Senin, 28 Januari 2019

Tentang Beberapa Hal

Tidak semua yang terlihat baik-baik saja sejatinya baik-baik saja. We never know what happen in every person and what she/he struggling for.

Aku tahu persis wajah lelah di gadis itu. Mata yang memaksakan untuk terjaga. Tanggung jawab yang tiada habisnya. Tanggungan amanah. Juga telinga yang dicari banyak orang.

Aku tahu wajah gadis lainnya yang sebisa mungkin dipasang ceria. Padahal hal-hal belakangan sangat membebani pikiran. Kadang ia menatap langit, hujan, pepohonan, atau benda apapun untuk mengalihkan pikiran-pikirannya.  Tuhan siapkan rencana apa, ia belum bisa membaca.

Aku menebak ekspresi kecewa di gadis itu.  Tapi aku selalu percaya bahwa kuatnya melawan keinginan-keinginan akan pengakuan. Dan ia selalu tulus dalam melangitkan doa, turut berbahagia, dan berupaya sekeras yang ia bisa. Aku saksi perjuangannya. Dan itu pun baru yang aku tahu. Masih banyak yang belum ku indra. Aku sangat tahu, dua tahun tidak pernah membuatnya keluar dari predikat lebih dari layak untuk menyandang apa yang memang menjadi going extra miles nya

Aku tahu sekarang soal menunggu. Kalau kamu bisa membayangkan rasanya seorang anak yang menunggu balasan surat dari ibunya,  ia kira ibunya belum mengirimkan, padahal sudah namun belum jua sampai, maka siapa yang lebih layak disebut sabar? Ibunya yang sudah sejak lama mengirim dan menurut perhitungannya seharusnya sudah sampai (dan bahkan menurut hitungannya ia sudah mendapat balasan dari si anak), atau si anak yang berpikir kenapa ibunya belum juga kirim surat balasan?
Entahlah, aku juga jadi tahu soal hubungan keluarga ternyata kadang-kadang pelik.  Tapi bagaimanapun,  keluarga adalah orang yang tidak pernah menyerah untuk mengusahakan yang terbaik, kan? 

Orang-orang kadang berupaya keras menyembunyikan apa yang dirasakan.  Lelah,  sudah mau menyerah, kesal, ingin protes, tidak nyaman, sakit, sulit, overload. Memaksa diri kadang baik, sebagai mastato'tum. Ihsanu amal. Namun perhatikanlah satu hal: kadang mudah sekali baik atau berupaya maksimal untuk orang,  kecuali satu:  diri sendiri. 
Hargai dan sayangi ia. Penuhi apa yang dibutuhkan. Wahai diri, jujurlah.

-padahal beberapa hari belakangan ingin menahan diri menulis.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar