Sabtu, 29 September 2018

Racau Kacau

lima dari tujuh hari terakhir, mengunjungi puskesmas dan rumah sakit. sibuk dengan mengantri. belajar menyabarkan diri. alhamdulillah aala kulli hal hasil cek ceknya negatif. sebelumnya sudah pasrah sampai aku rasanya ngga berani doa minta dikasih sehat karena khawatir ini teguran dari Allah, atau sakitnya bener-bener dimaksudkan untuk jadi penggugur dosa. udah itu aja husnuzonnya sama Allah pas itu; waktu doa, waktu jalan ke ruangan ambil hasil lab (yang ternyata gabisa langsung ambil dan harus mengantri dsb dsb dulu). Alhamdulilah Allah jawab dengan membebaskan aku yang jika saja hasilnya positif perlu pengobatan runtut enam bulan. sekarang memulihkan diri dengan kondisi saat ini. kalo inget nasehat-nasehat dokter di puskesmas tu rasanya campuran terharu sama menyesal. dokternya nanya banyak dari soal nafsu makan sampai kantornya di mana, kerjanya biasanya gimana, jam kerja, bawa beban biasanya berapa kilo, kerjanya ada angkat-angkat yang berat ga, nyuruh banyak minum susu buat pemulihan. rasanya, beberapa nasehat kayak familiar tapi ndak aku perhatiin :"

***

Rumah sakit dan puskesmas biasa membuatku berpikir banyak banget ya orang sakit. orang yang rawat jalan, rawat inap. wajah-wajah cemas, wajah-wajah pias, wajah-wajah pasrah, wajah-wajah berharap, wajah-wajah bersyukur masih Allah beri kesempatan. wajah istri dan anak perempuan kecilnya yang untuk masuk poli saja suaminya ada di atas kasur rumah sakit yang didorong di lorong-lorong sampai di antara kami yang menunggu antrian poli. wajah ibu muda yang mengetahui gejala pada tubuhnya. wajah bapak tua yang sudah menunggu lama sekali. wajah ibu hamil yang menghabiskan waktu menunggu dengan makan keripik. wajah ibu bermakeup tebal yang marah ketika anaknya membuka tutup udara balon-balonan yang dibeli di luar puskesmas, yang bertanya padaku soal jaminan kesehatan. wajah keluarga yang bicara dengan bahasa cina selama menunggu. wajah-wajah ibu-ibu yang penuh perjuangan membuat anak kecilnya nyaman menunggu antriannya dipanggil.

semoga Allah menguatkan setiap orang yang berjuang, ya.

***

September mau berakhir. dan ternyata juga tidak sederhana. kemarin kukira di akhir agustus kusudah melewati bebrapa hal yang cukup challenging untuk diri sendiri terus mau nulis blog gitu tentang agustus yang berakhir. tapi tak kusangka september datang dengan ceritanya sendiri. membuatku kemudian berpikir, Allah mau kasih aku kejutan apa lagi ya selanjutnya. apapun itu semoga kubisa menghadapainya dengan baik dan membuat diri ini jadi bertambah baik. semoga kalian juga, ya <3 p="">


<3 p="">***

kemarin abidah bilang, dia sama ima bilang aku kamis kemarin kayaknya lagi seneng. kutau sih memang agak overekspresi kayaknya pas itu heuheu. padahal di saat yang sama aku juga sebenarnya sedang kepikiran sesuatu. aku jadi berpikir apa overekspresiku itu sebenarnya pelarian ya biar ngga kepikiran hal itu lagi heu.

***

beberapa hari yang lalu aku kepikiran, kenapa ada orang yang berpikir untuk melakukan hal yang kita have no idea samasekali tentang itu, dan dia melakukannya ke kita? dan membuat aku berpikir berkali-kali tentang itu. sampai hari ini, barangkali.
<3 p="">tapi mungkin Allah nggak akan menakdirkannya tanpa ada alasan. semoga aku bisa belajar tentang itu.

ceritanya jumat, 28 sep 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar