Di kampus, formulir beasiswa pada umumnya suka nanyain tentang
pernah nggaknya kita dapat beasiswa sebelumnya. Terus kalau pernah, ada kolom
yang nanyain berapa besar beasiswa yang diterima per bulannya.
Saya nggak tau itu kolom diisi sama beasiswa yang pernah diterima
semasa kuliah apa boleh dari dulu-dulu jaman sebelum kuliah. Pertama saya ngisi
form itu adalah saat masih maba yang belum pernah dapet beasiswa di kampus.
Terus saya kepikiran, dulu di IC-yang notabene beasiswa dari masuk sampai
keluar- kalo diuangkan per bulan berapa besar, ya? Beasiswa selama di IC jaman
saya dulu *aduh berasa udah lama banget* dari mulai uang masuk (uang pangkal),
seragam, asrama, makan 3x sehari, SPP perbulan, suplemen (semacam makanan
bergizi kayak susu kotak, telur rebus, kacang hijau, atau kue-kue basah dan
sejenisnya) tiap sore, buku pelajaran, biaya study tour, berobat di poliklinik,
dan lain sebagainya. Meskipun karena beberapa pasang surut pernah juga untuk
suplemen mesti bayar (yang mau aja jadinya). Tapi overall, biaya kami perbulan
sudah ditanggung. Kami tak perlu repot-repot bayaran. Dan tanpa tahu berapa
besar biaya SPP saya—SPP kami setiap siswa IC— per bulan.
Kemudian, pada suatu kesempatan saya memberanikan diri untuk bertanya
pada salah seorang guru. Saya menanyakan berapa nilai beasiswa IC jika
diuangkan perbulan.
Kemudian guru saya jawab apa? Guru saya menyebutkan angka yang bahkan lebih besar daripada uang kuliah saya persemester (sengaja nggak saya cantumkan angkanya di kutipan kata-kata di bawah). Saya garis bawahi, angka beasiswa IC per bulan yang bahkan lebih besar dari uang kuliah saya per semester.
"Perbulan nya zaman fitri di angka: *sekian* (sekarang sudah lebih). (Monggo dikali 3 tahun) belum termasuk uang pangkal. Beruntung dan alhamdulillah, itu juga sangat berarti bagi orang tua. (Jujur saja: kami guru karyawan, yang pada punya anak, ingin juga anak-anaknya menikmatinya seperti anak-anak orang lain. Dididik ditempa sedemikian rupa. Apa daya belum seberuntung kalian. Malu rasanya kalau mau diungkapkan lebih jauh). Bersyukur kepada Allah, bersyukur sepanjang waktu (kata opick)."
Sedih juga karena rasa-rasanya saya belum bisa jadi alumni yang
membanggakan buat IC yang membawa hasil didikan super mereka dalam bentuk
prestasi yang membanggakan. Masih jadi alumni yang biasa-biasa aja. Prestasi
itu salah satu tanda syukur. Prestasi juga tanda terima kasih. Ah, Bapak Ibu guru
dan karyawan, maafkan saya... :"
Dear teman-teman alumni IC di manapun berada, selalu ada harapan
yang terbit ketika Bapak Ibu guru kita mengajar. Kala pagi berangkat mengajar,
kala menyampaikan materi, kala meninggalkan kelas saat kita biasa ulangan
harian, kala mendatangi asrama untuk membantu menerangkan kembali apa yang
masih kita bingungkan. Ada harap yang terus terbit yang boleh jadi mereka
lantunkan dengan ikhlas di setiap doa. Tentang perilaku kita, tentang perangai
kita, tentang suksesnya kita. Juga ada harapan dari para karyawan yang melihat
poster peserta OSN dipajang besar-besar di depan gedung sekolah, melihat medali
serta capaian-capaian madrasah kita, berharap agar kelak kitalah kelak yang
akan membawa perubahan pada bangsa.
Maka rasa-rasanya jahat sekali kalau kita berubah jadi lebih buruk
daripada saat di IC dulu. Memang tidak ada sekolah yang menjamin lulusannya
akan sangat baik di luar. Pesantren seagamis apapun. Tapi kalau ingat bahwa
dedikasi serta keikhlasan para guru semasa kami di IC, para karyawan yang
setiap hari membantu merawat fasilitas, memasakkan makan, serta melayani setiap
hari, ah, mana tega... Bapak, Ibu, saya rindu.... :"
Pak, Bu, seperti yang selalu kami lantunkan depan ruang guru saat
25 November menjelang,
"Tanpamu, apa jadinya aku..."
Semoga rahmat dan kasih sayang Allah selalu ada untuk Bapak dan
Ibu semua. Ilmu-ilmu ini amal jariyah kalian, Pak, Bu. Kesetiaan kalian dalam
melayani kami, biarlah jadi teladan bagi kami semua. Biarlah kami akan jadi
saksi kebaikan Bapak dan Ibu di hari akhir kelak. Semoga keluarga besar
IC dikumpulkan semua di SurgaNya, ya Pak, Bu. Aamiin.
untuk IC, yang entah bagaimana selalu
berhasil membuat rindu
Jogja, 27 Maret 2014 22.30
kak fitriiiii :"""""
BalasHapusiya naaad, kenapa ? :')
Hapus:"""""""""""""""""""""""""""""""""")
BalasHapus:')
HapusWaaah jadi tambah semangat kak, makasih tulisannya sangat menggugah. :)
BalasHapusAlhamdulillah monggo kalau mau dishare ke teman-teman lain Man :), refleksi buat kita semua..:')
Hapusizin re-post ya fit. bagus abisnya :)
BalasHapusdengan senang hati, arum :)
Hapusbagus banget kak Fitri,
BalasHapussemoga bermanfaat ya nia :)
HapusNice post kak ! iya setuju sama komen atas:menggugah :)
BalasHapussemoga bermanfaat dan bisa jadi refleksi buat kita semua, ikhwan :)
Hapus