Kenapa kau takut hujan? Lihat sini, lihat aku. Kau tiba-tiba berjalan ke arah tempat yang tak ada kanopinya. Membiarkan dirimu terguyur oleh titik-titik air itu.
Aku hanya tersenyum kecil, menggeleng.
Hei, kenapa kau takut hujan. Lihat aku! Katamu sekali lagi. Ia mengatupkan kedua matanya. Terlihat seperti menarik nafas panjang sebentar. Terlihat khidmat sekali. Ada barang satu atau malah hampir dua menit aku melihatnya begitu.
Kau tahu, saat tubuhku terkena hujan, dan aku memejamkan mata, aku merasa disapa oleh alam. Mereka seolah-olah bergerak mengajakku bermain bersama mereka, merasakan bahwa mereka mencintai detik-detik ini, detik-detik di mana mereka bisa menyapa manusia bumi. Katamu, masih dengan mata yang terpejam
Kau membuka kedua matamu. Berkata kembali. Kau tahu, aku kadang heran pada orang-orang yang takut dengan hujan. Mungkin pada beberapa alasan itu dapat dimaklumi. Tapi sayangnya mereka tidak pernah merasakan rasa tenang yang muncul ketika rintik-rintik itu menyapa tubuh mereka. Kemarilah, rasakan hujan ini, hujan ini tidak besar, Kamel. Kau bahkan sebenarnya ingin merasakannya, kan?
Aku kembali tersenyum kecil, menggeleng lagi untuk entah yang keberapa kalinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar