Selasa, 17 Juli 2018

Suatu Hari Dalam Hidup Ibu

Kak, suatu hari dalam hidup Ibu, Ibu datang pagi-pagi dan pergi ke taman belakang. Lalu Ibu menatap apa saja yang bisa diperhatikan di sana.

Sejatinya bersama dengan waktu, semua akan berlalu. Maka biarlah waktu menjadi penyembuh terbaiknya. Juga barangkali kesibukan, mengambil jeda yang cukup panjang, tenggelam dalam kebaikan dan upaya perbaikan, memilih sikap dan konsisten di dalamnya, serta melangitkan doa yang tak pernah putus berpilin hingga arasyNya; mengetuk malu pintu langit berharap petunjukNya.

Sebagai manusia, Ibu kadang kesal juga. Kenapa untuk urusan-urusan kecil Ibu sampai risau. Tapi barangkali Allah mau mengajarkan hal baru di sini. Atau memang Ibu belum pantas lulus ujian.  Kata teman Ibu, dipeluk saja; diterima. Semoga nanti Ibu bisa dapat penjelasan baiknya. Ibu tidak mau jatuh dua kali pada lubang yang sama.

Kak, Ibu lelah. Tapi sekali lagi, barangkali waktu akan menyembuhkannya. Kita lihat saja.
***

Hanya fiksi, setelah seharian ini lelah sekali untuk hal-hal yang kembali memenuhi isi kepala :') 
Esok lusa, hari ini akan jadi kenangan. Mungkin bisa lupa, mungkin juga terkenang.
Tadi Pak Insan investor Tebi hadir di review meeting. Banyak pesan mulanya, yang ketika mendengar, Ibu ingin menangis. Karena bukan hanya merefleksikan apa-apa yang diperjuangkan tim setahun terakhir. Tapi juga banyak hal mencuat di pikiran. Meminta janji-janji masa lalu. Meminta janji-janji keteguhan hati. 

Kak, kelak besar, semoga jadi anak yang kuat ya, juga sabar.

Selasa, 17 Juli 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar