Jumat, 21 September 2012
Dua Windu Insan Cendekia
Dua windu Insan Cendekia
Setahun yang lalu, saya masih ingat.
Hari Rabu itu, dengan seragam putih abu
makan siang yang tak seperti biasanya
Pelajaran Kimia yang jadi ajang cerita
dua jam pelajaran lamanya
Bu Icus, dua jam terakhir di hari Rabu. Tepat setahun yang lalu, Bu Icus cerita banyak hal tentang Insan Cendekia. Mulai dari perekrutan guru, tentang cerita ketemu sama seseorang yang sekarang jadi suaminya, tentang anak-anaknya, tentang kebanggaan beliau terhadap lingkungan IC.
Ehm, Bu Icus cerita dari masa-masa daftar kuliahnya, daftar di IKIP, berencana jadi guru, dan waktu itu bahkan beliau nggak pernah tahu, kan kalau beliau akan jadi guru di IC?
And all stories inspired me enough, really .
waktu itu, saya sempet nulis di notebook saya. Hari itu juga, entah waktunya kapan. Setelah Bu Icus selesai cerita, atau nulis pas Bu Icus lagi cerita, atau malah ba'da shalat Ashar. Entah, saya nggak tahu pastinya kapan, lupa :P
Awalnya, anak cowok XII NS 3 yang minta Bu Icus cerita. Ngarang-ngarang alesan lah pokoknya. Kan hari ini IC ulang tahun, Bu... Haha, padahal mah, bilang aja males belajar. Tapi Bu Icus, yang kali itu jam responsi alias jam buat ngerjain soal, amat baik hati. Beliau yang menghargai momen milad IC yang ke 15 kala itu kemudian memilih untuk bercerita.
Ada kutipan kalimat yang diomongin Bu Icus, yang saya catat
"Karena dari kecil saya tahu dan paham betul bagaimana perjuangan kedua orang tua saya dan bagaimana mereka lebih mengedepankan pendidikan anak-anaknya daripada keinginannya, maka saya fokus belajar."
Kedua, waktu Bu Icus cerita masalah kuliahnya. Karena awalnya kuliah untuk menjadi guru bukanlah pilihannya.
"Sampai tahun kedua-ketiga saya kuliah, saya masih berpikir, kenapa saya kuliah di IKIP? Tapi ketika PPL, dan saya mulai mengajar, dengan jarak perbedaan umur yang sedikit dengan siswa, saat itulah saya menyadari dengan benar-benar, bahwa saya adalah seorang guru."
ehm, saya juga nggak tahu kenapa saya nulis kalimat-kalimat ini--yang menurut saya cukup membuat saya terinspirasi dan merasakan 'nyes' di hati saya. Saya bisa saja waktu itu nulis ceritanya Bu Icus tentang IC, semuanya. Dari jaman sekolah yang dipake bukan bangunan IC sekarang, cerita asramanya dulu juga cuma satu bangunan, cerita dulu waktu belum ada masjid yang dipake buat shalat jamaah adalah lab komputer--yang kadang dulu guru juga pengen nonton si dul habis tarawih, tapi ditahan-tahan untuk pulang duluan. Karena toh, murid-muridnya juga nggak ada yang pulang, sama-sama menunggu sampai se-set acara tarawih berjamaah plus ceramahnya berlangsung. Ingat juga cerita kantin kejujuran, cerita dulu kamar mandi di kamar guru kadang ditumpangin anak-anak mandi sebelum sekolah, sampai bagaimana Bu Icus memilih tinggal di rumah guru (masih di lingkungan asrama IC juga) dan bersyukur bahwa di sini, anak-anaknya tinggal di lingkungan yang baik, dan kakak-kakaknya yang sekolah di IC (maksudnya seluruh siswa IC) bisa jadi contoh terbaik bagi mereka agar bisa semangat sekolah kalo lagi males *haha, inget anak-anaknya Bu Icus deeh :3
Terakhir, kutipan kalimat Bu Icus : " Saya tahu awalnya, maka saya juga harus tahu akhirnya. "
Insan Cendekia, semoga bisa selalu jadi lebih baik, ya :')
Insan Cendekia tetap semangat
membentuk siswa siswi berprestasi
bekal yang kuat, iman dan taqwa
guna meraih cita-cita tertinggi
Belajar mandiri bertanggung jawab
jalin kebersamaan yang islami
bersatu tekad, dan satu sikap
sumbang bakti bagi pertiwi
Giat belajar dalam menuntut ilmu
Kreatif serta inovatif berkarya
Insan Cendekia teruslah maju
Insan Cendekia raihlah Asa
Insan Cendekia bersatu padu
Insan Cendekia tetaplah jaya
--mars MAN Insan Cendekia Serpong :')
Semoga selalu bisa jadi doa yang baik bagi Insan Cendekia
--21 September 2012, Dua Windu Insan Cendekia :)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
insan cendekia.... hebat..
BalasHapus