Jumat, 19 April 2019

Yang Dilihat di Perjalanan

Waktu itu Kamis, ingat sekali 14 Maret 2019. Aku datang siang, menuntaskan beberapa hal dulu di rumah. Sampai di Badr mungkin sekitar jam 14 (and i also remember tentang kolam belakang dan mendesain kaos)

Waktu itu kalau tidak salah, temanku cerita. Dia biasanya keluar kosan itu jam 9an buat berangkat kantor sekalian sarapan. Lalu pagi itu, karena dia mau urus A5, dia pagi-pagi jam 7an keluar buat fotokopi. Katanya, saya melihat sesuatu yang gak biasa saya lihat. Say aihat orang-orang berangkat sekolah, saya melihat pagi. Begitu katanya, kira-kira.

Saya jadi nyambung. Saya juga cerita. Karena saya jarang berangkat siang banget, dan waktu itu saya berangkat sekitar jam 1 setengah 2 gtu dari rumah, saya ihat kehidupan siang. Anak-anak yang pulang sekolah, dan lain sebagainya. Lalu kita bertiga jadi menertawakan aja, hal-hal yang nggak biasa dilihat.

Saya jadi ingat, dulu saya juga pernah bilang ke temen. Coba deh kamu sekali-kali pulang kantor lebih cepat dari biasanya, nanti melihat hal yang nggak biasa kamu lihat. Waktu itu di hari sebelumnya napaknya saya juga pulang cepat. Saya melihat anak SD (yang masuk siang, sepertinya) pulang sekolah, saya berpapasan dengan wajah-wajah penjemput yang mencari-cari anaknya, juga wajah-wajah anak SD yang mencari penjemputnya. Wajah-wajah lega dan saling melempar dadah berpammitan. Satu dua menyeberang, pulang sendiri. Lalu saya juga lihat mobil tahanan lewat di depan SD itu. Saya sedih pas itu, lihat mobil tahanan lewatin SD dan mungkin cukup sering karena memang di situ ada arah ke rutan gitu.
Tapi waktu itu temen saya menggeleng, dia bilang jalan pulangnya ngga lewat hal-hal semacam itu. Baiklah.

Kamis itu juga, saya perlu ambil cetakan di margonda area detos. Saya ke sana habis buka puasa dan maghriban. Ingat waktu itu Pak Yatno nyiapin pisang dan singkong rebus yang cukup banyak. Saking banyaknya sampe nyisa banyak banget di kantor. Dua temen saya so lucky mendapatkan pisang turahan makan siang peserta shortcourse.

Waktu saya mau pulang, Kak Ardi nyuruh bungkus pisang dan singkong rebus itu. Saya menolak karena khawatir di rumah gak kemakan. Tapi Kak Ardi bilang, buat diagi-bagi Fit, ke orang yang gak kamu kenal yang ditemui di jalan. Tadinya saya ragu, kayak mikir, perasaan saya ngga pernah ketemu siapa-siapa di jalan. Beda sama Kak Ardi yang bilang sering melakukannya, karena bayangan saya waktu itu, Kak Ardi pulang lewat stasiun dan di stasiun banyak sekali orang yang mencari nafkah, mulai dari anak-anak kecil yang jualan tisu, pengemis, dan lain sebagainya. Tapi akhirnya, saya bawa aja. Satu bungkus.

Dan....saya pulang tapi kan ke percetakan dulu ya. Margonda. Suatu pola yang gak biasa saya tempuh mengingat arah pulang ke Bogor. Jadi saya melihat hal yang lain dari biasanya.
Margonda malam hari itu, rasanya miriiiiis sekali.
Entah berapa banyak orang-orang dengan hasil memulungnya, atau mengambil sampah plastik yang masih bsia dipakai, ada di pinggir-pinggir jalan Margonda. Ketika saya pergi dan pulang. Yang hanya berdua ibu dan anaknya, yang berempat; ayah ibu dan kedua anaknya. Atau mungkin juga yang sendiri. Banyak sekali jumlahnya. Saya sampai menyesal hanya bawa satu kresek waktu itu.

Ya Allah, rasanya sedih sekali. Semalam itu mereka sekeluarga baru pulang. Watu menyebut kata pulang, saya bahkan jadi ragu juga, apakah mereka betulan pulang atau tidak. Apakah mereka punya tempat berteduh? Atau ya sehari-hari bersama gerobaknya juga. Tinggal di sana, hidup di sana. Semoga mereka lekas Allah beri tempat dan penghidupan yang layak, ya.

Sepanjang perjalanan pulang, saya jadi mikir itu sih, yang jadi judul tulisan ini. Yang Dilihat di Perjalanan. Kalau temen saya Senin lalu bilang, orang lihat motor lewat di jalan aja, bisa beda apa yang dipikirinnya satu sama lain. Lalu saya jadi mikir aja, mungkin apa yang kita lihat selama perjalanan, berangkat atau pulang, dalam kantor atau di luar, itu yang membantu menjadikan diri kita saat ini. Meskipun ada juga kemungkinan terlalu biasa melihat sehingga tidak membuat hati menjadi peka.

Semoga kita termasuk menjadikan apa-apa yang dilihat sebagai tempat belajar dan menjadi priibadi yang lebih baik. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar