Sejujurnya mataku lelah sekali hari ini. Tapi kupaksakan menulis.
Hari ini hari ibu. Hari ibu pertamaku.
Tak ada yang terlalu spesial hari ini. Fafa mengirimi makanan dan tulisan selamat hari ibu. Ayah bertanya mau pesan apa, kujawab, dari Ayah aku tidak mau sesuatu yang dinilai dengan nominal rupiah. Entah Ayah menyimak dan akan ingat atau tidak.
Aku merenung dan mengingat-ingat hariku yang rasanya runyam 4 bulan belakangan. Hari-hari yang aku tak bisa bohong kalau aku bilang tidak melelahkan. Menjadi ibu sangat melelahkan. Bahkan tadi pagi aku tanya ke temanku, kenapa aku rasanya capek terus. Kenapa gak ngapa-ngapain pun rasanya capek. Kukira tak akan ada jawabnya, atau ya semacam, itu natural saja. Ternyata temanku menyodorkan link tulisan kakak kelas kami. Bisa baca di sini.
Dan, tentu saja ada bahagianya juga lah 4 bulan ini, haha.
Aku hanya mau jujur ke diri sendiri dan bilang. Halo diriku, selamat hari Ibu. Hari yang mungkin biasanya kamu anggap sebagai formalitas. Aku sudah jauh mengurangi akun yang kufollow di instagram. Tapi aku sejak semalam bertekad kuat untuk tak buka-buka instagram hari ini. Menghindari rasa iri atau ingin diapresiasi yang mungkin sesungguhnya tak perlu. Cih, kadang aku melengos seperti ingin meludahi diri sendiri.
Allah sangat memberkahi kami dengan hadirnya Kaisa. Sekaligus di waktu yang sama Ia ingin mendewasakan kami semua. Kehadiran Kaisa setidaknya empat bulan belakangan ini bukan tentang dirinya. Tapi juga aku yang belajar beradaptasi dengan ketergantungan penuh dirinya. Juga Ayahnya yang merelakan waktu-waktu yang ia inginkan untuk membantuku, dan juga merelakan diri bertambah sakit sendinya. Juga tentang Utinya yang mempelajari peran baru menjadi nenek, Akungnya yang juga bantu menenangkan atau mengambil alih saat kami belum shalat maghrib seperti hari kemarin. Juga dua omnya yang suka heboh sama ponakannya walau kadang-kadang ya bahas game juga dekat-dekat ponakannya ini.
Dan waktu berjalan empat bulan.
Sungguh bukan waktu yang mudah buatku *nada tangisu agak memuncak di bagian ini).
Aku hampir saja ikut challenge akun nktchi dan senyum pepsodent tentang menulis pengalaman favorit dengan ibu. Tapi karena kutunda-tunda rupanya hari ini sudah telat pengumpulannya. Aku ingin menulis:
Tidak ada ibu favorit. Semua ibu favorit.
Sejak aku menjadi ibu lalu membayangkan semua temanku bahkan rekan yang paling mengesalkanku pun, berasal dari rahim seorang Ibu. Menyusu air susu Ibu yang ia dapatkan dengan perjuangan keras ibunya; mengorbankan waktunya, makan dan minum sehat sebisanya, menahan lapar haus keinginan ke kamar mandi apalagi keinginan leyeh-leyeh demi melakukannya. Dan tentu saja, dalam bahasa kasar: merepotkan Ibu.
Tapi kita tak kenal bahasa kasar itu. Kita hanya tahu bahasa Ibu yang mengorbankan segalanya demi anaknya. Dalam bahasa agama, Ibu yang tahu surganya bisa diraih dengan menyayangi, merawat, dan mendidik anaknya. Dalam bingkai ikhlas, ilmu, doa, harap, dan jalan yang Allah ridhai.
Adanya Kaisa membuka banyak sisi yang jadi aku pertanyakan dari dalam diri. Tentang sabarku, bahkan lebih parah lagi tentang konflik antara aku dan ayahnya. Mengenali diri rasanya jadi tak berujung. Aku di saat yang sama ingin belajar banyak hal sekaligus aku enek belajar banyak hal. Aku menyadari bahwa aku suka belajar dan berjuang amat keras dalam prakteknya. Atau aku salah belajar? Atau tidak tepat dalam belajar? Entahlah.
Kadang-kadang aku bertanya, berapa lama waktu adaptasi sampai benar-benar semua terasa nyaman? Salah satu temanku adayang berkata tiga bulan, tapi hm, tadi pagi dia pun masih cerita tentang letihnya dan harapannya. Teman lain bilang sampai 6 bulan masih suka nangis. Teman lainnya lagi bilang sampai 9 bulan ia baru merasa mendingan.
Ayah bilang aku bisa lebih cepat. Dan aku berharap demikian.
Rasanya aneh mengatakan pada diri sendiri tentang: Selamat hari Ibu, diriku. Selamat hari Ibu, Fitri. Aku tidak berharap mengatakannya pada diri sendiri. Sebagaimana sebenarnya aku pun ingin hari ini berjalan biasa saja. Namun badai informasi (udah gak buka IGku loh aku niiiiih. Cuma buka yang maksimal giveaway batasnya hari ini doang) membuatku jadi korban hari ibu. Halah, ngomong apaan sih kamu Fit.
Memang kadang aneh rasanya. Jauh sebelum nikah aku menghilangkan tanggal lahir di sosial media karena tak berharap ada yang mengucapkan karena liat sosmed, i highly appreciate yang INGAT. Tapi ya ga ada yg inget juga ga masalah. Keluarga, atau sebatas ibu mendoakanku dan mengingat proses lahir sekian tahun silam sudah sangat cukup. Namun setelah menikah, entah kenapa keinginan diapresiasi itu ada. Saat aku ulang tahun, saat hari-hari spesial, saat hari ulang tahun pernikahan, saat hari ibu, saat kelak Kaisa ulang tahun. Entah apa yang aneh dari diriku. Aku seperti konslet, kena sesuatu.
Hei, kalian pikir aku gak malu nulis gini? Ya jelas malu lah. Jadi kalau baca simpen sendiri aja, ga usah share ke orang lain apalagi digibahin, wkwk.
Waktu berjalan dan tidak bisa diputar. Kadang aku jadi mudah menyesali sesuatu. Tapi Allah sayang sama aku dan ingin peluk aku dengan bilang, aku akan belajar mendewasa. Aku hanya butuh waktu. Percaya itu. Allah kuatkanmu.
Aku jujur lelah, lelah sekali. Aku bisa menertaai diriku sendiri yang kadang ikut sesi-sesi jeda atau semacam meditasi tapi tak ada yang berhasil sama sekali. Sampai-sampai aku berpikir, kayaknya Allah pengennya aku menjadikanNya satu-satunya cara aja, bukan yang lain.
Apa lagi, ya.
Jadi pengen dengerin bertaut dulu sebentar. Biarin mewek lagi.
Selamat hari ibu, diriku. Belajarlah mencintai dirimu sepenuh hati, sepenuh jiwa raga, sepenuh tubuh.
Kalimat terbaik dari Ayah kemarin (eh sudah kemarin aja yah, udah ganti hari soalnya) untuk menenangkan istrinya yang rungsing dan kesal karena hal-hall gak berjalan sesuai rencana adalah;
"Tau gak waktu abi kamu nerima aku apa yang aku rasain? Aku merasa sempurna."
Sudah hampir 4 bulan usia Kaisa dan sudah seusia itu pula saya jadi ibu. Kalau kata @annisast, adaptasi terbesar adalah saat menjadi ibu. Dan kagetku adalah beliau nulis beliau butuh 3 tahun untuk adaptasi. Tapi ya ga ada salahnya sih, mari apresiasi diri dan berterima kasih sudah mau berjuang melewati ini semua. Kamu hebat!
Kadang-kadang doa tuh udah kayak curhat aja deh sama Allah saking gak terstukturnya kata-kata, bingung mau merangkai jadi permintaan yang bagaimana. Segala pasrah sekaligus syuur, sekaligus minta diberikan petunjuk. Kadang-kadang kesel sedih ngadu juga nangis. Yah, apa weh.
Sudah hampir 4 bulan saya lahir dalam keadaan menjadi ibu. Perjalanan yang jujur gak mudah. Tapi sejuta kali orang akan bilang bahwa itu worth it, untuk mendapatkan pahala mulia di sisi Allah kalau saya bener ngejalaninya.
Aih, berjuang nih nahan nangis, lagi gamau nangis mewek haha.
Sekaligus melanjutkan postingan sebelumny kali ya markipel yang bukan mari kita ngepel tapi mari kita rapel hahaha.
Kaisa di usia 3 bulan sudah bisa ketawa ngekek-kalau ga salah ini di usia 3 bulan. Sudah...hm, jujur lupa dan kumenyesal dulu tak langsung nulis.
3 ke 4 bulan sudah suka mempertemukan tangan di depan dada dan meihatnya dengan seksama. etawa alau liat foto nikah umi sama abi yang dipasang di ruang tengah. akhir-akhir ini aku coba rutin nidurin dia setelah isya, perjuangan banget sih so true-tapi kadang yg lebih berjuang adalah menenangkan diri sendiri untuk menerima kalau aku ketiduran dan ga bisa ngapa-ngapain malemnya. Kaisa belum sempurna belajar miring-miring tapi ya mari kita apresiasi miringnya yang sedikit itu, semoga lancar ya nak belajar tengkurepnya meski masih secimit banget agak miringnya! Hehehe.
3 ke 4 bulan ini belajar lebih mengenal diri sendiri lagi setelah sempat ada konflik sama pasangan. masalahnya sepele, tapi aku pun heran kenapa diriku bisa kayak gitu. kita belajar lagi ya sayangku, dear diri!
sebulan terakhir daftar banyak kelas onlen sampe munek rasanya wkwkwk. ikhtiar belajar, doain ya sahabat semua.
hmm apa lagi ya.
ukuran baju kaisa agak oversize. alhamdulilah target BB bulan ke3 tercapai walau menuju bulan ke-4 agak deg-degan juga karena ditimbang kasar pakai berat ibu/uti gendong dikurang bb penggendong baru naik se-ons, mohon doanya ya semua heuheu. di usia 3 bulan ini karena telah banyak baju yg naik kalau dia udah berubah-ubah posisi, kaisa dapat beasiswa baju dari Ayah, wkwkwk. aku beli ukuran 9 bulan, bahkan ada merk yg aku ga nemu celan apanjangnya akhirnya beli celana pendek (yg mana adanya) ukuran 1 tahun, yaaa baiklah, pantes aja sih menurutku wk.
perasaan dan mood ibu berusaha lebih jujur mengenali diri di masa-masa terakhir ini. jujur kadang merasa iri kalau suami bisa rapat dengan khidmat atau ngobrol/diskusi seru sama temen-temennya. Dunia ibu kadang ya hanya itu-itu aja. mungkin bosan ya, atau butuh sosialisasi. cuma kadang aku jadi merasa apa ada hal lain yang belum selesai dalam diriku?
hm, apa lagi ya.
oh ya beberapa kali bocor pakai clodi malam membuatku lebih mencoba gimana caranya biar gak bocor kalau bobok malam. Alhamdulillah pekan ini lebih baik.
btw, ada hal yang menarik dan aku suka sebenarnya dari suami. mau belajar tapi belum ahli nih, pelan-pelan ya. hal itu adalah menerima keadaan dan tidak menyesali yang telah berlalu.
dari dulu aku selalu kesal kalau ketiduran, apalagi kalau udah merasa gak ngapa-ngapain karena ketiduran huhu.
tapi suami gak gitu, dia selalu menerima, dan merasa cukup, let it flow dan let it go. ringan banget hatinya, makanya ga jadi beban. ini yang aku lagi pengen belajar banget. gimana agar bisa melihat semuanya dari kacamata syukur. alhamdulillah it's happened dan okay let's be better next. jadi fokus ke depan dan ga menyesali masa lalu.
jujur aku struggle banget di sini heuheu.
karena bersama anak, ada ekspektasi yang mesti disesuaikan, di adjust, diterima bukan berarti mukul mundur diri, tapi yaudah ayo melatih hati agar ringan dan menerima segala kondisi baik, belajar reflek untuk bersyukur.
karena bisa jadi bukan karena gak bersyukur, tapi gimana biar syukur itu jadi reflek, jadi kebiasaan baik.
hm apa lagi ya.
oh ya akhir-akhir ini kayak rame banget temen-temen main saham, bahas naik turunnya.sebenernya udah dari lama sih, cuman mungkin aku sama hilmy baru bahas aja. cuman, berdasar hal-hal yang kami pelajari, amini, dan teladani dari ayah kami, kami gak mengambil jalan investasi di saham untuk mengelola keuangan. dengan beberap aobrolan finansial akhir-akhir ini kadang mikir juga, rumah itu kapan ya bisa diperoleh, apalagi kalau udah mikir gimana nanti kondisi keluarga, apakah ada adik yang perlu didukung biaya sekolahnya, keluarga yang perlu dibantu perihal finansialnya, dsb. kadang kayak wondering gitu nanti bakal gimana ya.
kadang satu sama lain di antara kita saling ngingetin soal ada Allah, sholawatin kalau lagi ragu liat rumah-rumah gitu, atau ya menenangkan satu sama lain biar ga terlalu dipikir-dipikir amat. well, perihal finansial, menabung, mengelola, ini memang kadang dari matematika manusia kayak waw besar ya, jauh ya. tapi kan ada matematika Allah :") btw, soal saling ngingetin ada Allah ini baru kepikir pas nulis ini loh. aku jadi inget momen-momen di mana Hilmy yang wondering atau mikir uangnya dari mana terus aku kayak enteng banget bilang, ada Allah atau bilang, udah solawatin dulu aja (sampe lucu bgt pas hilmy ada acara di sentul dan liat rumah-rumah bagus terus chat aku laporan liat rumah bagus dan bilang, udah aku sholawatin). dan ada juga momen aku menelisik keadaan dan perkiraan kebutuhan keluarga lalu aku yang kepikiraaan terus seharian, lalu hilmy yang nenangin dan bilang udah ada Allah ga usah terlalu dipikirin.
jadi ingat tulisan mbak Lia iip (yang aku gagal lanjut transcity wkwk), nulis ulang kata-kata ust. Syatori (ya Allah kujadi kangen jogjaaaa),
"Ya Allah jadikanlah mudah urusan duniaku karena aku tidak mau pusing karenanya." kata beliau ini doa yang diajarin Ust. Syatori supaya bisa fokus ngejar akhirat :")
nulis apa lagi, ya...
Sampai sini dulu aja kali ya. Senang juga ya nulis, jadi ngerinci satu-satu meski mungkin belum banyak. Terima kasih blog :")
Awalnya wondering nulis pas menyadari kalau murottal juz 4 sebentar lagi akan ke Juz 5 :") Masya Allah :")
Materi yang paling berkesan dari modul Disiplin Positif adalah waktu aku baca di buku bagian Hukuman vs. Konsekuensi. Rasanya abis baca bagian itu pengen berhenti dan membagikannya ke siapapun juga. Bahkan sampai berhenti bacanya dan corat coret outline mau ngeshare dalam bentuk apa *tapi belum berlanjut sih hiks. Aku saat itu merasa, setiap orang harus paham ini. Paham bahwa pemilihan kata-kata itu sangat ngaruh terhadap efek kedepannya. Bahwa jangan-jangan saat emosi marah dan kesal dominan, yang terlontar dari mulut ini emang malah ga bisa bikin anak tenang dan punya dampak negatif berkepanjangan.
Aku belum punya anak yang sudah bisa merajuk atau gak nurut, karena Kaisa masih bayi 2 bulan sekian hari. Tapi dari materi ini aku belajar banyak soal motivasi internal dalam diri anak-anak yang sangat besar untuk belajar, bereksplorasi, dan semangat mencoba hal baru, yang murni dari dalam dirinya. Orang dewasa di sekitarnya lah yang bisa jadi mematikan semangat belajar dari dalam diri anak-anak karena iming-iming hadiah sebelum melakukannya. Aku juga belajar soal konsekuensi yang sangat berkaitan dengan kesalahan dengan memberi refleksi dan pengalaman belajr, jauh dari hukuman yang justru malah menimbulkan kesan negatif bagi anak-anak sampai kelak dewasa di masa mendatang.
Kalau pengalamanku kecil, aku tidak terlalu ingat sih. Yang aku ingat di cerita adik-adikku dan ternyata mirip-mirip sama adik-adik suami di keluarganya. Ini hal yang pernah saya tanyakan juga saat sesi live pelatihan keluarga kita. Adik-adik saya dan adik-adik suami saa-sama pernah dimotivasi orang tua untuk menulis. Setiap tulisan atau setiap halaman dihargai sekian rupiah. Di adik-adik saya, ini memotivasi untuk memperbanyak portofolio mereka. Di keluarga suami, bahkan adik-adiknya berhasil punya beberapa buku yang diterbitkan salah satu penerbit mayor di Indonesia.
Saya dan suami kemarin sama-sama penasaran, apakah dalam rangka mengenali potensi serta minat bakat anak, boleh diberi motivasi eksternal agar ia memperbanyak jam terbangnya sehingga makin mengasah kemampuannya. Ternyata di bahasan kemarin, sebenarnya tujuannya bagus, dan mungkin kalau anaknya oke oke aja suka dengan kegiatannya gakpapa, tapi kalau anak gak suka berarti ada apa-apa. Tapi coba cari cara lain dulu nih gimana agar anak produktif berkarya dan menikmati karyanya. Nah dari sini ada poin yang kami dapat, bagaimana agar anak menikmati karyanya dan juga prosesnya itu. Jadi bekal untuk ayah ibunya buat pinter-pinter cari cara gimana biar kami bisa sangat mengenali potensi anak tanpa perlu memberi iming-iming di awal dengan janji. Begitu pula yang kami sepakati ke keluarga besar nantinya. Bismillah.
Kalau dari pengalaman adik-adik kami waktu itu yang saya tahu, mereka tidak merasa terbebani malah tambah senang sih. Tapi kami sama-sama setuju untuk tidak lagi memakai cara itu untuk mengiming-imingi di awal. Kami sepakat untuk boleh saja memberikan hadiah sewaktu-waktu anak kami kelak menghasilkan portofolio-portofolio karyanya, tapi juga akan tidak memberikan apa-apa agar kami melihat dan mengenali, seberapa nikmat anak kami melakukan kegiatan yang disenanginya, tanpa hadiah apapun. Pun yang kami pelajari juga dari sesi pelatihan adalah contoh case melakukan amalan sunnah di usia dini. Kami mau coba untuk beri tahu pada keluarga besar bahwa anak-anak kami tidak diberi iming-iming untuk melakukan amalan seperti shalat dhuha, puasa senin kamis, dsb. Pada usia dini, mereka cukup dari melihat teladannya yaitu ayah ibu mereka dan diajak banyak ngobrol terkait amalan tersebut hingga akhirnya mereka mau melakukannya dengan keinginan dari dalam hati mereka sendiri.
Tapi kali ini bukan tentang komentarnya. Tentang liriknya.
Entah kenapa dua hari ini bisa nangis kalau dengernya. Kadang lagi merasa rapuh sekali jadi diri sekarang ini. Auto dalem hati, lu kok cerita di sini yg sedih mulu sih fit? Kemarin mau nulis hal yang ga sedih tapi ya ketiduran lah apa lah. Tapi intinya, seperti media sosial yang sering kalian lihat lainnya, tidak ada media sosial yang bisa menunjukan kehidupan seseorang secara persis.
Masih nangis detik nulis ini.
Mulai dari Ummi.
Yang cintanya utuh setengah mati. Yang kuatnya tidak pernah bisa dikalahkan siapapun di rumah. Yang baiknya aku yakin akan memesona siapa saja.
Di buku ungu yang aku baca (males ngambil buat ulis ulang judulnya karena panjang dan bahasa inggris dan ga apal), di bab bab awal ada yang judulnya, Ma, Bagaimana Engkau Melakukannya? Berkisah tentang seorang anak yang udah jadi ibu dan dia masih sering wondering dan bertanya (aku bayanginya bertanya mengarah ke langit) "Ma, bagaimana dulu kau melakukannya?" setiap si ibu ini rungsing dengan kerjaan rumah. Meanwhile dulu ibunya adalah ibu dengan anak (kalau ga salah) berjumlah sebelas. Yah, kebayang lah ya. Eh salah, gak kebayang ding.
25 tahun hidup, jelas sering ngerepotin ummi. mau masih piyik ga bisa apa-apa, kecil yang mungkin belum paham kenapa diminta ini itu sama orang tua, beranjak remaja yang moodnya labil sebagaimana abege pada umumnya, bahkan nikah dan punya anak pun, masih sangat bergantung sama ummi.
Kalau sekarang beredar akun akun atau platform platform tentang kesehatan mental ibu, aku bahkan bertanya ke diriku sendiri danpernah tanya padanya, apakah ummi punya waktu buat diri sendiri?
Kalau aku kesel, kalau aku runyam, kalau aku merasa aku ga guna dan ga produktif, aku jadi kembali bertanya juga seperti kalimat tadi. Apa ummi pernah begini? Misal aku kesal sama suami, mersa capek dan pengen nyerah ngurus anak, ingin diperhatikan dan diakui, merasa malas suatu waktu karena ingin mengerjakan hal lain, aku bertanya, ummi akan apa kalau di posisi ini?
Aih, ya Allah :"
Sedikit ku jelaskan tentang ku dan kamu
Agar seisi dunia tau
Keras kepala ku sama denganmu
Cara ku marah cara ku tersenyum
Seperti detak jantung yang bertaut
Nyawaku nyala karna denganmu
Aku masih ada sampai disini
Melihatmu kuat setengah mati
Seperti detak jantung yang bertaut
Nyawaku nyala karna denganmu
Bun aku masih tak mengerti banyak hal
Semua nya berenang di kepala
Dan kau dan semua yang kau tau tentangnya
Terlalu banyak kalau aku deskripsikan satu-satu. Aku takut tangisnya ga selesai karena tulisan ini belum selesai.
Kedua tentang Kaisa.
Usia dua bulan mungkin yang selama ini rasanya udah banyak dipelajari, tentang rutinitas nyuci popok, mandiin, ilmu nyusuin, ilmu gendong dan nyari gendongan, ilmu perclodian, dikit-dikit bocoran tentng mpasi, perkembangan motorik fisik dll dsb. Bahkan buat aku, nyari baju dia di marketplace aja butuh ilmu dan kesabaran panjang. Mohon maaf kalau lebay.
Nyatanya masih jauh yang harus dipelajari lagi. *tariknafaspanjang
Kadang kalau merasa gagal, merasa kesal, merasa kecewa, aku bahkan ada waktu-waktu pengen menyiksa diri. Kadang merasa seburuk itu aku jadi orang. Kadang kalau kecapean mudah tersulut emosi.
Padahal bu, anaknya baru dua bulan.
Dulu pas masih newborn banget dan akunya fluktuatif, aku pengen dia gedean dikit udah bisa paham diajak berkomunikasi. Sekarang juga kayak udah ngerti sih, tapi maksudku tadi kaya yang udah ngerti beneran paham gitu.
Sekarang, kayak mau gini terus rasanya.
Kayak belum siap menghadapi anak ini tumbuh dan menghadapi milestone yang rasanya aku belum punya ilmu di sana, belum menambah stok sabar di sana, dan kok kayak-kayaknya ga kuat duluan :(
ya ya kalian benar bahwa ini semua ketakutan di kepala aja, kzl kan yha.
semakin belajar tentang milestone tahap perkembangan anak, belajar pengasuhan di kelas pelatihan keluarga kita (kalau ini udah tertarik dari belom nikah sih), jadi semakin paham ramainya dunia per-orang tua-an dan masya Allah :")
speechless adang sampe gatau mau ngomong apa terus nyerocos aja di mari.
Tapi hebatnya, ada Allah yang bisa kapan aja kita minta kekuatan, kita minta kesabaran.
:")
Halo Nak, kita siap menghadapi banyak langkah kehidupan di depan ya :")
*gatau cara mengakhirinya, udah basah lengket ini muka nangis dari tadi. bahkan refleksi liriknya terhadap kehidupanku belum ada yang ditulis sepeserpun
Malam, sudah ganti hari. Kaisa agak lama baru bisa tidur tadi, alhamdulillah gak kebablasan ikut ketiduran.
Ada kerjaan belum kelar sebenernya, tapi entah kenapa pengen corat coret di sini.
Tiba-tiba aja kepikiran dan terkenang masa-masa remaja #halah yang masih nyari-nyari jalan. Masih sih sampe sekarang juga.
Kayak keinget aja malam-malam kosong dan sendiri, entah pulang jalan dari kampus utara ke kosan sebrang milan, atau tetiba inget malam-malam menempuh perjalanan di motor. Atau perjalanan naik kereta jarak jauh.
Kangen.
Kadang kangen masa-masa mikir. Kadang kangen sama kehidupan-kehidupan yang pernah dijalani. Entah kenapa tetiba jadi mikir lagi mau ngisi hidup ini dengan apa. Bisa gak ya? Sempet gak ya?
Tadi sore Hilmy cerita *wgwg btw dari dulu aku bingung kalau nulis suami itu di blog apa ya, sekarang dahlah tulis nama aja* tentang temennya yang merasa bosan di kerjaannya di salah satu startup unicorn (eh masa aku nangis nulisnya, tanda pikiran udah kemana-mana duluan sebelum kecepatan menulis). Padahal sebelumnya dia juga udah kerja di kantor lain yang besar. Jadi kayak udah kerja gitu loh.
Terus Hilmy wondering gitu, kayak gitu apa ujungnya ya? Kita masih umur segini, nanti berhentinya sama apa ya. Sebelumnya doi abis ngomong gini, hidup kalau ga ada yang dikejar emang gitu-gitu aja ya, bosen ya.
Terus aku bilang, ya emang mesti netepin batas cukup.
Terus aku tanggepin ke kalimat sebelumnya karena aku mikir itu relate sama cerita si temenya itu. Mungkin kalau udah berkeluarga misalnya, mau gak mau ada yang dikejar. Kayak misalnya ayah mesti menghidupi keluarganya, ibu yang istlahnya apa ya, hidup demi anak-anaknya.
At that time aku mikir kalau pada batasan tertentu yang gak sampe depresi gitu yah, mungkin motivasi hidup seorang ibu tuh ya keluarganya. Kayak, kalau ga ada ibu, keluarganya akan gimana ya, anaknya akan gimana ya, dsb. Entah hilmy mikir apa atau ga mikir apa-apa haha. Tapi itu pikiran selintas aku saat itu. Alasan-alasan untuk hidup bahkan ketika ga ada dunia yang dikejar sama sekali kayak masih idealis ala-ala anak mahasiswa dan remaja.
Kadang kalau merenungi hidup (ya Allah ini ngalir banget tanpa direncanain nulis ini), aku suka mikir, aku mau ngapain ya. Mau ngelakuin hal sesederhana yang bukan cita-cita kayak baca buku aja kok sekarang kayaknya susah. Atau inginku tuh sebenernya apa sih. Entah, kadang kayak gak punya ingin. Menjalani hari itu dengan baik-baik saja aja kayaknya udah alhamdulillah dan seneng banget :"
Sampe tadi pun pas ngomong gitu ke Hilmy, ingetnya ya Kaisa. Entahlah hidup akan berjalan bagaimana ke depannya. Ah, mana belakangan ini banyak berita meninggal yang aku bilang pas baca beritanya kan, terus Hilmy bilang. Kok kayaknya belakangan ini banyak siapanya temen kamu yang meninggal Fit? Me like, eh iya ya. Wah, jangan-jangan itu sebaik-baik pengingat dari Allah....
Tadi juga lupa kenapa, terus scroll galeri hp dan lihat foto-foto Kaisa. Entah ada perasaan yang menelusup di hati dan ga bisa aku gambarin dengan kata-kata di sini. Tapi ya itu lah menambah campur aduk perasaan malam ini.
Oh ya sama tadi baca ini di ignya kak ifah, ada tulisan Najelaa Shihab dari bukunya yang berjudul Cinta untuk Perempuan yang Tidak Sempurna. Begini bunyinya
Menjadi dewasa bersama ibu, bkn hanya soal bertukar baju dan sepatu, ttapi saling meminjamkan hati di saat yang lain butuh. Menjadi tua bersama putri sendiri, bukan hanya soal berbagi memori atau mimpi, tetapi saling menumbuhkan percaya di saat yang lain belum berani.
Auto inget Ummi dan Kaisa :""""
Sepanjang nulis ini, ada kalanya aku pengen temen ngobrol ampe chat nadia dan laura. Ada kalanya aku keinget apa gitu atau kangen orang-orang sampe chat kak marissa bilang kangen, pm kak suci kasih doa. Kadang keinget hal-hal kecil bikin terharu dan sedih jadi nangis sendiri lagi :"
Dah ah fit balik lagi ngerjain kerjaan yok.
Malam, teman-teman.
Selamat rehat, selamat istirahat.
Dari aku yang masih punya banyak garapan tapi mulai puyeng ini heuheu.
Semalam nangis denger ini sambil bobokin Kaisa. Dan tentu saja nangis dong hiks. Ingat awal-awal adaptasinya berasa lamaaaaa banget padahal usia Kaisa juga masih seiprit. Padahal nanti kalau udah berjalan bahkan Kaisa makin besar juga mungkin akan kerasa cepet bahkan gak berasa. Gak kebayang kalau dia sudah makin besar, remaja, bahkan dewasa :"
Lalu nangiss juga karena kebayang dan keinget Ummi. Dulu aku masih kecil, ditimang-timang. Lalu beranjak jadi anak kecil, remaja, dewasa. Tentu banyak sekali dalam perkembangannya anak tuh bikin kesel, bikin sedih orang tuanya, dan lain sebagainya. Gak kebayang gimana ya emosi ortu terutama ibu tuh keaduk-aduk sepanjang perjalanan jadi orang tua masya Allah :""" auto berasa banyak dosa sampai usia saat ini T^T
Bismillah, pengen mulai esok (which means hari ini) dengan lebih baik ke orang tua, dan detik itu juga langsung baper liat Kaisa yang sekarang masih kecil banget dan bergantung sepenuhnyaaa penuh sama orang di sekelillingnya. Kaisa yang gak ngelawan dibopong mandi meski ayah ibunya aja bisa jadi gak mandi dua kali sehari, Kaisa yang gak ngelawan diganti popok. Digendong bopong bawa ke sana ke sini. Bener-bener utuh pasrah sama orang sekitar. Kelak dia bisa menjelajah sendiri, bisa nurut bahkan bisa menolak, huhu. Semoga Allah mampukan Ibu Ayah mengisi setiap detik hidupmu dengan ikhtiar terbaik yang selalu sesuai dengan maunya Allah ya Nak, semoga Allah ridha <3
-semalam so suprisingly ayah juga dataang pas nidurin Kaisa dan tiba-tiba bijak gitu ayo Kaisa tidur udah malam (padahal sebelumnya doi bobo malem bahkan pagi), ibu ikut ketiduran dan hari ini alhamdulillah kebangun sekitar jam setengah dua, bisa nana nini dikit lah, salah satunya nulis ini :") soale kadang bahkan sering deng syulit mau nulis blog begini :"
Kalau dibilang waktu berjalan cepat. Ya cepet sih ternyata ya. Udah hari ini aja. Tapi kalau dibilang berasa, ya berasa banget jujur hahaha.
Alhamdulillah tsumma alhamdulillah.
Berjarak sebulan dari tulisan satu bulan kemarin. Rasanya pengen baca ulang sih sebenarnya, tapi nantidulu lah. Biar tulisan ini original dari apa yang terngiang dan terlintas di kepala saja. Satu bulan berlalu, rasanya Kaisa sudah berkembang banyak. Satu yang paling terasa adalah dia sangat mudah dan senang senyum saat ini. Walaupun ya gak mudah mudah banget sampe yang dipancing dikit dan diminta senyum langsung senyum ((yakali langsung paham)). Tapi udah sering senyum gitu. Sampe kata orang-orang gak nguatin senyumnya.
Kalau Fatih bilang, lucu banget. Entah udah kesekian kali ke berapa dia bilang gitu. Sampai kadang saking gemesnya, dia cubit pipi umi pas umi mangku Kaisa.
Kalau kata Abi, lucu banget ya senyum yang belum punya gigi gitu.
Jadi mikir juga sih, apa emang kalau kakek nenek yang udah ga punya gigi juga senyumnya gemesin ya? haha.
Kaisa juga udah punya liur, kadang menggelembung di antara kedua bibirnya. Kadang ngeces juga. Kaisa juga udah bisa genggam dan narik baju atau kain. Kalau ditengkurepin atau tummy time, ngangkat kepalanya makin tinggi dan udah mulai betah lebih lama dari dulu. Masya Allah. Kaisa juga makin keliatan kalau dia suka memperhatikan percakapan yang terjadi di sekitarnya. Pun saat kami mendapat telepon yang cukup panjang. Kalau kata Ayahnya, kayaknya dia suka suasana ramai deh. Gitu katanya abis mengamati waktu Kaisa main ke rumah depan tempat Uti Akungnya.
Ibu juga punya prestasi haha. Ibu makin biasa pake clodi dan belajar-belajar seputar itu. Thanks to Mbak Ainun dan timnya di umaiyo yang ngadain kelas clodi dan mau aku ributin nanya ini itu bahkan kayaknya dari sebelum lahiran haha. Bismillah semoga Allah kuatin ke depannya buat perclodian ini.
Hm, apa lagi ya.
Sebulan terakhir juga sempet ada momen nangis parah sama Ayah. Haha. Tapi habis itu masya Allah leganya.
Materi-materi pelatihan di Keluarga Kita berikut sharing dari peserta-peserta lain makin menyadarkan aku tentang betapa masya Allahnya tantangan yang ada di setiap fase tumbuh kembang anak, fase berkeluarga, dan lain sebagainya. Masya Allah di sini aku artikan sebagai apa ya, semacam, dari hubungan pernikahan itu muncul simpul hubungan yang banyaak sekali. Penyesuaian, hubungan antara istri dan suami, ayah dan ibu, anak dan masing-masing kedua orang tua, mertua menantu, kakak dan adik, dan lain sebagainya. Tapi biar bagaimanapun, mental belajar dan mengalahkan ego tentu menjadi prioritas demi nyamannya hidup bersama dan meraih surgaNya bersama-sama kelak. Aamiin.
Oh iya jadi kepikiran juga bikin buku tentang pengasuhan dan lain sebagainya itu. Tapi kadang eh, kepikrin juga, lah ini ibu anak satu dan masih bayi, pengalaman apa ya yang bisa merangkumnya menjadi kara yang istimewa. Kita lihat saja ya, semoga Allah kuatkan dan mampukan.
Oh ya sebulan ke belakang, 2 kali mati lampu malam-malam. Yang satu bikin jadi ganti popoknya ngungsi deh.
Sampai sini dulu mungkin ya, salam peluk teman-teman onlenqu. Semoga memancarkan oksitosin ya, haha.
20 10 20
23.53
Update 22.10.20, 03.05
Ayah menulis juga tentang dua bulannya Kaisa dan ini perfectly well. Ayah nulisnya pagi sih, aku malam campuran lelah dan mengejar agar belum gnti hari *alasan.
Yap betul, Kaisa sudah gemar bercerita dan senang senyum, walau kata dokter anak, usia 2 bulan memang senyum sama semua orang. Nanti di atas empat, dia sudah mulai bisa pilih-pilih, bisa senyumnya sama yang dekat aja. Tapi kami berharap Kaisa bisa jadi anak yang murah senyum dan senang senyum pada siapa saja :")
Dan betul, tiba-tiba ada suara kayak ngemut gitu (bahkan aku baru sadar kalau ngemut juga ada suaranya). Ternyata dia sudah mulai coba icip-icip masukin jarinya ke mulut. Kalau dulu-dulu biasanya masukin tangan tanda lapar, ini jari. APakah sudah masuk fase oral? Kayaknya sih mestinya belum, entahlah.
Oh ya di usia 2 bulan ini juga ada fase-fase aku deg-degan banget soal BB Kaisa, bahkan sampai nangis. Sampai akhirnya lepas dengan mengusahakan apa yang saat ini bisa diusahakan seperti usahakan kasih hind milk lebih banyak. Tapi di awal-awal aku maksain banget (mungkin karena panik ya) Kaisanya muntah ya Allah sedih gak sih T^T. Kayaknya karena aku gak tenang juga. Finally setelah cobin sehari kasih hind milk lebih banya dengan aku yang sudah lebih tenang, aku balik lagi ke ritme awal. Sambil beberapa kali ini nampung dulu dengan harapan dari awal udah dapet hind milk. Bismillah, kita lihat timbangan besok pas imunisasi ya Nak. Meskipun kemaren sampe pinjem timbangan posyandu ampe bawa ke rumah. Gini ya rasanya khawatir BB ya Allaah, padahal usia masih 2 bulan. Semoga ke depannya ga ada gini-ginian lagi. Sambil kencengin doanya :"
Senin kemarin, dua kali nangis abis shalat. Dhuha sama ashar apa ya, pas liat Kaisa. Pas abis Dhuha ingat suatu puisi dari buku yang sedang kubaca. Tentang bagaimana pekerjaan bisa menunggu, sementara penulisnya terlalu sibuk untuk mengamati perkembangan putrinya setiap harinya. Pas abis ashar, karena di tengah sesi pelatihan keluarga kita, mayoritas yang sharing itu orang tua yang anaknya lebih dari satu lah, yang anaknya udah besar, balita, intinya bukan yang bayik bayik kayak Kaisa gini.
Pas itu habis shalat banget. Dan Kaisa bobok di kasur sebelah kanan saya. Di situ aku merasa, wah anakku kelak akan bertumbuh besar. Kelak akan beranjak dewasa. Kelak akan punya keinginan, kelak akan bisa menolak, kelak akan bisa memilih. Bayi yang sekarang masih belum punya ingin yang bisa disampaikan, nanti insya Allah bisa ngoceh macam-macam. Menyampaikan apa yang menjadi keinginanya, menanyakan apa yang menjadi pertanyaannya, menolak apa yang tidak diinginkannya, menerima dan bersenandung riang karena senang dengan apa yang diminta ayah ibunya untuk dilakukan.
Huhu baper deh rasanya kemarin tuh ampe acara nangis-nangis segala.
Menjadi orang tua dan mengasuh anak yang masih bayi di tahapan awal-awal gini tuh berasaaaa banget. Cuma kalau lagi fase akyak gini jadi terasa hal-hal yah jangan cepet-cepet gedenya atau kayak duh momen dia masih polos dn kayak gini tuh pengen dikekep teruuus karena masih ibunya khawatir belum siap menghadapi fase selanjutnya. Tapi eh, kan ada Allah.
Heuheu, abis solat ini meskipun kelas juga masih jalan, langsung deh brb motoin Kaisa, hihi. Padahal biasanya langsung ke kelas ga mau ketinggalan stu kata pun.
Dia iteratif gitu. Hari ini senang, besok mungkin sedih. Siang gembira, malam bisa jadi sesak karena tangis sesengukan.
Kesal melanda. Kemudian penuh maaf. Lalu kelak bisa jadi kesal lagi, atau awet senangnya.
Masya Allah, banyak sekali cerita hari-hari belakangan ini :")
Sabtu, 10 Oktober 2020
Halo, rasanya lama gak nulis ya hampir seminggu belakangan kita tidur rada berantakan, ga persiapan, dan sebagainya.
Ada yang bangunnya enak, ada yang ga enak. Masih banyak nangisnya. Emosi kadang masih naik turun, adaptasi ini kalau boleh jujur masih berat, tapi bukan berarti ndak bisa kan? #mempukpukdirisendiri
Kadang aku masih dikelilingi pertanyaan-pertanyaan seperti,
kenapa aku ga berhenti membodoh-bodohi diriku sendiri?
kenapa aku mersa berat sekali hari-hri ini dan masih tidak nyaman menjalaninya?
kenapa aku ga kenal diriku sendiri?
kenapa aku kesel liat orang punya waktu luang yang ga digunakan dengan baik, aku iri, aku jg mau waktu luang kayak gitu
kenapa aku benci diriku sendiri?
otakku heboh kayak mau perang. pikiran kayak gitu bisa muncul dan timbul kapan aja dia mau.
sebel? banget.
Pagi ke siang, siang ke sore, sore ke malam,
silih berganti.
Tidak ada intinya mungkin, tapi pagi yang menjelang zuhur tadi rasanya berat sekali. Kadang rasanya, sampai bingung mau doa gimana ke Allah. Bingung mengurai kata-katanya.
Rupanya 1,5 bulan belum cukup untuk serta merta senantiasa beradaptasi dengan semua ini.Masih kadang nangis,masih suka bingung, masih bertanya-tanya ini itu bagaimana, juga soal mengenal diri yang kok kayak tiada akhir ya, ckckck.
Let's describe this feeling another way
disclaimer: yng saya rasakan hari-hari belakangan ini
Saya kecewa karena merasa tidak diperhatikan
Saya sedih karena terganggu saat sesi praktek di kelas online
Saya bingung dengan apa yang menjadi kebutuhan diri saya
Saya capek
Saya pengen nangis
Saya tidak tahu mau jadi apa saya ke depannya
Saya bingung dengan masa depan
Saya kecewa dengan diri saya sendiri
Saya khawatir disalahkan dalam pengasuhan anak
Saya takut dan overthinking dengan komentar-komentar terhadap anak saya karena didikan saya
Saya kesal dengan stigma dan label bahwa pengasuhan seolah-olah tanggung jawab ibu padahal itu tanggung jawab bersama
Saya takut disalahkan dalam hal semisal mandi, makan, dan tumbuh kembang anak yang hanya menyudutkan saya. Padahal haloooo, pengasuhan itu tanggung jawab bersama kedua orang tuanya
Saya takut ditinggalkan
Saya takut anak saya punya kenangan buruk di alam bawah sadarnya karena perlakuan yang tanpa sengaja saya lakukan yang kecilnamun tanpa sadar itu berdampak
Saya iri dengan suami atas waktu luang yang dimilikinya
Saya kesal kalau suami main game kelamaan
Saya malu sama ibu saya, kok hebat banget tulus ikhlasnya, saya pengen bisa kayak gitu
Saya takut diabaikan
Saya takut menyampaikan apa yang saya butuhkan meski sudah belajar menyampaikanya terus dan terus
Saya kesal jika orang yang saya sayang ngobrol dan asik banget lamaaa sama lingkaran temannya dengan volume keras dan ketawa-tawa yang unfaedah dan malam-malam
Saya kadang merasa tidak nyaman karena sakit pinggang kalo nunduk-nunduk angkat gendong atau pegal di punggung dan pundak
Saya gemes kalau tau orang-orang berpotensi besar kelamaan main gamenya dan sampai menggeser hal produktif lain. Ditambah, saya lama kelamaan jadi itu dengan waktu luangnya.
Apa yang saya inginkan?
disclaimer: btw, yang saya tulis saya ingin apa bukan berarti ga dapat ya. Ya pengen nulis aja lah
Saya dipeluk tiap hari
Saya diperhatikan
Saya menikmati waktu berharga bersama orang yang saya sayang, dan juga sebaliknya
Saya bahagia
Saya ikut kelas tanpa gangguan
Sesekali dapet popok yang ga ada pupnya biar gampang tinggal dibilas
Saya mengenal diri saya
Saya tahu kebutuhan diri saya
Saya cukup
Saya dicintai
Saya diberi hadiah kejutan
Saya rileks
Saya tidak overthinking (mau nulis lawannya tapi gatau apa sih lawan overthinking)
Saya ingin liburan tanpa pikiran kerjaan
Saya ingin pacaran lagi sama suami haha
Kami sepasang orang tua yang rajin menimba ilmu mempersiapkan bekal untuk pengasuhan
Saya bisa tenang dan tidak terburu dalam shalat dan berdoa
Saya bisa shalat khusyuk
Saya ingin bisa ngobrol seru
Saya ditemani
Saya dihargai dengan cara waktu yang saya gunakan untuk perintilan urusan anak dan rumah tangga ini orang lain yang punya waktu luang gunakan dengan hal bermanfaat atau produktif. Jika tidak membuat sesuatu, bisa dengan belajar, mengaji, membaca buku, atau hal-hal lain yang sungguh sebenarnya ingin saya lakukan namun terhalang hal-hal tadi itu.
Apa yang saya syukuri?
Alhamdulillah kami sehat sekeluarga
Alhamdulillah masih bisa makan, masih ada pekerjaan
Alhamdulillah Kaisa sehat (this so spesific)
Alhamdulillah keluarga rukun
Alhamdulillah bisa gantian jagain Kaisa saat mau makan, shalat, ke toilet
Alhamdulillah masih bisa konek ke internet, bisa cari info, kirim kabar, belajar
Alhamdulillah masih hari-hari cuti, sekarang latihan manage waktunya
Alhamdulillah suami wfh, bisa nemenin di sela-sela kerjanya juga
Alhamdulillah masih terbantu banyak oleh Ummi :"
Alhamdulillah masih bisa bernaung di rumah orang tua
Alhamdulillah ada laptop bisa nulis ini
Alhamdulillah meski rasanya masih patah-patah, belajar terus komunikasi sama Allah
Alhamdulillah asi lancar
Alhamdulillah ada mesin cuci, ada bantuan nyetrika belakangan
Alhamdulillah ada gendongan stretchy wrap
Alhamdulillah Ayah Kaisa suka bacain buku
Alhamdulillah gumaman Kaisa makin banyak
Alhamdulillah ada grup belajar nyusuin, belajar clodi
Alhamdulillah umi kadang-kadang beliin kue
Alhamdulillah dikelilingi orang baik
Alhamdulillah bisa bangun pagi walau masih cari pola agar bisa comeback again bangunnya lebih pagi
Alhamdulillah Allah kasih kesempatan belajar secara online
Alhamdulillah Allah kasih waktu nulis ini
Alhamdulillah Allah titipkan Kaisa pada kami, Allah mudahkan proses persalinannya dan Allah takdirkan ia lahir dengan sehat dan selamat
Alhamdulillah Ayah baik mau kasih beasiswa buat ibuk
Tadinya mau nulis pagi, sambil minum coklat hangat dan makan roti. Tapi tentu saja tidak bisa nyambi ketiga hal itu. Coklat hanya tersisa sedikit, makan roti butuh tangan dan jadi agak susah ngetik. Qadarullah Allah kasih waktu malam ini. Nulis apa saja tapa rencana. Mengalir begitu aja di teks box kosong blog ini. Berusaha (banget rupanya!) menuliskan lebih banyak syukur daripada meleburkan apa yang dirasakan belakangan ini. Atas ketidaksempurnaan diri, terima kasih. Atas tangis senguk yang hebat semalam tadi, terima kasih. Atas kesal, tidak berdaya, perasaan terbebani yang pernah terasa, terima kasih. Atas kecewa yang pernah ada terima kasih. Atas salah tangkap, terima kasih. Atas ketidakberdayaan diri dan perasaan ingin ngomong tapi segan lalu meledak bum dalam hati, terima kasih. Atas rasa sayang yang besaaaar sekali, terima kasih. Atas capek dan lelah dan kesal, dan iri dan pasrah, terima kasih. Kamu hebat, dear Fitri. Semua berproses dan berjalan. Bismillah, pelan-pelan, bisa ya.
Cerita
365 hari jadi istri.
46 hari jadi ibu.
365 hari jadi istri. Terima kasih Hilmy, sudah membersamai sejauh ini. Sudah bersabar dengan segala drama kehidupanku yang belum selesai sampai sekarang. Tolong bantu aku menyelesaikan dan menguraikannya pelan-pelan ya. Ayo kita belajar jadi lebih baik yuk. Pelan-pelan belajar, ya.
46 hari jadi ibu. Terima kasih Kaisa, sudah mau bersabar atas ibu yang jauh dari sempurna ini. Tentu saja perlu super banyak ilmu membersamaimu pada fase-fase kehidupan berikutnya. Ibu tidak mau menyesal, bantu ibu ya Nak. Mudahkan kami ya Nak.
Tidak ada yang pernah bilang pada saya bagaimana beratnya awal mula menjadi ibu. Sebenarnya satu sisi bagus, karena itu tidak terlalu membuat saya begitu takut. Sisi lain jujur, mental saya tidak siap rupanya menjalani fase baru begitu saya menjadi ibu. Saya kaget. Saya merasa lelah: fisik maupun mental. Badan saya capek, pikiran saya merasa tidak kuat menjalani semua fase baru ini, sambil bertanya-tanya atau semacama meragukan diri sendiri: hebat banget sih si X bisa nggak berat waktu menjadi ibu. Ini bukan asumsi loh, aku pernah nanya sendiri ke dia.
Waktu itu saya memang sedang letih dan memasuki adaptasi menjadi ibu baru. Usia anak saya masih hitungan hari dan saya dihadapkan dengan bangun tengah malam, ganti popok yang sering, dan banyak pikiran soal saya harus mulai belajar dari mana, ya?
Saya memulai komunikasi dengan suami dan ibu. Satu sisi saya takut merepotkan mereka, tapi satu sisi saya butuh bantuan mereka. Tentu saja di sisi lain saya merasa tidak enakan menyampaikan isi hati saya pada mereka. Tapi biar bagaimanapun saya merasa itu yang bisa saya lakukan. Kadang saya kadung menangis duluan, kadang merasa kesal duluan, dan jadi menyalahkan diri sendiri soal kenapa gak bilang sejak awal agar segala kemungkinan buruk bisa diantisipasi.
Tapi begitulah, perjalanan menjadi ibu baru saja saya mulai. Dan demikian pula rupanya pembelajaran seumur hidup dan pengasuhan dimulai. Saya mau coba untuk bisa senantiasa mengomunikasikan hal-hal yang pelru diantisipasi sejak awal, seperti bilang ketika saya ada kegiatan belajar online misalnya. Atau sesederhana saya mau makan atau cuci popok sebentar saat saya harus meninggalkan bayi dan saya tau suami masih WFH-sewaktu-waktu tidak bisa langsung pegang bayi apalagi ketika rapat, tapi setidaknya ia bisa langsung beri tahu saya, dan saya tidak dihantui perasaan merasa bersalah karena meninggalkan bayi dan 'seolah-olah' menyerahkan bayi pada suami dan mengganggu pekerjaannya, atau saya jadi merasa kesal karena suami masih bekerja sementara tau-tau saya mendapati bayi menangis, padahal itu karena kesalahan saya yang nggak bilang kalau saya nitip bayi dulu.
Bismillah, selamat menjalani perjalanan baru, Fitri :)
Malam ini lelah sekali, ya seperti malam-malam kemarin juga, sih.
Tapi dua kesayangan sudah tidur. Dan kalau bukan hari-hari baru menjadi ibu dengan segala adaptasinya, barangkali saya enggak akan ngalah-ngalahin istirahat dengan duduk di depan laptop detik ini. Karena hal ini, rasanya, mahal sekali. Heu.
Jadi apa memang yang akan ditulis?
Entah, entah apa. Dua draft baru-baru ini ada di sudut daftar tulisan. Bukan tentang hari-hari sih. Tapi belum jadi jadi juga untuk diselesaikan.
Jadi, mulai dari mana kita?
Waktu buka laptop, masih ada hasil search lagu yang diputar di opening kelas online yang malam kemarin kuikuti. Terus baca satu dua liriknya dan meraba-raba maknanya, jadi pengen dengerin. Jalan hampir setengah memutuskan play ulang dair awal sambil mencermati liriknya. Dengan segala kemampuan bahasa inggrisku yang terbatas, nangis dong baca liriknya pas lagunya diputer :""""""""""""""""""""""""""""""" heu, dasar aku.
Hari ini tadi pagi ikut acara remaja yang diselenggarain secara online. Saya bukan panitia bertugas tapi ya panitia belakang layar juga sih. Alhamdulillah meski gak in charge banget, selesai juga meski peranku gak maksimal.
Siangnya, imunisasi dan tindik Kaisa.
Perjalanan, dengan segala drmaanya mulai dari siap-siap, makan siang, capek, dsb, rasanya haru waktu liat Kaisa begitu anteng sepanjang perjalanan, sepanjang nunggu, sampai saat disuntik imunisasi dia gak nangis sama sekali. Tindik pun nangis karena kaget aja. Bentar, sebentar banget. Pinter banget anak ibu :"
Perjalanan pergi ngantuk rasanya, begitu juga pulangnya. Di perjalanan pergi sempet kerasa, kangen eh pergi berdua ama ayah aja, haha.
Sore berlalu, ashar, mandiin Kaisa, maghrib, makan, isya, nidurin kaisa, janjian gantian jagain kaisa sama ayah Kaisanya agak susah tidur awalnya.Sekarng alhamdulillah sudah tidur.
Badan saya dan Ayah Kaisa pegel-pegel. Sejak punya anak dan gendong-gendong, berasa banget emang punggung pinggang. Semoga Allah mampukan kami dan kuatkan kamiii aamiin. Ayah akhirnya memutuskan pergi tidur lebih dulu. Saya masih punya kerjaan sebenernya. Tapi setelah menyelesaikan beberapa saja, saya memutuskan yang lain entar dulu deh. Padahal badan capek juga ini sebenernya pengen rebahan.
Ya Allah, ini tulisan ga ada intinya amat yak. Kenapa sih kalian masih tahan baca? Haha.
Perjalanan menjadi ibu baru seper sekian tentu saja. Masih ada hari-hari berikutnya yang tentu saja akan banyakpembelajaran. Semoga Allah senantiasa beri kami kesabaran :")
Hmm apa lagi ya.
Kemarin ikut acara, semacam acara jeda buat mama gitu. Walaupun pas acara inti say amalah gabisa ikut karena Kaisa masih melek dan masih mau nemplok. Sampeeee ternyata baju saya basah oleh ompolnya tapi bukan dari rembes, halah. Yha pokoknya gitu sih, Sedih juga ga bisa ikut sesi inti, tapi alhamdulillah hati entah gimana berasa lapang dan gak kesel. Kayak udah pasrah aja kali ya.
Agenda ini adalah agenda kolaborsi dari aimi (komunitas menyusui), jabodetabek menggendong (komunitas menggendong), temanlahiran, dan Keluarga Kita. Pada satu titik waktu kelas, saya tetiba mikir. Kok kayaknya saya tertarik banget sama pengasuhan ya. Dari dulu kayaknya, sebelum nikah. Ikut sesi bicara Rangkul Depok (Keluarga Kita) pun udah sedari 2018, sebelum nikah. Terus pas persiapan lahiran dan ikut kelas nyusuin, makin amazing sama ilmu seputar menyusui. Sau dua disaranin Kak Shanin soal akun gendong juga amaze. Sebelumnya juga pernah ikutin iglive temanlahiran dan pas kepo background Mbak Prita amaze juga aku, ternyata backgroundnya bukan bidan dan semacamnya. Tapi karena pengen semua orang punya proses persalinan yang menyenangkan, jadi memperdalam ilmu seputar persalinan, yoga, menyusui, dan pas ngisi kemarin juga ilmunya kalo ga salah ilmu internasional gitu, healing dan relaksasi (bahasaku karena lupa istilahnya apa kemarin), sampai bikin temanlahiran.
Terus jadi mikir, akan ada jalan apa ya dari hal ini? Ya kalau ada sih, semoga aja ada sih. Penasaran juga...
Sepanjang sekolah, sepanjang hidup bahkan. Gak ada materi tentang bagaimana menjadi ibu, terutama persiapan mental setelahnya rupanya. Kenapa saya sebut soal mental? Karena ini penting banget rupanyah. Di atas semua ilmu lainnya maksudku. Oh baik, mundur dikit ke pernikahan. Sepanjang sekolah formal juga ga ada ilmu tentang kehidupan pernikahan. Bab nikah di pelajaran Fiqih aja aku engga tau apakah sekolah umum juga ada. Tapi yha itu formalitas aja sihkayak syarat, rukun, dalil, hukum, gitu-gitu aja.
Setelah menikah, banyak yang kemudian disadari mesti dipelajari sebelumnya. Sedih amat yak kalau cuma bisa jadi generasi google yang dikit-dikit nanya ke doi. Kemudian hamil, apa ada pelajaran soal gimana kalau hamil, gimana mengusahakan bisa lahir normal, gerakan apa, amalan apa, dan segala hal lainnya yang penting semasa kehamilan.
Tidak ada. Sedih banget yak, ini ilmu yang insya Allah semua orang akan jalani, tapi gak dipersiapkan dalam kurikulum kita.
Alhamdulillah kemudian ikut kelas nyusuin, yang sangat membantu dalam menjalani proses menyusui yang rupanya ya Allah ini mah perlu banget ilmuuu. Lalu kalau grup-grup ada yang bahas toilet training, anaknya jatoh dari kasur, manajemen popok, asi, stimulus anak, berasa banyak bgt si yang mesti dipelajarin heuheuheu. MPASI juga deg-degan, padahal Kaisanya baru 40 hari ehehe. Tapi ya deg-degan juga sih liat buibu yang mikirin BB anaknya gitu. Terus kemarin sekali nyoba ikut kelas MPASI online gitu, wahhh ini sih iya ibu butuh banget ilmu. Kapan hari baca akun soal SIDS (meninggal mendadak karena posisi tidur bayi-yang aku tangkep), tummy time, 0 time screen time buat bayi sapai usia 2 tahun, dsb dsb, ga boleh pake sarung tangan dan kaki terus-terusan, dsb dsb.
its like ya Allah ko info kayak gini tuh ga semua orang tau ya.
Dan paling super penting mental. Luar biasa kadang aku pun masih fluktuatif kadang emosinya. Beuh apalagi awal-awal jadi ibu :")
Ya iya sih ilmu gini bisa seiring berjalanya waktu, tapi kayaknya seindonesa raya aja mungkin lebih banyak orang yang tau rumus lingkaran ketimbang ilmu dasar penting yang akan berpengruh pada pengasuhan anak :"
Gemes aja.
yang mana pengasuhan anak itu berlangsung seumur hidupnya si anak dan berpengaruh pada kehidupannya sejak bayi:")
eh ini tulisan mau dibawa kemana sih sebenernya.
kadang belajar ini semua kayak tertairk gitu. kita lihat saja.
kadang mikir juga, ya semua ibu kayaknya tertarik sih fit, gak elo aja.
cuma kadang ngerasa aja sih kayak ada energi yang besar gitu kalau tau sesuatu dan mau nyampein lagi. semisal ada temen udah low expectation gitu anaknya bisa asi eksklusif, rasanya langsung pengen encourage dia buat gak nyerah dan berjuang teruuuus.
ah jadi inget ngomongin pengasuhan anak di asrama dulu.
kadnag sekarang jadi lucu sendiri. aku merasa dulu belajar dan tertarik banget sama hal-hal parenting. sempet ikut sekolah calon ibu waktu masih mahasiswa. tapi beneran pas ngejalaninya kerasa banget. WOY GAK ADA YANG NGASIH TAU AKU KALAU JADI IBU TUH PERASAAN AWAL DAN ADAPTASINYA KEK GINI!!!
//ya mungkin lo aja kali fit yang lebay -__________-
haha kzl kan.
kadang ku mikir, apa aku yang berlebihan dan kelamaan adaptasinya. apa aku ini aneh dan laen sendiri, dsb lainnya.
kadang masih kesel sama bayi rasanya pengen ayo dong udah ngerti, ibu capek, tidur ya tolong, atau kesel sama ayah kok kayaknya ibu mulu, atau apa gitulah.
ya gitu perempuan. oh salah, ya gitu aku deh, tar dibilang blaming semua perempuan kan repot juga aku. kadang rasanya pengen balik ke anak belum lahir, atau pas belum nikah.
tapi waktu bergerak dan menjadikan pembelajaran.
somehow kadang aku mikir, rumah tangga yang kami jalani belum ideal. masih gabung sama umi abi juga, atau dengan plus minus lainnya lah. ya belum kebayang juga kalau nanti udah beneran kita doang akan gimana. tapi ya begitulah, semua juga akan terjawab waktu. ga selamanya ketakutan akan membayangi. ga selamanya sedih, nanti juga senang lagi. ga selamanya kesel, orang kese aja sayangnya masih, hahaha.
kadang rasanya pengen banget semua orang tau kalau punya anak akan kayak gini, menikah mesti siapin ini, dsb dll. tapi trus mikri lagi, apa ini aku doang ya? haha. ya tentu sebenernya ada aja sih case-case lainnya, bahkan yang lebih ekstrim dari aku pun :")
sesi kemarin yang aku ndak bisa ikut sesi utamanya namanya jeda buat mama. manis sekali ya dengar namanya. setelah jadi ibu, waktu luang adalah harta karun. bisa selonjoran rada lama itu precious. tanpa sseluruh support system ini mungkin susah sekali makan tenang. orang dengan mereka aja kadang aku makan sampe keselek dan ga menikmati lah wes pokoknya :")
emosi yang turun naik, keinginan yang rasanya semakin jauh, rasa iri sama orang yang punya waktu luang-bahkan (bukan bahkan sih mungkin lebih tepat: apalagi!, karena ini orang deket banget) sama suami, perasaan yang kayaknya berputar-putar di situ aja, rasa kayak bingung maungapain, merasa ga punya cita-cita untuk dicapai, capek, capek, capek,pinggang pegel, pundak pegel, punggung pegel, cucian pampers dan popok, rutinitas mandiin, perasaan ingin didengar dan ditemani lebih banyak, dan segala hal lainnya. suatu hari nanti, tentu manis buat dikenang .
woy nulis baris-baris awal paragraf di atas aja udah nangis aku :" cemen ya haha.
tapi isi lain kayak selalu mikir, ilmu seputarpengasuhan ini menarik banget. kayak awal-awal kata-kata mbak nia di sambutan kemarin, ini adalah acara yang dibuat tanpa konflik kepentingan. oleh ornag-orang yang percaya untuk menyusui asi selama 2 tahun, yang eprcaya pengasuhan dengan attachment, elekatan, ang percaya pada menggendong untuk mengasuh dengan kelekatan dan tidak percaya dengan bau tangan. di situ saya merasa bahwa banya banget orang yang pengen semua ibu itu punya pola pengasuhan yang baik, bisa memberikan asi yang merupakan nutrisi terbaik seantero muka bumi dari ibu masing-masing pada anak masing-masing, senang menggendong dan dekat dengan menggendong. huhu terharu :"
jadi ibu, jujur gak mudah, tapi nikmatin aja ya fitri sayaaang.
seperti kata kemarin,
terima kasih ya sudah berjuang (heuheu nangis dong nulisnya :")
maafin perasaan-perasaan kesel kemarin ya
maafin diri kamu yang masih terasa gampang capek
maafin diri kamu yang masih berjuang buat belajar bahagia
maafin diri kamu yang kadang masih bosen kalau nyusuin dan jadinya malah cari kegiatan yang sebenarnya bertentangan dengan value kamu
maafin diri kamu yang masih bingung sama masa depan, sama mau jadi apa, sama mau ngapain
maafin diri kamu yang masih sering minder,
maafin diri kamu yang kadang masih pengen makan tapi Kaisa udah nangis dan tatapan ayah seolah-olah ayo cepetan fit itu anak udah nunggu (padahal seolah-olah aja di mataku, belum klarifikasi)
maafin diri kamu yang belum tau semua hal
maafindiri kamu yang kadang masih kesel sendiri
kita belajar lagi ya sayang
masih ada waktu, masih ada hari
isi,nikmati, penuhi.
terima kasih diriku, aku sayang kamu fit!
terima kasih sudah berjuang sejauh ini
terima kasih sudah mau coba lagi
terima kasih sudah coba beradaptasi
terima kasih untukgak nyerah walau lelah, terima kasih kalau iya pun cuma sampai di pikiran aja
terima kasih sudah menyayangi dirimu sendiri, terima kasih sudah menyayangi Kaisa dan ayahnya, belajar menyayangi mereka setiaaaap hari :")
((ya Allah nangis lagi))
belajar lagi ya fit
belajar lagi kenali diri,
belajar lagi kenali kebutuhan diri
biar ga mudah kesal ketika lihat ayah atau kaisa dalam saat-saat tertentu
peluk sayang fit. bukan cuma kamu yang butuh keluarga kamu saat ini. mereka pun
terakhir, aku nangsi mecermati lirik ini dari awal
its like, kadang kita gagal, kadang kita ga mendapatkan sesuai keinginan. kalau aku, ngartiin memori di sini kayak ingatan-ingatan aku pada fase hidup sebelumnya, kayak pas belum nikah, pas belum punya anak, tapi ya, well, kadang-kadang orang pun patah hati, orang tersakiti, orang hilang arah, kehilangan, dan begitu pula aku :"
tapi this too shall pass :")
terima kasih, Allah. semoga fitri bisa jadi hamba yang Engkau ridhai, ya.
Senang adalah ketika mendengar Ayah bilang, "Ayah mau main dulu sama Kaisa." Lalu meninggalkan segala devicenya, meninggalkan media sosial yang sedang dibuka, atau film/acara yang sedang diputar, atau game yang tengah dimainkan.
Lalu Ayah beringsut mendekati Kaisa.
Senang adalah saat dengar ayah memancing Kaisa untuk menangkap jarinya, atau untuk bilang a.
"Tangkap tangan Kaisa!" Lalu Ayah menangkap tangan Kaisa.
"Sekarang Kaisa tangkap tangan Ayah ya. Ini tangan Ayah di sini." Ayah menggerak-gerakan jarinya. Kaisa mengamati. Kaisa menggerak-gerakkan tangan. Lalu tak lama berhasil meraih tangan Ayah. Kalua belum berhasil, Ayah akan memancing Kaisa terus, dan didukung oleh orang sekelilingnya agar Kaisa meraih jari Ayah. Saat berhasil, kami yang lihat akan terpukau kagum dan takjub. Lalu memuji Kaisa, "Kaisa hebat, masya Allah. Kaisa pintar!"
Senang adalah saat Ayah membacakan Kaisa buku. Walau kadang Ayah ketiduran, kadang bisa ekspslorasi banyak, atau kadang Kaisanya kayak menolak dan ga mau gitu kayak tadi pagi. Lalu Ayah bilang, "Oh, Kaisa belum suka ya buku ini. Yaudah nanti dulu ya."
Senang adalah ketika sedang berdua-dua dengan Kaisa dan Ayah masih dengan apa yang diurusnya, lalu Ayah meluangkan waktu nyamperin dan nemenin kami :")
Terima kasih Ayah, segala waktu bersamamu menjadi berharga .
Sungguh aku sering sekali cemburu, takut kalau Kaisa bahkan lebih deket sama ayahnya. Emang gini ya namanya lihat orang lain wkwk *julid rasa media sosial. Gak deeeng, ya mungkin sesimpel kita kan bisa liat orang lain tapi ga bisa liat diri sendiri waktu main sama Kaisa yak...
Waktu bergulir, apakah terasa cepat? Relaitf sih. Pas hari ini emang kayak oh udah sebulan berlalu dan udah sebulan umur Kaisa. Tapi jujur rasanya kayak banyak hal yang terjadi baik secara fisik, emosi, maupun perasaan yang berkecamuk dalam diri dan insya Allah kuyakin menjadi sebuah proses yang baik kedepannya, aamiin.
Sudah sebulan usia Kaisa. Biasanya kalau aku isi form onlen atau bilang usia anak aku bilangnya satuannya masih hari. Sekarang sudah tanggal 20 September dari 20 Agustus, sudah sebulan rupanya :")
Kaisa sudah melek, ini gak jauh dari hari kelahirannya sih. Tapi awal-awal berasa banget kok matanya merem terus ya? Atau pas mbuka mata tuh ada kotoran matanya, seolah itu yang bikin lengket dan dusah buka mata.
Bulu mata Kaisa sudah tumbuh. Pun alis yang menyusul belakangan.
Tangan Kaisa sudah mencengkeram, menggamit baju ayahnya atau bajuku.
Diajakin ayahnya buat main tangkap jari, kadang bisa juga menangkap jari yang disodorkan. Entah memang dia paham atau memang tahap anak usia segini, atau dia merepetisi saja.
Diajakin ngomong a, Kaisa juga ngomong a walau tidak sering, tapi pernah beberapa kali nurut mau ngikutin, maasya Allah.
Sudah mulai mau meraih buku high contrastnya sendiri.
Besok murottalnya masuk juz 2 ya Nak :)
Masih banyak yang mau dituis rencananya tapi keburu nangis anaknya :"
---
Updated 00.24, 21 Sept 2020
Sementara saya?
Fase sebulan pertama benar-benar mengenalkan seperti apa peran ibu dan bagaimana dunianya menjadi berubah, sangat berubah.
Sebulan yang barangkali mewakilkan bagaimana hidupku selanjutnya dan membuatku berpikir bagaimana harus melewatinya. Rasanya kayak enggak percaya awal-awal lahiran dan adaptasi sama fase punya anak dann masih pemulihan jahitan. Pertama kali seumur-umur dijahit dan di area lahiran rasanya kayak berat banget duduk berdiri biasa aja, apalagi sampe aneka pose. Buang air masih susah, bahkan aku lupa dulu awal-awal perpopokan Kaisa gimana ya pas masih popok kain terus, apa buang airnya belum sesering dan sebanyak sekarang ya? Soalnya kalau mengingat dulu masih kayak begitu pemulihan lukanya, kayaknya aga impossible wara wiri kayak sekarang beresin macem-macem. Terima kasih kepada ummi yang banyaaak banget bantu bahkan sampe sekarang :"
Masih tidak mudah berdamai dengan segala yang baru. Bahkan dalam kondisi belum bekerja seperti sekarang. Fitri just being Fitri yang masih aja overthinking, mikir macem-macem dan ke depan akan gimana tapi berharap banget semoga saja hal ini lekas hilang. Menjadi ibu membuatku semakin ingin banyak didengar karena memang banyak sekali yang terasa di dalam diri dan hati. Pun aku jadi paham kata-kata menjadi ibu kadang pengen ngomong sam aorang dewasa karena terlalu banyak ngomong sama anak kecil. Absolutely agree. Di sini aku paham banget betapa butuhnya dekat, terbuka, dan hangat interaksi dengan pasangan, karena itu barangkali yang akan menjaga warasnya ibu.
Masih tidak mudah berdamai dengan waktu, yang kini tidak lagi fleksibel. Masih tidak mudah berdamai dengan perasaan gak seimbang sama peran ibu yang secara fisik dan emosi kerasa lebih berjuang daripada pasangan apalagi kalau fase-fase melihat pasangan kok kayaknya santai banget dan bisa nana nini. Tapi gak mudah bukan berarti gak bisa. Penerimaan diri ini mungkin memang lebih sulit dibanding biasanya, tapi dengan memohon pertolongan Allah, komunikasi ke pasangan, semua mestinya bisa dilewati kan ya?
Aih, tiba-tiba pusing nulis ini semua. Hahaha.
Kok jadi panjangan isi kepala saya daripada milestone Kaisa ya. Ah sesungguhnya ga gitu-gitu amat sih. Tapi sesungguhnya proses kelahiran mengajarkan keimanan yang begitu dalam. Bahwa hebat sekali Allah menciptakan manusia di dalam rahim denganbegitu detail dan sempurna. Saat mengamati Kaisa, suka takjub sendiri. Masya Allah, hebat sekali Allah ciptakan Kaisa dengan sempurna, dengan kedua mata jernihnya, hidungnya, mulutnya, telinganya, dan jari-jarinya yang sempurna 5 jumlahnya di masing-masing kaki dan tangannya.
Masih teringat saat USG 17 minggu, dokter menghitung jemari anak kami yang saat itu masih kecil sekali tentu saja. Hebat banget rasanya ilmu dokter dan kemampuannya, serta tentu saja hebat sekali pendetailan yang Allah ciptakan. Itu saja baru yang secara fisik terlihat. Belum yang tak kasat mata seperti organ dalam. Masya Allah.
Kelahiran juga mengajarkan saya tentang melihat semua orang, melihat teman-teman saya, keluarga, orang yang ngeselin nyenengin atau apapun itu, semuanya. Saya jadi agak-agak flashback dan melihat dan mengingat bahwa mereka semua dulunya pun anak-anak kicik yang bergantung penuh dengan ayah ibunya, yang dirawat penuh sayang oleh keduanya, yang dimandikan, digantikan popok, diajarkan a ba ta dan shalat lima waktu, yang diantarkan sekolah, yang kini besarnya sudah menjadi teman-teman atau keluarga besar. Kalau mikir gini tuh ngelihatnya jadi beda banget. Jadi kayak semua orang adalah permata. Permata hati. Permata yang indah dan mengkilau dengan cahayanya masing-masing, sedari dulu.
Ini auto banget mikir gini kalo abis chat sama orang, tetiba inget orang, dsb dsb.
Kaisa hari ini sudah satu bulan. Sekarang pukul 01.05 dan tadiii sebelum saya update tulisan ini waktu dia terbangun dan murattal juz 1 selesai saya ubah ke juz 2 dan direply one agar terulang terus dibulannya yang kedua. Kaisa hari ini sudah satu bulan. Rasanya saya tidak mau bilang tidak terasa karena sesungguhnya semua waktu ini berasa dan berharga sekali. Usia satu bulan memang belum terasa bila diajak komunikasi, tapi kami yakin Kaisa mendengar dan belajar mengenal serta memahami. Kami berupaya hati-hati kalau mau ngomongin kata negatif terutama yang saya rasakan atau misal ayahnya mau cerita apa yang dibaca di media sosial. Ini challenging, bukan karena sulitnya menyampaikan tanpa didengar Kaisa, tapi khawatir ada yang kami kira baik-baik saja untuk didengar tapi ternyata tidak.
Tadi saya dengar kajian Ust. Adriano Rusfi tentang membangun keluarga. Tidak sempat merangkum semua tapi ada hal yang baguuus banget tentang mendidik anak (i'll post later in another post insya Allah). Semakin berasa amanah mendidik anak ini sangat besar dan gak main-main. Bikin mikir kalau ayah ibunya masih melakukan a b c d sepertinya akan beri dampak tidak baik pada Kaisa. Apalagi kalau nanti kontrol kepalanya sudah semakin baik dan makin mudah noleh-noleh. Ketika indra penglihatan dan pendengarannya makin sempurna Kaisa akan lebih mudah tertarik pada cahaya layar atau suara yang terdengar. Benar-benar tidak bisa main-main menyuasanakan suasana rumah.
Doanya supaya kami bisa melaluinya dengan hal yang Allah ridha ya :")
Hari ini Kaisa sudah satu bulan, hampir lebih satu hari jam 04.40 nanti
Kaisa sudah pintar angkat-angkat kepala waktu tummy time, belajar keseimbangan dan melatih kekuatan otot di lehernya.
Kaisa sudah makin kuat njejak-njejaknya.
Kaisa boboknya sudah nggak selama boboknya waktu baru lahir, sepertinya sudah minta ditemani.
Kaisa sudah nyemprot ibu sama semprotan pup hehe, Sabtu sore kemarin, waktu mau dimandiin ternyata masih pup, kirain tinggal dikit eh tiba-tibe nyemprot sampe ke baju ibu.
Kaisa sudah coba-coba latihan olahraga bayi, hehe. Kaki kayak ngayuh sepeda, tangan digerakkan, kaki digerakkan.
Sehat terus ya Nak. Tumbuh kembang optimal. Jadi anak shalihah, pribadi yang sabar dan penuh syukur.
Hari ini Kaisa 28 hari usianya. Berarti sudah 28 hari menjadi ibu.
28 Hari yang kalau boleh dibilang, jujur tidak mudah. Tapi pada akhirnya sampai juga ke angka 28 ini.
Banyak sekali yang menjadi adaptasi bagi saya. Dan alhamdulillah Allah beri banyak kemudahan walau saya masih sering mengekspresikan beberapa kalimat yang mungkin terdengar mengeluh tapi sejatinya saya ingin didengar...
Alhamdulillah Kaisa sehat
Alhamdulillah asi lancar
Alhamdulillah suami wfh
Alhamdulillah banyak dibantu umi
Alhamdulillah mepet-mepet ada yang bisa dititipin Kaisa kalau kepepet
Alhamdulillah ada rezeki
Alhamdulillah saya dan suami sehat, umi abi adik-adik sehat
Alhamdulillah bisa gantian gendong kalau Kaisa mulai merasa gak nyaman dan saya mulai pusing mesti gimana lagi
Alhamdulillah masih ada stok pospak kalau udah lelah nyuci popok kain dan sepaket bebajuan dan kain lain yang kena najisnya, atau kalo udah stres dan gamau nambah pikiran
Alhamdulillh Kaisa keliatan naik BBnya walau belum nimbang di timbangan bayi lagi, meski kalau gendong udah kerasa pegel juga :")
Alhamdulillah dapet cuti 3 bulan dari kantor
Alhamdulillah ada hadiah-hadiah yang datang
Alhamdulillah alhamdulillah :")
It's okay Fitri, to not being okay
untuk menjadi pusing gegara obrolan grup-grup soal mpasi, toilet training, jatuh dari kasur, akan ada waktu kamu juga belajar satu-satu. pelan-pelan dulu aja ya
untuk belum jadi ibu sempurna. karena pengalaman umi adalah 4 anak sementara ini baru anak pertama. selalu akan ada hari baru untuk perbaikan :')
untuk belajar sabar yang tiada bertepi, ini sejak dulu kamu tau kan akan ada terus ujiannya. walau jadi ibu adalah ternyata...tbh yang paling challenging, dibanding sabar soal nikah bahkan! hahaha. bismillah yaa, sedikit-sedikit perbaiki yaa, saking pengenya jadi orang yang sabar ini kan dari jaman belum nikah kalau punya anak mau ada kata sabarnya? :")
untuk iri sama ayah Kaisa yang kayaknya kok ada aja sih waktu buat main medsos, nonton, skrolling dan dapet informasi apa gitu, main game. kamu punya ladang pahala yang buesar, begitu juga dengan Ayah Kaisa. Kalau Ayah banyak bantu kerjaan ibu tentu ladang pahala ayah makin besar, huehehehe. Gakpapa pelan-pelan hatinya ditata dan ga usah iri yaaa, kan kalo butuh bantuan tinggal bilang kata Ayah juga
untuk iri sama orang-orang hebat di luar sana yang kayaknya keren banget dah berbuat banyak sementara diri ini kayak merasa makin kecil aja, makin ga karuan, ga teratur, ga produktif. Semua akan ada masanya, who knows rencana Allah di masa depan. Terus bergerak dan berbuat baik, kita lihat nanti akan gimana. Yang penting kamu nambah kapasitas diri dan terus coba berkarya, bergerak. jadi lebih baik dari sebelumnya ya Fit!
untuk hari-hari, waktu-waktu, dan masa-masa yang seolah terenggut. Percayalah kamu sedang menata batu bata kebaikan yang akan menjadi pondasi tumbuh kembang terbaik buat Kaisa. Dan itu keren dan sangat produktif!!!
Belajar lapang lagi yuk, belajar melepas, belajar rela, belajar ikhlas, belajar adaptasi, fleksibel, diluaskan lagi sayangnya. Kaisa menerima kamu apa adanya, tapi tentu ia akan jadi ana paling bahagia kalau tau ibunya mau memperbaiki diri dan gak males dan gak banyak alasan, hahaha.
Terima kasih, Allah.
Fitri, 23.59 Ternyata, nangis juga di ujung tulisan :"
"Kalau kita mempersiapkan kematian dengan baik, kita akan jadi ibu yang baik."
Tadi nulis panjang, tapi hp error dan hilang semua, intinya dulu aja ya nanti diedit hiks
Updated----
Saya masih ingat betul hari itu waktu suatu weekend di September 2017 ke rumah Tyani di Depok karena kami mau berangkat bareng ke nikahan di Wiladatika. Tentu saja sepulangnya kami masih berbincang ringan sebagaimana saat kami juga masih sekamar 2010 lalu. Aih, waktu berjalan cepat sekali.
Kami mengobrol ke mana-mana. Seputar dunia perkoasan Tyani, stase obgyn, stase anak, stase forensik, pernikahan, punya anak, film yang ditonton, olahraga, hataraku saibo, hadits arbain pertama, keluarga seperti apa di masa depan, dan lain sebagainya. Hingga di tengah obrolan itu semua,tercetuslah kalimat dari mulutku waktu bahas tentang masa depan tentang takut menikah dan takut punya anak (ini yang bikin Tyani bahas hadits arbain pertama dan keluarga masa depan).
Sempat aku tanya, mau jadi ibu kayak gimana Tyani? Lalu dia bilang, "Fit, emang yakin akan jadi ibu?" Di sini awal-awal kayak tertohok dong, arah obrolannya mau ke mana nih. Lalu dia lanjutin. "Stase forensik ngajarin aku kalau jangan kePDan kita bakal jadi ibu, PD itu kita mau mati."
Intinya Tyani bilang saat itu. "Padahal belum tentu loh usia kita sampai ke jadi ibu."
Ea ea ea, bener juga sih.
Lalu meluncurlah kalimat di atas itu, "Kalau kita mempersiapkan kematian dengan baik, kita akan jadi ibu yang baik." Kalimat yang sampai sekarang masih di-pin di google keep wizard hp saya. Dipikir-pikir, kalimat ini relate banget sama semua fase kehidupan. Kalau kita mempersiapkan kematian dengan baik, mestinya kita bisa jadi ibu yang baik, jadi ayah yang baik, jadi pasangan yang baik, jadi anak yang baik, jadi karyawan yang amanah, jadi mahasiswa yang amanah dengan tiitelnya sejauh apapun merantau dari rumah, dan lain sebagainya.
Untuk Tyani, semangat ishipnya ya. Semoga perjalanan dan masa akan membentukmu menjadi dokter yang berbeda. Yang jauh lebih hangat hatinya, jauh lebih sayang sama orang lain, jauh lebih berani melawan segala ketakutan yang sesungguhnya hanya ada dalam diri sendiri. Tentu saja doa ini #ntms juga.
Hari-hari ini, jujur adalah menerima bahwa menjadi ibu itu memang gak mudah.
Hari-hari ini, lapang adalah menerima bahwa kalau memang diri ini masih jauh dari orang lain, maka cukupkan, berhenti membandingkan.
It was a heavy things, when doing writing is about know what happen in ma self. Aften talking many words to my husband before maghrib.
Dear diri, terima kasih sudah mau lelah ya. Beradaptasi dengan seluruh hal baru yang belum kamu kenal sepanjang 25 tahun sebelumnya.
Dear diri, terima dulu ya. Kalau kamu belum se power ibu-ibu lainnya, atau teman-temanmu yang sudah lebih dulu jadi ibu. Kita belajar lagi dulu, ya. Satu-satu, pelan-pelan. Perlahan.
Membayangkan ibuk ku dulu berkutat dengan 4 anak, mengulang rutinitas yang itu itu saja sambil mengisi kehidupan dengan banyak hal bermanfaatan lain semasa kami piyik-piyik dahulu kala. Menentang bosan sembari mengiyakan lelah, namun tak pasrah untuk terus menghadapinya. Betapa luar biasa :"
Pun begitu juga dengan ibunya suami, 4 kelahiran, 5 anak. Sekali waktu menghadapi anak kembar. Dua bayi di waktu yang sama. Betapa luar biasa :"
Setiap kelahiran pasti punya cerita. Ya Allah, kuatkan hamba. Cukupi hamba. Mampukan hamba. Semoga sabar dan syukur selalu mengisi hari-hari kami. Aamiin. Terima kasih ya Allah.
Ahad yang sudah jadi Senin. Malam Ahad kemarin, Kaisa lebih rewel, dan aku lebih baper sama banyak hal sampai kirim banyak pesan ke suami. Terima kasih sudah melewatinya, Fitri. Terima kasih sudah banyak membantu, Ayah.
sumber https://www.instagram.com/p/CB1m6iJpUgX/ Let kids be kids, just let them be Princesses, pirates, let the bath be the sea! Let them stare at the sky and find animals in the clouds. Let them dance in the rain and sing out loud. Let them dream really big and wish upon a star. Let them feel the wind in their hair from the window of a car. Smell their dandelion bouquet like it's your favorite flower, For they will grow up in what seems like just an hour. Tell them bedtime stories each and every night. Let them sleep in the middle when they awake with fright. Shield them from evil and keep them from danger, But teach them of acts of kindness for complete strangers. Don't hurry them, overschedule them, and make them feel lost. Let them build castles, do cartwheels, and find shells in the sand. If they need a little help, then please give them a hand.❤ Let them walk barefoot and the grass tickle their feet, For it's the small things in life that will make them feel complete. Let them make couch cushion forts and sleep in a tent, For this is the way childhood was meant to be spent. Let them bring you breakfast in bed, let them burn your toast. Someday it will be times like this you will miss the most. Teach them how to serve others and be a good friend. If you teach all these things, their love will have no end. Teach them in life, not everyone will win. And when they lose they need to accept with a grin. It's not about the money you have and the things you have bought. Life is all about lessons that parents have taught. So let kids be kids, just let them be. ❤ -a beautiful poem by jennifer caldwell, let kids be kids.