Jam 5
Jalanan mulai ramai, orang-orang pulang. Ini Jumat, malam
Sabtu, Kawan. Banyak orang yang ingin segera menghempaskan badan, menghilangkan
lelah-lelah, penat-penat di sekujur badan.
Dan aku masih berjalan.
Aku memandangi bangunan megah di seberang. Sedang dibangun.
Tukang-tukangnya masih sangat giat bekerja. Entah kapan mereka mengakhiri hari
ini dari pekerjaan itu. Pulang? Atau menginap. Ah, aku jadi ingat di suatu
pameran, dua penjaga stand saling menggoda. Yang satu buka HP, lihat-lihat foto
buah hati, berbicara pada diri sendiri. “Aku kangen anakku.” Temannya
menggoda,”Pualng sana, kangen anak-istri kan?” Aku tahu, jika istrinya dengar,
ia pasti akan tersenyum. Dan...merasakan hal yang sama.
Dan aku tetap berjalan.
Sederet warung kantin sudah tutup. Hanya satu-dua yang masih
buka. Entah menunggu sisa-sisa habis terjual, atau alasan lainnya. Aku baru
sadar, minumku habis dan aku tahu aku masih butuh sampai jam delapan nanti. Aku
memutar arah, menghampiri salah satunya, bertanya harga minum. Ah, di kios ini
rupanya harga air mineral mahal sekali. Baiklah, baiklah. Salahku juga mungkin
tak beli di tempat yang lebih murah yang aku tahu.
Aku melanjutkan jalanku.
Baru beberapa langkah, aku berhenti. Memutuskan makan di
sini. Biar saja sepi, banyak orang telah pergi. Toh ini memang jam pulang.
Biarlah, biar. Kubuka nasi kucing kecil seribuan yang tadi kubeli. Aku memulai
makan.
Ruangan ini terbuka, namun cukup gelap untuk senja yang
menjelang. Banyak sekali motor menuju arah yang sama. Pulang. Tentu itu
tujuannya. Dan aku hanya mengamati pemandangan itu, yang berlatarkan pepohonan
rindang bak hutan mini—mungkin milik Fakultas Biologi sana. Aku pun melanjutkan
makanku. Biarlah sepi.
Selesai makan, merasakan getar telepon genggam. Tersenyum
sekilas membaca, namun apa daya ditunggu juga tak ada.
Aku kembali berjalan.
Memutar arah sedikit ke tempat sampah, kemudian melangkah lagi.
Di sana, kakak-kakak sedang penutupan panitia acara. Tentu
seru sekali ya. Ramai, antri, berebut, entahlah. Makanan-makanan itu ditata bak
pesta pernikahan saja rupanya. Prasmanan dengan meja-meja cantik dilapis kain
merah-putih-emas. Lauk-pauk dan sayuran mengepul di tempat-tempat aluminium
berkaki. Sungguh, mirip sekali dengan acara-acara di gedung sana.
Dan aku masih melanujutkan jalan, sebentar lagi aku duduk,menunggu.
Memandangi oran-orang bergerombol keluar dari gedung—barusan dari lab
sepertinya. Dan memandangi sekelompok orang di lapangan basket—entah sedang
apa.
Senin lalu, ada skenario muncul di benakku. Tak usah diceritakan, ya.
Malam Sabtu, semoga ia selalu menyenangkan J
2012-10-12, @Mushala Mipa Utara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar