Tidak sampai dua puluh empat jam, Allah lebih dari cukup mengabulkan doa saya. Saya diberiNya masjid. Juga seorang teman untuk saling bercerita pada jeda yang cukup. Membuat memori masa-masa asrama dan berdiam di masjid menguar dekat sekali. Rindu. Sayang, tidak sempat merekam langit-langit masjid dalam lembaran foto. Waktu menjadi terlalu berharga untuk dijeda barang sebentar.
Di perjalanan pulang saya tercekat, sungguh dekat sekali Allah mengabulkan doa. Lalu tercenung pada hal-hal yang masih saja saya ragu terhadapnya.
Padahal sampai Allah pertemukan saya pada pembicaraan di masjid, Allah juga beri aku hadiah-hadiah kecil. Pada sapaan tanya yang dibuka oleh seorang teman-yang mulanya saya insecure sekali terhadapnya. Pada obrolan kecil dengan teman-teman lainnya yang menyeling pekerjaan.
Ya Allah, aku minta maaf jika masih saja menggantungkan penyelesaian masalah pada langit-langit hati sendiri. Mengira-ngira penyelesaian muncul dari diri sendiri. Sombong sekali, ya? Bukankah Engkau penggenggam segala hati, pun jua yang menggenggam hati orang-orang di sekitarku yang boleh jadi aku satu dua punya perasaan bersalah terhadapnya.
Ah, kalau sama Engkau saja aku masih ragu, maka siapa lagi yang bisa aku percaya?
Catatan Kamis, 5 Juli 2018
untuk segala pihak, terima-kasih
banyak sekali aktor skenario Allah untuk momen dan fase ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar