Sabtu, 15 September 2018

Di Kereta

Saya duduk dan terdiam memandang keluar jendela kereta. Melihat rumah petak kontrakan. Melihat lapangan. Melihat pohon pohon pisang. Melihat kawasan perumahan kecil yang sedang dibangun. Melihat rumah petak kontrakan lagi. Melihat rumpun-rumpun bambu. Melihat seorang ayah di kursi depanku, yang sedikit-sedikit melihat putri kecil dan istrinya yang ada di sudut gerbong wanita. Ya, ia sedikit terpisah gerbong karena keduanya ada di kursi prioritas gerbong wanita. Syukurlah pintu pembatas gerbong dan pinggirnya terbuka kebar. Sekali kudengar ada panggilan, Ayah...!

Aku berpikir tentang keluarga. Keluarga seperti apa yang kelak ingin aku bangun. Keluarga seperti apa yang ingin aku tumbuhkan. Ladang amal apa yang hendak kami semai. Senjata sabar dan syukur bagaimana yang kelak bisa selalu mengingatkanku bahwa orientasi apapun adalah untuk ridha Allah.

Mataku berkaca-kaca.

 Cibinong-Citayam
 14.58
Saat tulisan ini dipos, si Ayah berdiri, mengendong putri kecilnya di dekat pintu perbatasan antar gerbong 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar