Rabu, 26 Juni 2019

Balasan untuk Ima




Halo Ima, terima kasih suratnya.

Surat yang hadir tanpa aku tahu apa sebabnya. Surat yang hadir tanpa kamu tahu apa yang terjadi kemarin sore yang membuatku tidak stabil bahkan kecewa sampai Allah berbaik hati menundukkan hatiku--juga waktu--untuk lebih tenang sepulang kantor tadi.

Surat yang membantuku menjadi cermin, atas hari-hari yang pernah berlalu. Atas cerita yang kusampaikan. Atas sedikit yang kau tahu dari keseluruhan isi hati dan hari. Atas sekian kecil diriku dalam seluruh semesta lingkaran pertemananmu.

Surat yang menjadi cermin bahwa aku patut menghargai diriku sendiri atas hal-hal yang terjadi. Baik atau buruk, kesal atau sedih, merasa dewasa sesekali dan merasa chilldish lebih sering lagi, aku tetplah aku. Tidak berkurang sesenti pun. Bukan orang lain, bukan orang yang paling kuidamkan untuk menjadi, pun juga mungkin bukan sosok yang suamiku kelak harapkan sepenuhnya. Tapi kita akan terus berjuang, kan, untuk menjadi hamba yang Allah sayang, yang Allah ridhai, yang Allah mau peluk dan beri senyuman. Iya kan?

Terima kasih sudah menjadi cermin. Aku mengingat hari-hari yang pernah berlalu. Kamu yang kena imbas ketika ada yang kecewa padaku, aku yang kamu sinari hari dan hatinya, aku yang menyiramimu keluh dan kesal suatu hari, aku yang kamu beri ruang untuk mengetahui, aku yang banyak terbantu, dan terakhir, aku yang sedikit mengeluh lalu kamu beri aku sederet kata, membentuk kalimat jitu yang telak memukul ulu hatiku; untuk fokus mensyukuri apa yang telah Allah anugerahi.

Terima kasih sudah menjadi cermin. Lewat ingatan itu, aku jadi belajar. Bahwa sesungguhnya diri ini telah melewati banyak sekali hal. Yang harus direnungkan, disyukuri, diambil pelajaran. Yang barangkali aku tidak pernah menyadarinya sendiri baahwa sudah banyak sekali hal yang telah berlalu, telah dihadapi, dengan segala suka dukanya, dengan segala hal baik dan barangkali, lebih banyak hal buruknya. Aih, maafkan aku ya Allah.

Ma, sedari September lalu-bahkan aku masih ingat, ingin sekali aku tulis panjang sesuatu tentangmu.

Ima terima kasih telah menjadi satu dari sekian banyak kasih sayang Allah untukku.

Aku,
yang tentu saja menangis kau sampaikan itu.
dan juga menangis menulis balasan ini

p.s kamu, siapapun yang membaca. tentu juga telah melewati banyak hal-yang kamu perjuangkan.
terima kasih ya. terima kasih untuk dirimu sendiri. Jangan menyerah, ya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar