Kamis, 17 April 2014

Rembulan Malam Ini : Kepada Amaris

Kepada kalian yang membaca tulisan ini pada malam yang sama ketika aku menulis, maukah kalian bersusah payah sedikit keluar untuk melihat rembulan. Semoga langitnya cerah seperti langit yang kulihat malam ini. Semoga sinar rembulannya bersih cemerlang serupa dengan apa yang aku lihat tadi. Di manapun kalian berada.

Bagaimana aku tidak memaksa kalian untuk melihat? Karena rasanya aku ingin berbagi kebahagiaan yang sama. Kebahagiaan ketika melihat langit malam yang begitu jernih. Bahkan aku bisa melihat banyak bintang malam ini. Seperti langit IC atau langit DM saat subuh menjelang. Ketika langit terlalu bersih untuk dipandang, dan itu...menyenangkan :')

Amaris, apa kabar kamu di Bandung? Sudahkah kamu keluar sejenak dari kotak cokelat yang menjemukan itu setelah sampai di sana (mungkin sekitar Rabu minggu lalu)? Malam ini aku melihat perwujudanmu di langit sana. Ah, kamu tahu? Aku merindukan mereka yang biasa berjalan bersama saat jalan ke masjid IC ketika shubuh, atau ketika pulang selepas Isya-atau kegiatan setelahnya. Halo kalian semua, malam ini sedang apa? Maukah kalian mengecek langit masing-masing? Semoga cemerlangnya rembulan yang kita lihat masih sama.

Malam ini aku pulang jam delapan. Seperti biasa, ada hal yang kubenci ketika pulang malam : saat aku bermonolog sendirian tanpa sadar. Kebiasaan yang menyebalkan. Tapi malam ini pulang malam jadi tidak lagi menyebalkan. Kurang dari lima puluh meter dari gerbang kastil kosan (abis gerbangnya tinggi banget) langkahku terhenti, terseret mundur kembali. Ini pemandangan yang kulihat Selasa lalu : Rembulan. Hai ini hari ketiga rupanya : purnama terakhir bulan ini (aku kira kemarin). Bukan rembulan biasa. Cakep banget pokoknya lihat rembulan di belakang atap kosan yang berlantai dua, terus di sekelilingnya ada awan-awan kelabu ditambah daun-daun dari pohon yang lebih tinggi dari kos yang berlantai dua. Daun pohonnya kayak cemara, nggak kayak pohon mangga. Cakep, pake banget.

Bahkan rasanya tadi pengen nyebrang jalan lagi buat ngelihat itu dari sisi yang agak jauh dan jelas. Tapi urung. Alhamdulillah pertolongan Allah datang lewat anak kosan yang mau keluar, jadilah saya pengaruhi (boong deng, saya temenin dia keluar, maksudnya) biar kita liat bulan bareng. Menyenangkan sekali melihat rembulan bersama. Padahal kita sampe berdiri-jongkok di trotoar depan restoran yang juga dekat lampu merah. Biar saja dilihat orang banyak. Mereka ngeliat kita, kita ngeliat bulan. Pemandangan yang jarang banget terlihat seindah malem ini sekalipun sama-sama purnama.

Amaris, aku sampai berandai-andai. Coba restoran sebelah kos ini jadi perpustakaan yang jendela sebelah timurnya bisa untuk melihat langit malam. Atau bahkan punya lantai atas yang bisa digunakan utuk stargazing sepuasnya. Pasti menyenangkan. Seperti kotamu di Traumen sana. Aku ingat cerita kalian ketika pergi melihat langit di Elaine. Hei, apa kabar Angie, Zitta, Shaine dan Cryan? Semoga kalian semua cepat kembali mengunjungiku di sini. Bahkan menyapa seluruh Indonesia. Semoga. Aku terus berharap.

Aku juga melihat Orion. Rasi istimewa dengan penunjuk tiga bintang berjejer di atasnya. Tahukah kau Amaris, aku jadi ingat cerita Angie yang bilang kenapa ia suka sekali dengan Orion. Kamu tentu ingat, bukan? Malam ini, ketika kepalaku penat sejak tadi, dan rasanya ingin meluapkan segenap emosi, melihat rasi orion mengingatkanku pada kalimat Angie malam itu.
"Orion memiliki filosofi sebagai Sang Pemburu. Tiga bintang berjejer yang menyerupai sabuk orion menjadi ciri khas pengenalnya. Bagiku Orion Sang Pemburu seperti memiliki keberanian sekalipun ia hadir kala malam. Artinya, ada suatu keberanian yang harus ada pada diri kita walaupun sekeliling kita gelap, masih belum bercahaya."
Dear Amaris, sudah dulu, ya. Salam buat kawan-kawanmu. Bilang aku tunggu kabar bahagia dari kalian semua di sini. Tentu maksudku bukan kedatangan kalian dalam wujud yang sama. Kau pasti mengerti maksudku, bukan ;) ? Minta doa dan semangatnya agar segala urusan yang kuhadapi bisa segera selesai. Sejujurnya aku masih takut. Takut sekali, bahkan. Bilang pada Angie biar ia kirimkan segenap motivasi dan penyemangat agar kekuatan Orion agar sampai pada diriku, hehehe. Tentu saja, segenap kekuatan itu dari Allah, ya kan :)? Kumohon kiriman kekuatannya, ya Allah :)


Peluk buat kalian semua, Amaris dan kawan-kawan
juga untuk kalian semua yang sering menemani melihat malam berbintang
juga untuk siapapun yang mau mengerti tentang kebiasaan ini.

Salam kangen :")

Amaris, tadi aku sempat foto langitnya, tapi kamera VGA hapeku tidak mampu ambil bagus fotonya. Doakan ya, semoga uang tabunganku segera cukup beli kamera, hehe.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar