"Heu, gitu ya. A, B, C, D emang ga ada yang kayak gitu?" Saya menyebutkan beberapa nama, lupa berapa.
"X ekspresif, tapi nggak panik. Y hmmm, ekspresif, enggak sih. Iya kamu doang yang kayak gitu."
"Lalu, gimana biar saya bisa nggak kayak gitu?"
"Tarik nafas dari hidung, keluarin dari mulut."
*mempraktekkan*
"Kamu nggak pernah ya Fit nggak ngapa-ngapain?"
"Ha, maksudnya gimana?"
"Iya, kamu nggak pernah ya nggak ngapa-ngapain?"
"Nggak ngapa-ngapain itu apa? Bengong?"
"Iya, bengong 10 menit gitu pernah nggak?"
"Kalau bengong saya nggak inget. Tapi gimana mungkin nggak ngapa-ngapain? Lihat langit-langt aja kan ngapa-ngapain. Nafas juga ngapa-ngapain..."
"Saya dulu waktu kuliah, sering. Dengerin musik atau murottal gitu, di kampus hari sabtu, di pinggir lapangan sambil nonton basket. Sekian menit. Terus jadi tenang."
"Kok bisa jadi tenang?"
"Iya, kalau denger murottal kan gitu, jadi tenang" dijawab malu-malu.
"Kamu dengerin apa nonton basketnya?"
"Dua-duanya."
"Hoo, bisa gitu, ya dua-duanya. Terus efeknya apa ke kehidupan sehari-hari? Kalau itu kan ya emang nggak ada apa-apa. Ga ada deadline, kerjaan, dan lain sebagaianya."
"Kebawa kok Fit, kerasa."
"Wah, bisa gitu ya."
Kayaknya saya butuh banyak latihan biar gak panik, dalam hati.
***
Oh, sama butuh penawar yang bisa menenangkan, dari diri sendiri kooook. Yha, kalau mau bantuin juga boleh.Tapi kan gitu ya kehidupan, selalu ada aja ceritanya. Dan kemarin kan saya nulis ya soal kekhawatiran yang bertingkat.
Kalo kata Ummi, jangan takut. Yakin bisa, dengan bantuan Allah.
Seringkali, yang ditakuti hari ini, nggak semenakutkan itu kok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar