompetisi yang kuikuti 5 tahun belakangan (dan belum pernah tembus juga). 

Mixing feeling. 

Lagi-lagi soal menjadi ibu, juga menjadi istri. Keduanya punya tanggung jawab besar sekali ketimbang jadi diri sendiri. Tanggung jawab yang berbeda, tantangan waktu yang terus terasa, 


//belum selesai, tulisan kemarin malam, tak apa ya dipublish saja. Untuk mengenang fase berjuang di tengah menemani anak tidur di penghujung ramadan (beserta malam-malam sebelumnya)

Selasa, 30 Januari 2024

Allah yang Mampukan

Ikutan kelas pertemuan pertama. Di satu sisi mikir ya Allah aku kok kecil banget ya, kayak jauh mencapai itu semua. Tapi di saat yang sama jadi mikir, aku punya Allah yang Maha Besar, yang Maha Memampukan, terus jadi kayak terasaaa banget selama Allah mau bantu hambanya, akan Allah bantu. Huhu. 

Allah, peluk aku, peluk aku. :""")


Minggu, 28 Januari 2024

 highlight pekan ini: 

kok orang hebat-hebat sih ....

Ya Allah berilah aku petunjuk ... aamiin.

Jumat, 26 Januari 2024

Dunia Literasi dan Perbukuan Saat Ini

 Setiap ikut diskusi atau bincang literasi plus ikut kelas How to Read a Book kemarin rasanya kepala penuh dengan banyak overthinking tentang budaya literasi. Sedekat itu rasanya sama buku, akan tetapi di saat yang sama juga sejauh itu ternyata lingkungan di sekitar kita dengan buku. Kalau dulu buku adalah hiburan, sekarang banyak yang menggantikannya  di jajaran hiburan, gratis pula dapatnya. Bayar kuota paling tak dirasa seberapa. Kalau dulu buku menambah wawasan, sekarang kita punya mesin peramban bahkan kecerdasan buatan yang ‘terasa’ bisa mendongkrak kejeniusan.


Banyak yang cinta buku. Namun, rasanya lebih banyak lagi yang tidak secinta itu. Banyak mimpi kita soal literasi, akan tetapi kadang rasanya tawar seperti slogan tak berarti. Teringat akan salah seorang dosen muda yang menyampaikan pendapatnya di sesi diskusi workshop HTRAB. Mahasiswa-mahasiswa yang isi tugasnya hampir sama, buku yang jarang dibaca, modul yang mulai menggantikan buku teks yang dahulu biasanya menjadi referensi wajib tiap mata kuliah, padahal jurusannya sastra. Hmm, ada yang salah rupanya dalam literasi kita. Sampai-sampai seorang guru saya pernah bicara, isu skripsi ditiadakan nampaknya mengakomodir generasi yang kian berjarak dengan buku. 


Salah satu momen penting bagi saya di 2023 adalah ketika terpilih menjadi peserta workshop penyusunan buku model yang diselenggarakan Kemdikbud-setelah bertahun-tahun gagal lagi gagal lagi ikut sayembara dari kementerian yang sama. Saya kaget sekaligus minder ketemu banyak penulis yang banyak karyanya. Bahkan, saya gagu waktu ditanya, penulis? Padahal jawabannya hanya satu, iya, karena tidaklah mungkin saya ilustrator, hahaha. Belum lagi masa workshop itu bertepatan dengan pengumuman dua sayembara level provinsi dan nasional yang cukup menggemparkan meja-meja. Duh, rasanya tidak ada apa-apanya. Ragam genre mereka tulis. Aneka jenjang mereka cicip. Jumlah buku tentu sudah banyak jumlahnya.


Namun momen itu membuat saya berpikir bahwa kecakapan literasi terus diupayakan sebaik mungkin. Bagaimana tidak, pemerintah serius membuat program-program. Saya pun bertemu puluhan penulis yang telah menelurkan begitu banyak karya. Bukankah janji itu memang makin nampak di depan mata?


Di lapangan, seorang ibu anak SD yang peduli literasi mendatangiku dan rupanya tak pernah dengar buku-buku yang digarap bekerja sama dengan pemerintah. Padahal itu semua gratis dan sekolah anaknya cukup baik literasinya. Belanja pakaian juga kembaran lebih prioritas ketimbang memilih buku berkualitas. Jualan skin care dianggap lebih menguntungkan. Bisnis les baca yang baru berdiri omsetnya melebihi bisnis buku yang lebih dulu digarap. Salah seorang teman bercerita, tetangga seperumahannya-yang notabene komplek cukup berada-lebih memilih buku murah dengan kertas kelabu di fotokopian ketimbang buku bermutu padahal ia mampu. Dengar cerita literasi di luar negeri yang dari janin sudah dikasih sosialisasinya sama bidan, paket buku yang dikasih abis lahiran, dan program di sekolah anak usia dini menunjukkan ekosistem perbukuan yang kuat. Di sisi lain, saya sempat kaget ada orang minder baca buku di tengah keramaian. Hah? Seberjarak itukah? 


Tentu uneg-uneg ini belumlah valid karena memang saya tidak membawa data. Hanya isi kepala yang muncul seketika. Buku juga tak pernah berdiri sendiri, apalagi untuk anak usia dini. Mereka butuh dialog dan pantikan dari orang dewasa yang mendampingi. Lagi pula buku memang bukan harga mati, akan tetapi kemampuan membaca, menangkap makna, menyimpulkan, menghadirkan gagasan, mengolah data, menghasilkan ide, akan senantiasa dibutuhkan bahkan di masa-masa yang akan datang nanti.


Jumat, 19 Januari 2024

Kisah Keluarga Bertopeng Kisah Detektif

- Judul: Pembunuhan di Nihonbashi

- Penulis: Keigo Higashino

- Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

- Tahun terbit: 2020 (versi asli 2013)

- Genre: Novel detektif

- Jumlah halaman: 304

- Ulasan/refleksi isi buku

Seorang wanita bernama Mineko terbunuh di apartemennya di Kodenmacho. Kepindahannya ke apartemen itu cenderung mendadak. Detektif Kaga menelusuri semua orang yang berhubungan dengannya. Meskipun lingkaran pertemanan Mineko tak bisa terbilang luas, penyelidikan lebih dalam justru mempertemukan Detektif Kaga pada tersangka-tersangka baru. Nyaris setiap bab berisikan tokoh berbeda karena lokasi yang dituju untuk penyelidikan juga berbeda. Biarpun begitu, tiap bab punya kisahnya sendiri, terutama tentang kehidupan keluarga. 

Bab pertama, Gadis Toko Senbei, misalnya, di balik penyelidikan orang asuransi yang datang ke toko senbei, ternyata juga menceritakan soal pemalsuan surat keterangan sakit dokter yang dibuat demi membuat sang nenek tenang dan tidak banyak pikiran.

Bab ketiga, Nyonya Muda di Toko Keramik, menceritakan tentang penyelidikan terkait hubungan Maki si nyonya muda dengan Mineko. Di hari kejadian, Mineko membeli gunting dapur yang rupanya titipan Maki. Dari penyelidikan ini, pembaca justru melihat di balik ruwetnya hubungan menantu-mertua yang terlihat tidak akur, ada perasaan sayang dan perhatian yang diberikan dengan cara mereka sendiri. 

Bab keempat, Anjing di Toko Jam, selain penyelidikan Detektif Kaga karena si pemilik toko jam bertemu dengan Mineko di sore hari sebelum kejadian, bab ini bercerita tentang perhatiannya orang tua pada anaknya yang tengah hamil, walau si anak kabur dari rumah dan 'tidak lagi dianggap sebagai anak' oleh orang tuanya. 

Dalam cerita, kita juga akan mengetahui motif Mineko pindah secara mendadak ke apartemen di Kodenmacho. Dalam alasan itu terdapat kesalahpahaman yang menghangatkan hati karena, lagi-lagi, ada alasan keluarga di sana. Perubahan sikap dan sifat sang anak menafakuri sosok ibunya juga ditunjukkan dalam kisah ini. Dari perenungan Koki, anak Mineko, pembaca akan menyelami masa lalu Mineko yang runyam akan persoalan rumah tangga hingga merasa tak berkembang, mirip ibuk-ibuk jaman sekarang, bukan? Pembaca pun akan bertemu harapan antar ayah dan anak yang sepertinya tak kunjung sampai, masih di lingkaran kehidupan keluarga Koki.

"Pada akhirnya, yang dicari oleh kalian berdua setelah bercerai adalah keluarga. Kalian sama-sama merindukan keluarga. Hubungan keluarga adalah sesuatu yang sangat kuat. Jangan lupakan itu."

Kelak di bab-bab akhir, juga diungkap kisah Detektif Uesugi tentang perhatian yang salah pada anaknya, Perhatian yang sering juga dilakukan di Indonesia seputar pemanfaatan jabatan ayah sebagai polisi oleh anak-anaknya. Dan ini cukup mengharukan. 

"Setiap kali melakukan pekerjaan ini, ada satu hal yang selalu muncul di benak saya. Saat terjadi kasus pembunuhan brutal, yang saya pikirkan bukan hanya menangkap si pelaku, tapi juga menyelidiki mengapa peristiwa itu bisa terjadi. Jika tidak, kesalahan sama akan terulang kembali. Banyak hal yang bisa dipelajari dari suatu kejadian."-Detektif Kaga, h. 295

Kalimat ini cukup dalam dan memberi alasan, mengapa Detektif Kaga sampai sebegitunya menyelidiki segala sesuatu yang terkait. Mendatangi satu per satu orang yang disebut dalam email yang ditulis Mineko. Mencari tahu kisah masa lalunya. Mendatangi toko mainan tradisional, kuil tradisional yang dikenal sering dikunjungi orang yang mendoakan kehamilan, dan tempat sederhana lainnya yang menunjukkan kebudayaan dan kesederhanaan dari wilayah yang (katanya) tidak terlalu terkenal di Jepang ini. Menarik, karena memang dalam suatu kejadian yang merenggut nyawa, semua yang mendapat ketidakadilan adalah korban. Sehingga benarlah pemikiran Detektif Kaga bahwa mengusut persoalan sampai tuntas harus dilakukan. Dalam perjalanannya, setelah pelaku ditemukan pun, ia tak langsung mengakui dengan jujur apa motifnya. Perlu 'penyadaran' tambahan agar motif sebenarnya dibalik kejahatan ini terungkap, dan semua pihak sadar, bukan menjadi 'korban' yang tersandera kejahatan berikutnya. 

Di buku ini banyak sekali kalimat-kalimat bagus yang kutandai. Sayangnya, entah mengapa aplikasinya tidak bisa mengakses kembali (padahal sempat ditengok dan bisa). Selain detail dan kejeniusan Detektif Kaga (dan tentu penulisnya!) yang canggih, topik besar keluarga yang menyusup dalam setiap babnya sangat hangat dibaca. 

#RabuReview

 




Senin, 15 Januari 2024

Catatan Pembunuhan Sang Novelis: Sebuah Ulasan Kisah Para Penulis Tentang Pertemanan-Perundungan


 - Judul : Catatan Pembunuhan Sang Novelis

- Penulis: Keigo Higashino

- Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

- Tahun terbit: 2020 (versi asli 2001)

- Genre: Novel detektif

- Jumlah halaman: 304

- Ulasan/refleksi isi buku

Hidaka Kunihiko, seorang novelis terkenal, meninggal dibunuh sehari sebelum kepindahannya ke Kanada. Sebelum ditemukan meninggal ia ditemui Fujio yang datang untuk protes atas novel Hidaka yang mengangkat kisah kakaknya. Nonoguchi Osamu, temannya sejak kecil menemukan jasadnya bersama Hidaka Rie, istri Hidaka. Tak hanya itu, ia juga menulis catatan tragedi kematian sahabatnya ini-layaknya pekerjaannya sebagai penulis yang suka mengabadikan kejadian-kejadian. Sementara, Detektif Kaga Kyoichiro yang menangani kasus ini rupanya pernah sama-sama bekerja sebagai guru di SMP yang sama dengan Nonoguchi.

Tak membutuhkan waktu lama, pelaku pembunuhan ditangkap. Namun, ia sama sekali tak mau mengungkap motif kejahatannya dan memilih membebaskan saja motifnya pada kepolisian. Detektif Kaga pun  menyelidiki kasus pembunuhan ini sampai menyingkap masa lalu Nonoguchi dan Hidaka sejak mereka duduk di sekolah dasar. Kaga pun menyingkap banyak hal soal pertemanan, perundungan, sastra, juga teknik yang sesungguhnya disiapkan pelaku hingga hari kejadian. 

Novel ini diceritakan dengan banyak sudut pandang. Utamanya, ada bagian catatan Nonoguchi dan juga catatan Detektif Kaga. Di samping itu juga ada bagian yang dominan diisi sudut pandang dari orang-orang di sekitar kehidupan Nonoguchi dan Hidaka sejak masa lalu. Dari sinilah pembaca seolah-olah diarahkan kepada satu kebenaran. Namun, siapa sangka, di halaman yang lain kebenaran yang sudah ia yakini itu akan goyah akan catatan yang lainnya. Pembaca yang tadinya sudah meyakini suatu fakta dibawa pada kenyataan bahwa itu rupanya hanya rekayasa. Terus begitu berulang-ulang hingga akhirnya Detektif Kaga mampu menemukan motif sesungguhnya kejahatan tersebut. Teknis menulis Keigo seperti ini sangat patut diacungi jempol.

Satu hal yang cukup menarik perhatianku adalah soal penulis (karena kedua tokoh ini pekerjaannya adalah penulis) di masa tahun 2000an awal sebagaimana novel versi aslinya terbit di Jepang. Mereka masih menulis secara manual, komputer masih dianggap kemewahan, menyimpan file di disket, mengirimkannya lewat faksimili, dan merekam hasil riset pada CD ROM. Hal kedua yang menarik bagiku adalah soal perundungan. Kadang aku berpikir soal majunya Jepang, tetapi seorang teman yang mukim di sana sejak 2013 pernah menceritakan ketidaksiapan orang Jepang melihat perbedaan (tanpa bermaksud menggeneralisir) yang bisa menyebabkan adanya perundungan. Dan kisah perundungan yang disampaikan di novel ini dari pengalaman Detektif Kaga sebagai guru sangat membuat sedih. Sungguh masalah perundungan adalah masalah yang melampaui zaman dan waktu, tampaknya. Di tahun 2000an awal saja sudah digambarkan sebegitunya. Kebayang kekhawatiran di masa ini. Waktu baca langsung mikir, tiap anak harus kuat dari rumah, tiap skeolah dan guru harus punya sistem yang kokoh dalam menghadapinya agar tak lahir pelaku perundungan baru dari korban perundungan.

#RabuReview

Kamis, 11 Januari 2024

#RabuReview: Kesetiaan Mr. X (The Devotion of Suspect X)


- Judul: Kesetiaan Mr. X (The Devotion of Suspect X)

- Penulis: Keigo Higashino

- Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

- Tahun terbit: 2016 (versi aslinya 2005)

- Genre: Novel misteri

- Jumlah halaman: 320

- Ulasan/refleksi isi buku

Ishigami, seorang guru matematika SMA, memutuskan untuk melindungi Yasuko Hanaoka dan putrinya, dari kenyataan yang didapati di apartemen tetangganya itu. Kedatangan Togashi, mantan suami Yasuko menyebabkan keadaan menjadi runyam hingga ia terbujur kaku di apartemennya. Alibi-alibi dibangun. Strategi-strategi diciptakan demi keadaan aman. 

Seperti yang diduga, penyelidikan mengarah pada Yasuko. Namun, alibi wanita itu tak bisa dipatahkan. Detektif Kusanagi terus mencari cara hingga berkonsultasi dengan sahabatnya, Manabu Yukawa, seorang ahli Fisika yang sering membantu kepolisian dalam memecahkan kasus. Rupanya, Yukawa juga merupakan sahabat lama Ishigami. Kedua genius ini pada akhirnya bertemu. Mereka nostalgia kisah-kisah lama, disertai memecahkan persoalan matematika tentunya. Perasaan yang menyenangkan setelah lama tak dikunjungi siapa-siapa.

Hadirnya Kudo, sempat membuat Ishigami goyah akan pendiriannya membantu Yasuko. Ishigami mengirim teror pada Kudo untuk menjauhi Yasuko, sekaligus menyiapkan draft email pada Yasuko untuk menjauhi Kudo. Namun, lagi-lagi pembaca akan dikejutkan bahwa rupanya itu semua bagian dari strategi melindungi Yasuko. 

Suatu hari, Ishigami menangkap bahwa Yukawa sepertinya memahami duduk perkara kasus kematian Togashi. Ia pun menyiapkan rencana yang akan melindungi Yasuko. Jika sedari awal membaca novel ini permasalahannya langsung terlihat halaman-halaman awal, dan penasaran pada bagian akhirnya kasus ini. Di akhir pembacalah yang menyimpulkan sendiri apakah ini akhir bahagia atau tidak, tergantung sudut pandangnya.

Banyak plot twist mengesankan di buku ini. Pembaca diajak mengenali skenario yang Ishigami bangun, tetapi tak pernah menyangka ada skenario lain di balik itu semua. Kematian yang sesungguhnya, perasaan yang bukan sekadar cinta yang dalam pada Yasuko, dan kebebasan perasaan menjadi manusia. Selain cerita misterinya, aku juga melihat realita kehidupan anak sekolah, bagaimana perasaan tertekan menjadi bebas yang dialami seorang manusia-dalam hal ini Ishigami, dan hal-hal seperti keluarga-kesepian-dan menjalin pertemanan.

#RabuReview