Siang-siang .
Tumben sekali,
mungkin untuk pertama kali
setelah sekian waktu lamanya tak hujan
menghantam ayuhan kakiku
pada pedal sepeda biru
di tengah-tengah perjalanan menyebrang
orang-orang berlarian
siapa peduli?
aku hendak menyebrang
sedikit lebih deras
biar saja, tetap mengayuh
sekalipun banyak yang minggir, berhenti, meneduh
ingat, menghampiri motornya lagi, mengangkat jok, ambil ponco pelindung diri
bajuku basah, orang-orang memandang
entah, mungkin heran
biar saja, sungguh tak mengapa
aku tahu batasnya
sampai akhirnya kayuhku terhenti
hujan ternyata tak mau toleransi
padahal tinggal menyebrang satu fakultas lagi
baiklah, baiklah
dear hujan, kali ini aku berhenti
aku berdiri, dua kaki menapak bumi
sepeda? masih kokoh ia berdiri
dari tadi bikin bajuku basah?
biar saja,aku tak peduli
dan dalam berdiri itu
aku memandangi
orang-orang berlarian,
orang-orang di atas jok dengan jas hujannya--berusaha ngebut
dan dua orang dengan helm bergegas menancap gas
tiba-tiba melihat celah
baiklah, trotoar ini punya kanopi
sekalipun angin sedikit kencang
dan tentu saja tetap kena tampias
setidaknya tak terlalu deras
dingin, aku suka
dan sungguh menikmatinya
hey,tiba-tiba ingat
kakak yang suka pergi sendiri ketika memikirkan sesuatu
hahaha, kak, kita nyaris sama rupanya
baiklah, baiklah
ini sudah di penghujung kanopi
dan hujan masih tak mau mengerti
baiklah, biar aku turun, berdiri mengamati
sekitar, di kampus berjas putih ini
orang-orang pindah kelas kuliah berlari
satu-dua pakai jas putih tutupi diri
hufh...tetap saja tak temui teman sendiri
satu, dua, tiga,
entah berapa mobil yang silih berganti
datang dan pergi
dan aku masih menunggu
melawan kata-kata yang mencuat dalam kepala dan hati
sabar,sabar,
kau punya bagiannya sendiri
dan masih saja diam.
menunggu
mereka-reka
apa harus menerabas ?
aku sih, sesungguhnya tak mengapa
yakin, sembari memandangi kaki bersepatu wanita
tapi kutahan, tunggu dulu saja
takut disangka orang gila--
dan berat semakin terasa rupanya di belakang sana
dan akhirnya
hujan berbaik hati
mempersilakan aku lanjutkan kayuhan
biar saja satpam memandang heran
maka, aku lanjutkan perjalanan.
siang ini, sungguh tampak seperti hendak senja .
dan aku suka .
dulu di IC, hujan deras menerpa di hari terakhir UN,
tetap saja menyenangkan
dan juga hari-hari hujan lainnya,
aku ingat
bagaimana ketika saya dan Nida harus berjalan di antara deras sepulang reguler
ketika foto BT profil pertama
menunda makan malam karena ia datang saat maghrib, dan deras
jamaah putri yang sepi ketika ia datang sebelum iqamah
perjuangan berjalan cepat-setengah berlari, antara masjid dan tempat bersuci
*ah, sekarang ia sudah ditanggulangi
dengan atap-atap kanopi
hujan suatu sore, bertemu sahabat, berbincang seusai ashar
rencana kado spesial buat orang spesial yang akan ia beri
teduh, syahdu sekali suasana sore itu
hingga pulangnya harus lewat jalur yang nyaris tak pernah dilewati
dan hujan-hujan lain yang tak segan membuat geram kami karena ia membasahkan kaos kaki
dulu di DM, aku ingat hujan di mana aku mengisi formulir pendaftaran IC dengan tangan yang basah
aku ingat bagaimana riangnya kami menyambut deras itu di antara kamar-kamar
yang tanpa atap,
hari Sabtu--biar saja seragam Pramuka basah
tak peduli
kami tetap riang diguyur air langit
langkah-langkah norak, tawa-tawa bahagia
senyum yang terpancar di tiap suasana
rasa riang banyak orang karena tak harus shalat di Masjid
--meski kadang ada juga yang ingin
celotehan di ruang makan
cipratan air yang mengenai diri ketika membawa piring hendak mencuci
hujan, kau mengingatkanku pada banyak "sesuatu"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar