Semua Ikan di Langit-Ziggy Z.-hlm 141 |
Ah, tidak. Saya tidak akan membahas apa yang saya pikirkan.
***
Jeda beberapa jenak, dua undangan masuk pada menit yang sama. Dua adik asrama. Yang satu pernah seruang, yang akan menikah juga dengan teman asrama di gedung putra. Yang satu lanjut hingga jadi teman sekontrakan pasca asrama. Tanggal menikahnya pun sama. (Sebelumnya udah diomongin sama teman seperjalanan pulang, benar lagi ada undangan, dedek-dedek semua *maksudnya anak 2013)Aku (yang masih sulit meyakinkan diri untuk memulai jenjang hidup baru ini) jadi menghubung-hubungkan kalimat di paragraf itu dengan kabar dua kawanku yang menyebar undangan ini (tiga bahkan, karena salah satunya menikah dengan teman kami juga). Pertanyaan saya selalu sama setiap mendapatkan undangan pernikahan. Apa yang membuat seseorang merasa mantap dan yakin untuk berjalan menuju jenjang pernikahan? Titik apa, saya bertanya-tanya. Ini juga yang saya tanyakan pada Suci tempo hari saat saya meneleponnya lama.
Dalam perjalanan menuliskan ini, aku membaca sebuah blog yang menuliskan bahwa ia tak mau menikah untuk bahagia jika ia belum bisa membahagiakan dirinya sendiri. Jadi, penulisnya simpulkan, kalau menikah untuk bahagia, sebaiknya jangan menikah dulu. Karena kebahagiaan pernikahan hanya temporer dan jika belum bahagia, pasangan dan anak-anaknya kelak bisa jadi korban ketidak bahagiaannya.
Waktu saya membaca kutipan di buku itu, saya belum meneukan kutipan paragraf yang saya kutip dari blog orang lain itu. Dan saya hanya menuliskan saja sih, bukan dalam rangka menyetujui sepenuhnya. Meski mungkin make sense juga. Tapi saya jadi ingat kata-kata di Sabtu Bersama Bapak yang saya amini sampai saat ini. "Kata Bapak, membangunn hubungan butuh dua orang yang solid. Yang sama-sama kuat. Bukan saling mengisi kelemahan."
.
"Karena untuk menjadi kuat, adalah tanggung jawab masing-masing. Bukan tanggung jawab orang lain."
***
Hari ini dan kemarin-kemarinnya barangkali saya menemukan dan mengetahui jawaban orang lain. Lalu saya berjanji pada diri sendiri, kelak kamu akan menemukannya, Fitri. Jangan terburu-buru, jangan berputus asa.
22 Juni 2018
Kereta Angke-Nambo
dalam beberapa hal yang membenak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar