Kamis, 13 September 2018

Perjalanan

suatu ketika kita berada di sepanjang jalan yang kanan kirinya lorong-lorong pertokoan. menyusuri dengan tapak kaki yang tak kenal lelah sehabis seharian menapaki jalan. lalu salah seorang dari kita melemparkan kalimat dari puisi aan mansyur, yang semakin terkenal namanya lepas rilis film aadc kedua: suatu hari seseorang pergi, lalu tiba-tiba ia ada di mana-mana

kita kembali mengenang banyak hal yang kita lalui dalam perjalanan. bukan soal kitanya. tapi orang yang kita masing-masing ingat sepanjang perjalanan. yang barangkali ingin kita ajak. yang barangkali ingin ia membersamai. tapi lagi-lagi. suatu hari seseorang pergi, lalu tiba-tiba ia ada di mana-mana. kita menyebut sosok-sosok yang pergi tanpa kita tahu kabarnya lagi. mereka pergi, kita menerimanya tapi begitu kita menyadari mereka pergi, mereka justru muncul di mana-mana.

agustus 2016
***

sekian jenak berlalu. hari ini aku yang pergi. tapi frase itu kembali berlaku; untukku, bahkan yang pergi. maka frasenya menjadi; suatu hari aku pergi, tapi seperti tidak ke mana-mana. betapapun pemandangan indah di depan, terjal jalan dilalui, banyak orang baru dikenali, pengalaman yang mengasyikkan, aku seolah tidak ke mana-mana. isi kepalaku terpaut satu. mengambil alih dominasi pikiran-pikiran. menggelayuti sudut yang harusnya bisa kuisi dengan apapun hal baru yang kuindra.

bahwa betapa banyak hal yang ternyata ingin kuceritakan.
dan kutanyakan.
agustus 2018
***

keduanya sama
untuk berujung pada; halo, apa kabar?
yang urung disampaikan


*sebenarnya aku ga ingin menambahkan notes ini, tapi daripada salah kaprah.
bias-bias kata ini mencampurkan nyata dan imaji, juga tebakan akan empati terhadap orang lain
 (sok memosisikan merasakan perasaan orang lain) yang bisa jadi juga salah
ini sering ad pada tulisan-tulisanku tanpa aku menulis note ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar