Hao Aina... kau apa kabar? Semoga selalu sehat ya Aina sayang. Aku rindu. Kau tahu, harusnya aku tulis ini seminggu lalu, selepas aku mengamati langit indah dini hari itu. Saat itu aku sudah menulis drafnya, hanya belum kurapikan--dan sungguh masih acak-acakan. Jadi aku pikir, karena kondisi hati minggu lalu, kutulis seolah-olah hari ini adalah hari Minggu kemarin, ya, 17 Maret 2013.
Halo Aina, apa kabar?
Malam ini, ah sebenarnya pagi tadi ya. Langitnya indah. Bintangnya banyaaak banget. Bagus. Bagus banget. Kamu harus lihat Aina, harus !
Apa langit ditempatmu juga seindah ini Aina?
Ah Aina, aku jadi ingat monologku habis kumpul divisi kemarin. Kau apakabar Dik? Mungkin kita sama-sama sibuk, ya. Dalam dunia dan kenyataan yang berbeda. Tapi kadang aku malu, Na. Terlebih ketika ingat senyum bahagiamu ketika dulu kita sama-sama mengajar di TPA itu. Kalau boleh jujur, aku sungguh ingin melakukannya lagi, Na. Bareng-bareng lagi kayak dulu. Celoteh anak-anak. Ribut siapa yang mau jadi imam. Pertanyaan konyol yang sebenarnya cerdas. Aku rindu banyak hal, Na.
Aina apa kabar? Apa kabar adik-adik bimbinganmu itu? Pasti hafalan mereka tambah banyak. Tahsinnya tambah bagus. Ngajinya tambah semangat. Aina apa kabar? Aku....rindu Na. Sungguh rindu. Rasanya medan juang kita kini jadi benar-benar berbeda, ya. Aku malu. Sementara urusan di sini banyak yang memikirkan dunia, urusanmu berkali-kali jauh lebih bermakna. Aku malu Dik. Malu sekali rasanya. Tiba-tiba aku menyadari ada beberapa segi yang hilang dari diriku satu per satu....
Aina, nanti kita sama-sama mengajar di TPA itu lagi, ya. Aku kangen. Aku kangen kamu, kangen TPA itu, dan kangen aku yang dulu....
Salam hangat, Na. Aku harap langit tempatmu berdiri juga menampakkan lautan bintang seperti yang kulihat jam 3-an pagi tadi.
---untuk Dik Aina, di tempat berpijaknya di bumi sana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar