Sabtu, 12 Juli 2014

Menjaga Allah

Abdullah bin ‘Abbas -radhiyallahu ‘anhuma- menceritakan, suatu hari saya berada di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau bersabda, “Nak, aku ajarkan kepadamu beberapa untai kalimat: Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kau dapati Dia di hadapanmu. Jika engkau hendak meminta, mintalah kepada Allah, dan jika engkau hendak memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah. Ketahuilah, seandainya seluruh umat bersatu untuk memberimu suatu keuntungan, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan andaipun mereka bersatu untuk melakukan sesuatu yang membahayakanmu, maka hal itu tidak akan membahayakanmu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.”

Di suatu forum, Bunda bilang bahwa seharusnya kita tidak pernah merasa bosan, BT, kesal, sebal karena kita punya Allah. Merasa ada Allah yang begitu dekat seharusnya akan memberikan rasa tenang. Katanya lagi, aneh kalau kita rajin shalat tapi masih suka sedih, atau masih suka pusing kalau nggak punya uang. Rugi kalau kita punya Allah, tapi kita nggak ngerasa happy.

Bunda bilang, ada makna lebih dari sekadar Allahu akbar dan itu harus dirasakan oleh seorang Muslim. Ketika bertakbir ada nikmat yang harus dirasakan atas kebesaran Allah yang begitu banyak memberi nikmat pada diri kita. “Seratus dua kali kita takbir dalam sehari tidak merasakannya, rugi kita jadi orang Islam kalau begitu!” Ah, betapa shalat ini masih harus terus diperbaiki dan diperbaiki agar dapat memaknai kekhusyuannya :”

Bunda bilang, utamakan ridha Allah daripada ridha manusia. Betapa masih sering diri ini takut pada murka manusia tapi abai pada murkaNya.
“Sesungguhnya barangsiapa yang mencari ridha Allah dengan marahnya  manusia, maka Allah akan cukupkan baginya akan segala keperluannya di dunia ini. Tetapi barangsiapa yang mencari ridha manusia dalam keadaan Allah murka, maka Allah menyerahkan nasibnya kepada manusia.” [Hadits Riwayat At Tirmidzi]
Betapa masih sering diri ini ingin merasa lapang di dunia tapi lupa bagaimana cara lapang di akhirat. Padahal, bukankah hidup abadi adalah hidup di akhirat? Masih begitu cepat mengeluh pada cobaan dunia padahal Allah pun sudah pernah bilang bahwa hambaNya pasti akan diuji (QS Al Baqarah 155-157). Dan bahkan, bukankah kita tidak akan diuji melampaui batas kemampuan? Dalam suatu cerita Bunda, ada sesorang yang sedang dalam keadaan ihram ia datang bulan. Mengeluhlah ia, marah-marah pada Tuhannya. Lantas apa? Sampai selesai serangkaian agenda (saya lupa haji atau umrah) ia masih dalam keadaan datang bulan. Kemudian Bunda bercerita lagi tentang seseorang yang mengalami nasib sama. Tapi orang kedua ini memasrahkan pada Allah. Ia bilang (kurang lebih) begini, “Ya Allah, kalau ini memang kehendakMu, maka aku ikhlas. Sesungguhnya Engkau tahu yang terbaik bagi hambaMu.” Dan selesai satu perjalanan, entah bagaimana kuasa Allah terhadapnya, ia tak lagi datang bulan. Selesai hanya dalam hitungan jam. Ah, sungguh Allah sesuai persangkaan hambaNya ya :’).

Allah amat menyayangi kita. Kita harus percaya itu. Bahwa kalau kita mendekatinya satu jengkal, maka Ia mendekati kita satu hasta. Jika kita mendekatinya satu hasta, maka ia mendekati kita astu depa. Kalau kita mendekatinya dengan berjalan, maka Ia akan mendekati kita dengan berlari (HR Bukhari). Betapa kalimat ini sudah sering kita dengar, tapi memang begitu bukan sifat kajian? Kadang mendatangi beberapa majelis ilmu akan memberi kita ilmu yang pernah diperoleh sebelumnya. Persoalannya adalah terkadang kajian dapat mencharge semangat kita kembali untuk terus menerapkan kebaikan yang dikehendakiNya. Atau baiklah, bahasa formalnya, mendatangi kajian akan mencharge iman kita.


Maka sekarang, sudah seberapa besar penjagaan kita terhadapNya? Padahal dari jauh-jauh hari kita juga sudah tahu : jagalah Allah, maka Allah akan menjagamu.

(masih di) Jogja, 
kajian yang bisa dibilang termasuk pada catatan cinta dari Deresan
Tulisan hari empat belas yang ditulis agak terlambat

2 komentar:

  1. Balasan
    1. makasih buat apa coba Leen?
      tapi...sama-sama ya :)
      semoga bermanfaat :))

      Hapus