Kamis, 05 Juni 2014

Adalah Kita (2)

Adalah kita, manusia-manusia yang suka sekali membuat kenangan. Menulis, berfoto. Saling memberi hadiah, bertukar senyum, saling bercerita menghabiskan waktu bersama. Memberi semangat, memberi selamat. Saling mengejek, saling mendoa. Tertawa, bahagia.

Adalah kita, manusia-manusia yang suka sekali mengenang. Hei, kalau dipikir, bukankah itu agak bodoh? Terkadang, kita membiarkan diri kita mengingat-ingat hal yang pernah terjadi di masa lalu. Seorang teman bilang, kita akan mengenang hal-hal yang berkesan. Maka bisa jadi adakalanya banyak hal berkesan tentang suatu hal spesifik. Yang di kemudian hari, kita akan sadar bahwa ada suatu hal yang menjadi alasan bahwa banyak hal berkesan itu tidak usah diingat-ingat. Sama sekali. Bahkan mungkin harus dibuang jauh-jauh.

Tapi, itulah kita : manusia-manusia yang suka sekali mengenang. Mementingkan masa kini dan tanpa sadar terus menciptakan kenangan. Tanpa menyadari bahwa kenangan yang dibuat, dalam suatu konteks tertentu, punya potensi jadi bumerang bagi masa mendatang. Masa depan, kita tidak pernah tahu, kan?

Sampai suatu saat kita akan menyadari bahwa : akan ada saat di mana kita tidak perlu menciptakan terlalu banyak kenangan. Entah, mungkin biar tidak perih nanti jadinya ketika ada suatu hal yang tidak kita harapkan terjadi. Biar jadi rahasia Allah saja. Pun ketika memang takdirnya, berarti begitulah sebagaimana direncanakan olehNya di lauhul mahfuz sana. Jika tidak, maka kita tidak akan mengeluarkan energi yang lebih besar untuk berdamai dengan masa lalu (kata Bang Tere, bukan untuk melupakan, bukan?) dibandingkan jika kita terus membuat kenangan. Karena ada batasan-batasan yang diberikan Tuhan.

Kurasa, tidak perlu dijelaskan lebih panjang lagi, kamu juga pasti sudah mengerti.

tentang banyak hal,
ditambahi perenungan notulensi Jumat 2 pekan lalu

gambar dari sini.

2 komentar:

  1. Balasan
    1. silakan bun, dengan senang hati. Semoga manfaat dan semoga dapet esensi kenapa aku nulis ini, ya :)

      Hapus