Mungkin itu pentingnya bisa tertawa lepas, ikut tersenyum, ikut melempar canda dan masuk ke obrolan-obrolan. Orang tahu kita ada dalam kondisi baik-baik saja. Hati senang dan lapang. Riang gembira, serta yang paling penting; penuh oleh rasa syukur. Dan pada akhirnya orang lain akan turut merasa lega. Atau boleh jadi, kebahagiaan kita bisa menjalar pada kebahagiaan orang lainnya.
Walau kadang dalam hal lain, saat orang yang merasa lega atas kebahagiaan orang yang disayang, pada saat yang sama ia bisa sekaligus merasa hanya bisa melihat orang itu dari jauh. Seakan-akan dilupakan oleh orang yang ia sayang, yang sedang bahagia itu. Aih, tapi asumsi hanya akan memperburuk keadaan bukan? Lebih baik membuka percakapan, jika sulit, maka senantiasa mendoakan.
Begitulah barangkali orang tua...tehadap anak-anaknya. Jika saat awal membacanya kamu ingat orang lain(ehem), tetaplah jangan lupa bahwa, orang tua juga menjadi bagian dari lingkaran itu :) Jika kamu menyayangi seseorang lain namun masih gusar dengan kebahagiaannya, tanya lagi rasa sayangmu. Hmm tapi, apa benar tidak boleh gusar? Tentu saja boleh; jika sudah bertentangan dengan ajaran agama :') Itu kan makna sayang yang karena Allah?
*lalu saya mendadak ingat ending film You are the apple of my eye. Waktu melihat tokoh utama perempuan bahagia di akhirnya.
Luar biasa ya sayang itu, bisa punya implikasi seperti itu. Mahasuci Allah yang menitipkan rasa sayang lewat kuasaNya.
Sebagai pengingat.
Badr, Jumat-jumat ruang sepi karena banyak yang rapat campaign. Tadi kudatang siang.
13 Juli 2018, ditemani Di Belantara Kata-nya Ruangbaca yang kuputar-putar ulang dan ingin kubahas lain waktu :)
Memang menyenangkan ya lihat orang-orang tersayang hepi itu :')
Tidak ada komentar:
Posting Komentar