Jumat, 26 April 2019

Lesson Learn 24-26 April 2019

1. Hubungan manusia ke manusia itu cerminan hubungan manusia sama Allah
-kata-kata my fav girls yang saat ini tidak menemani di ruangan. Jadi ingat ingin menulis obrolan sama mereka tentang dekat dengan Alquran belum jadi-jadi.

2. Belajar ndak menyerah dan berjuang lebih keras
setelah segala lelah sepagian (u can guess from last post that i draft), sorenya aku dapat email kalau naskah yang aku ikutin seleksi belum rezekinya lagi :") Jadi emang judul April ini semacam bulan penolakan //gaboleh ngomong gitu nanti jadi doa *kata bedah buku magnet rezekinya kak big//, sampai tanggal 23 kemarin aja ya semogaaaaa. Ada naskah bardbook yang tahun ini aku kirim lagi ke penerbit lain setelah 2017 belum rezeki~yang ditolak waktu hari buku anak 2 april kemarin. ada naskah cerpen kartiniku yang aku mentorin lagi ke mas teguh dan itu idenya udah dikirim dari 2017 sebagai rubrik opini umum gitu, lalu 2018 aku kirim as cerpen juga cuman mungkin terlalu mepet ngirimnya, tahun ini aku sampakan lagi pada peraduan. tapi namanya belum rezeki ya gimana yaa. mungkin aku kelewat pede dan salah juga ga nyoba kirim ke media cetak lain (untuk yang mau kasi feedback boleh kasi email nanti kukirim insya Allah). lalu terakhir yang kemarin ditolak 23 april, waktu hari buku. naskahnya dulu sempat diapresiasi waktu pelatihan soal 3 paragraf pertama di Bandung Februari lalu, meski tetap ada masukan juga. kemarin aku kerjakan masukannya namun memang belum rezeki :")) Hanya lucu aja, semua momen penolakan naskahnya pas hari buku anak, hari di mana diperingati karena Kartini menulis, dan hari buku. Masya Allah, bagus sekali untuk dikenang.

Tapi ada teman pelatihanku yang lolos. Namanya Mas Dwi, dulu peserta pelatihan Si Bintang juga di Jogja November lalu. Positifnya jadi ada obrolan di grup itu lagi. Mas Dwi dulu juga bantu aku kasih masukan ke naskah boardbook yang aku kirim. Aku masih ingat wajah beliau yang runyam waktu mikir revisi berjenjang selama workshop. Namun memang pengalaman beliau sudah lebih banyak. Mas Dwi ini kalo aku liat mirip ayahnya temenku hihi. Aku minta belajar dari naskah mentah beliau tapi rupanya pihak pelatihan yang sekarang melarang ngeshare naskah mentahnya.

Lalu juga membuka obrolan soal peserta yang lulus Gerakan Literasi Nasional. Daeng Gegge yang lolos GLN juga dulu sempat kasih testimoni susah banget ya bikin naskah buku anak tuh. Waktu pelatihan di Jogja, Daeng sebagai salah satu petinggi di FLP yang udah nulis buku buat umum, pertama kali nulis buku anak di pelatihan ini dan mengungkapkan kesulitannya. Jadi ya sama-sama. Tapi Daeng meski belum punya portofolio, nekat bikin aja buku anak indie sendiri, ngusahsin nyetak sendiri dan urus ISBN, sama ya cantumin aja buku hasil pelatihan FLP di portofolionya walau belum jadi. Lalu Daeng lolos dooong peserta GLN yang kemarin seleksinya emang mengharuskan punya portofolio buku dulu :") Malah tempat beliau nyetak buku, juga ikut seleksi, lalu tidak lolos. Memang ya rezeki Allah itu ndak bisa ditebak, tapi selalu ada, dalam bentuk yang tepat untuk setiap hambanya :")

Aku ga kut seleksi GLN karena ga ada portofolio dan waktu itu udah japri panitia buat nanya, tapi ternyata gaes, masih ada jalan menuju Roma ya. Itu lihat Daeng Gegge juga ndak nyerah gitu aja, cobain aja tetep kirim berkas, usahain apa yang bisa diusahain. Emang kalo ga nyoba ya kemungkinan kalah langsung 100%, kalo nyoba kan seenggaknya punya modal awal menang alias lolos seleksi 50% :") Aku terharu sih sama perjuangan suhu-suhu dan senior-seniorku di grup ini.

Lalu soal seleksi satunya juga aku belajar. Ini kegagalanku yang keempat. Tapi ya setiap orang punya jatah gagalnya masing-masing menuju sukses. Aku japrian sama Kak Marissa dan Kak Marissa cerita tentag kata-kata Dinda, teman kami juga. Dia pernah bilang ke Kak Marissa tentang kegagalan Kak Mar, dibilang, "baru 8 kan Mar, yaudah coba lagi aja...."
Kata Kak Mar, mungkin rezeki kit nanti di percobaan ke 10, atau ke 12. Kalo berhenti sekarang gak ketemu, hahaha. Walau capek. Gapapa, niatnya karena senang kan?"
Kak Marissa pernah tanya aku beberapa kali kayaknya, tapi senang kan Fit ngelakuinnya?



Momen ini jug membuat aku dapat suntikan semangat dari orang-orang yang percaya gitu sama keinginanku. Huhu aku terharu dapet japrian. dapet virtual hug juga dari arum.





Kemarinnya juga habis baca tulisannya Masgun tentang mengejar mimpi. Lalu hari ini pas dapet pengumuman ini juga sempat bahas mimpi dan levelnya. Aku pun pernah ada pada pikiran, apakah ini bener yang aku pengen? Apakah aku betulan ingin menulis cerita anak? Bagaimana kalau nanti berubah? Bagaimana jika aku tiba-tba merasa nggak mau lagi mengejar impian ini? Bagaimana kalau ternyata hal itu mengecewakan orang, bahkan orang terdekat yang mendukungku? Atau bagaimana jika setelah terwujud, euforia membuatku berhenti? Atau bagaimana jika aku mentok kalau udah terwujud, kayak bingung habis ini apa ya?
Padahal mah ya jangan mikir gitu atuh Fit. Ayo menanam dan menumbuhkan pikiran baik dan positif biar hidupnya penuh energi positif. Kayaknya emang butuh banget ni aku pikiran-pikiran positif, perasaan-perasaan posiitif, dan motivasi positif.


Ohiya, ini dak terlau penting sih (kayak tulisan ini penting aja woi), kemarin waktu rasanya lagi sedih tu, denger lagu yang isinya ungkapan sayang ayah ke anak Kayak jadi oase aja dari kegersangan lagu yang kalo isinya perasaan antar lawan jenis seringnya. manis ya. terus di videoklipnya ada buku summerhill school yang dijadiin panduan dan referensi temenku dalam mendidik bahkan dia taruh di proposal nikahnya 2017 lalu. jadi penasaran sama isi bukunya (padahal umi lagi nyuruh baca macem-macem ehe). terus reflek sama lagu hatiku sedihnya film musikal sherina. emang yang reflek-reflek susah diboongin ya tentang isi hati dan perasaan. ckckck.
Kepikir mau cerita tentang tidak lolos ini tapi ternyata sarannya sebaiknya ga usah.

3. Momen Kecil yang Membahagiakan
Salah satu hal menyenangkan kalo lagi ngerasa down adalah dihubungin orang-orang. Pernah suatu ketika di tahun lalu perasaanku lagi ga enak banget, temen KKNku tiba-tiba weh nelpon. Aku langsung ke balkon dan aku kayaknya pas itu sampe nangis bentar gara-gara seneng banget disapa orang lama ngga ketemu dan ngga bertukar kabar di tengah segala perasaan lelah.
Lalu kemarin Selasa juga gitu. Tiba-tiba saja Ayah Umak KKN ku nelpon dari Madinah :") video call bahkan di perjalanan ke stasiun. Terus ada beberapa japri, ada diskusi kecil, ada inspirasi besar, ada perasaan senang membagi duniaku ke orang lain. Senang sekali rasanya dikelilingi teman-teman yang baik dan supportif. Senang sekali disapa, dijapri bahkan sesederhana, Fit kalu mau ngerjain di mushala nggakpapa, meski temenku ini nebaknya aku cukup down dengan hal satu, namun waktu itu aku lebih sedih lagi karena ditolak :"). Tapi yaudah, everything shall pass. And what doesn't kill you make you stronger.

4. Fokus
Rabu waktu aku pulang, aku kepleset di tangga. Sudah berdiri dari posisi semi jatuh dan melangkah lagi, aku kepleset lagi. Membuat panik kaka-kaka yang melihat saja....
Pulangnya di perjalanan hampir nyerempet atau kesrempet orang (entah mana yang hampir nyerempet mana yang diserempet)). Pagi  kemarin hampir nabrak orang. Aku jadi bertanya-tanya kenapa ya aku? Susah fokus apa aku akhir-akhir ini?Tapi emang fokus lagi menjadi tantangan sih kalau aku coba merenungi beberapa tindakanku hari-hari belakangan. entah mengapa

5. Merenung
Aku butuh kontemplasi ni kayaknya. Butuh banyak ngobrol sama Allah.
Itu isi kepalaku di perjalanan pulang saat hampir sampai rumah, Selasa atau Rabu lalu. Belum done tapi huhuhu.

6. Belajar
Memang ya, Allah ga akan ngebiarin hambaNya ga diuji walau sedikit saja. Sedih ujian, senang juga ujain. Jadi emang lagi kerasa, saat membulatkan tekad, mau jadi lebih baik di suatu hal. Langsung Allah kasih aku ujiannya. Lalu aku gagal melewatinya :"""""
Lalu Allah kasih aku lagi ujian yang mirip karena aku ndak berhasil melewatinya.
Sungguh pas banget ujiannya sama apa yang sudah aku niatkan. Padahal waktu ga diniatin, ga ada tuh ujian kek gitu. Masya Allah ya :""""
Jadi kepikir, memang kalau mau menghindari atau lulus dari suatu ujian. Bisa jadi yang bisa diusahakan di skup kecil adalah menjauhi triggernya :")

7. Menjadi Orang Tua
Kemarin diskusi soal beberapa prinsip sama teman, tentang value yang diajarkan orang tua yang kok kayakanya kacamata manusia kita masih sulit ya nerapin itu di kehidupan sehari-hari. Lalu aku jadi kepikir, masya Allah, susah banget ya jadi orang tua. Bagaimana anak mau nurut tapi bukan karena takut, karena tau kalau itu memang perintang untuk menaati Allah. Soalnya kalo karena takut gitu nanti anak cari aman deh, yaudah gapapa kalo ga ketahuan, hihihi.
Tapi kata Ummi emang, jangan dipikir takutnya. Mirip semangat dari Kak Big waktu bedah buku magnet rezeki nih, ubah pikirannya jadi bisa. Insya Allah Allah mampukan.

8. Menjadi Orang Tua part 2
Tadi pagi lihat igstori kak Asti tentang GTM (Gerakan tutup mulutnya Hafshah). Terus ada beberapa poin soal minta ke Allah supaya anaknya mau makan. Tertulis, mungkin ini sebuah permintaan receh ke Allah, tapi kalau ga minta sama Allah terus sama siapa lagi?
Lihat juga wastory Suci tentang cerita keahiran anaknya (cepat sekali ci hampir setahun berlalu sejak kamu menikah :")). Yang masya Allah dimudahkan sekali Mulai dari afirmasi positif, dukungan keluarga, dan pengharapan ke Allah, usaha dan doa. Terharu :"). Luar biasa ya orang tua tuh. Tapi lebih luar biasa lagi orang tua yang sepenuh hati doa, ikhtiar, dan tawakal ke Allahnya kerja bareng-bareng. Semoga Allah kuatkan dan mampukan.


9. Doa yang Panjang
Tadi aku lihat seorang Kakak, yang baru saja usia menikahnya 11 harian. Doanya lama usai zuhur. Aku tersenyum haru bahkan sampe berkaca-kaca. Peran baru, amanah baru, keluarga baru. Aih, banyak sekali tentu pinta yang perlu dilangitkan, soal kesakinahan keluarga, soal kekuatan menjalani peran dan amanah baru, soal menjadi sebaik-baik istri untuk suaminya, soal kekompakan keluarga. Karena kalau ngga minta ke Allah, ke siapa lagi dong ya? :") Pantas saja ya doa ibu makin panjang Makin banyak anaknya juga mungkin akan bertambah panjang :"")
Ya itu tebakan dan kesoktauan aku aja sih. Tapi rasanya manis :")

10. Apa yang Disenangi
Aku pernah punya rasa penolakan dalam diri mengerjakan sesuatu yang aku tahu itu bukan pengejaranku jangka panjang Tidak ada dalam rencana-rencana atau keinginan.
Tapi kemudian tersadar aja kemarin, ah ternyata aku masih egois ya, menghindar karena itu. Padahal kan masih relate sama pekerjaan. Dan pekerjaan juga amanah. Dan akhirnya hal tersebut pun kuusahakan jua :")
Satu dua aku kadang sampai juga pada pertanyaan, apa sudah menjalani apa yang diinginkan? Walau ya aku senang dan sayang kok dengan pekerjaan sekarang Tapi kadang-kadang ada aja tu muncul momen begitu. Hehe, emang manusiaaa manusia. Bingung ya? Maksudku, kadang aku nanya, kenapa ngerjain ini itu tapi ga bisa ngebela-belain buat nulis. Kenapa willingnessku menambah skill di bidang kerjaan ngga semenggugah dan seinisiatif buat ikut dan daftar-daftar di bidang menulis. Duh apa aku mesti diwork on lagi kayak waktu itu. Nggak mau tapi adang rindu. Rindu semangatnya :") Ckckck, manusia. Hayo Fit, ga bisa apa emang ga agendain? ga bisa apa emang ga meluangkan waktu? ga bisa apa ga mau?

11. Fahri UN, Fatih Sakit
Fahri ujian nasional. Sebenarnya niatan aku dari pekan lalu, aku pengen pulang sore terus sepanjang Fahri UN. Tapi ternyata itu tidak kuusahakan maksimal. Aku masih menjadi budak bukan tuan pekerjaan dan ndak memprioritaskan huhuhu.
Apa ya, ada perasaan pengen nunjukin dukunganku ke Fahri. Kemarin-kemarin pun selama Fahri UN, kalau aku kalah oleh lelah, aku bahkan tidur duluan daripada dia. Meskipun hanya erbaring dan melihat langit-langit. Ngobrol sendiri maupun sama Allah. Jadilah mulai hari keberapa kemarin itu, pokoknya pagi harus salim, harus ngasih semangat, gitu kataku ke diri sendiri. Suka malu kalau dia belajar, atau pas liat aku pagi-pagi, akunya malah sibuk sama HP. Itu di aku perasaannya kayak, ini gue lagi berusaha, si kakak kok kayaknya enak banget ya. Kan kalo lagi berjuang enaknya dapet temen berjuang bareng-bareng ya :"), jadi aku tu niat awalnya pengen jadi temen berjuang dia... Dulu aku UN SMP SMA selalu sama temen-temen asrama. Jadi kerasa semua orang berjuang gitu. Aku senang juga dia pakai rumus yang kurangkumin dari bukunya :")
Memang being elder sister rasanya suka ngga mudah.

Fatih sakit. Tapi tadi pagi ngomongnya sudah banyak. Sudah bisa melucu. Sudah bisa ngasih soal ke aku tentang faktorial (padahal aku baru tau faktorial juga SMA). Kadang ngerasa bersalah kalau Fatih lagi banyak cerita akunya lagi balesin pesan jadi ga fokus sama dia. Dia di rumah libur UN. Tapi karena sakit ya ndak banyak aktivitas memang. Lucu tadi pagi tiba-tiba minta makan, tapi mintanya Indom**, katanya, alasannya kan lagi sakit. Hahaha, bisa ae emang anak ini. Atau salim tapi arahnya minta ke kompresnya, katanya biar keteken lagi kompresannya.

Pulang hari ini aku sembari pesan makanan. Tadinya mau kubeli tapi kalo aku mampir jatuhnya aku same rumahnya lebih lama. Niatnya beli mensyukuri Fahri yang sudah selesai UN. Fahri senang, alhamdulillah. Meski di akhir setelah Makasih ya Mbak, dia bilang, Fahri jadi takut kalau nilainya nggak sesuai harapan (memang ya rejection doesn't kill you, expectation does, ckckck). Tapi aku bilang ndak apa-apa. Kan sudah berusaha, sekarang waktunya berdoa. Aku senang sih dia terlihat hepi sekali waktu makan. Walaupun katanya maunya burger hihihi.

Pernah suatu waktu Fahri nih curhat sama aku. Dia merasa nggak diapresiasi sama Umi Abi. Aku tahu, bukan Umi ga apresiasi sih, tapi memang dia ni keliatannya minim banget belajarnya. Banyak main rubiknya. Pinjem HP Umi buat main game. dsb dll. Tapi dia sampe nunjukin akun ig sesuatu aku lupa yang isinya video sepasang orang tua dengan 2 anaknya. Yang satu nilainya bagussss banget yang satu jelek. Tapi si ibunya tau anak yang nilainya jelek ini usahanya keras, belajar sampe begadang, dsb. Terus waktu suasana ga enak di meja makan karena bahas nilai, ibunya alihkan pembicaraan dan nyendokin lauk yang enak gitu kalau ga salah ke anak yang nilainya jelek. Penghargaan atas usaha kerasnya.

Aku minta link video itu ke Fahri terus aku forward ke Umi. Aku bilang apa yang dia rasain. Aku pun menyadari sih, beda banget dia mau UN sama dulu aku mau UN Ya mungkin karena aku sekolah asrama juga ya jadinya kerasa banget, lha wong semuanya UN kan iklimnya iklim belajar. Dia nih kemarin waktu masa-masa TO, UASBN, dan pemantaan materi, ngga ada feel-feel UNnya sama sekali aku tu ngerasanya. Jadi aku paham, sudut pandang Umi kalau ngasih nasehat, kalo gemes, karena dia ngga keliatan belajarnya. Terus udah gitu alesan dia, kan udah belajar di sekolah. Ya kan kurang maaaas kalo hanya di sekolah aja. Lalu juga dengan hasil TO yang agak sedih kan Umi makin gemes ya. Memang ujian cem ujian nasional ini yang disiapkan dua sih, mental aanak dan mental orang tua. Karena kadang ada, yang anaknya biasa aja lalu orang tuanya yag panik, atau bahkan menekan. Ummi sebenarnya nggak ada sih kalo sampe menekan yang gimana gitu. Pengennya sih anaknya sadar, mau belajar dan meningktkan intensitasnya. Juga meningkatkan intensitas mendekat ke Allahnya. Kalau diingat-ingat aku pun dulu kayaknya Umi ajarin buat tahajud waktu menjelang UN SD deh. Ya mungkin telat juga, tapi ndak papa dari pada tidak sama sekali hehe.

Ya gitu sih, hanya sedikit makanan yang dibeli tapi dia senang alhamdulillah :")

Sudah malam, ikan bobo (ala-ala iklan taun berapa ya? hehe)
Eh tau ga funfact kalau ikan bobo ga merem loh. Karena dia ga punya kelopak mata.

Semoga jadi lebih baik setelah menuliskan hal-hal ini. Semoga menjadi pelajaran yang tertuang dalam laku.

Rumah, 1.59
tadi aku udah tepar duluan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar