Ini cerita hari ketiga Ramadhan saya.
Ada dua hal yang pengen sedikit diceritain hari ini, biar (agak)
fokus, dipisah aja ya postingannya :3
Seperti malam sebelumnya, kami (pasukan kosan) shalat
tarawih (kalo nyebut shalat tarawih, tentu satu set sama shalat isya serta
witirnya) di masjid dekat kosan. Setelah shalat isya menjelang khutbah, kotak
amal diedarkan. Saat sampai di tempat kami, Mbak Kos (sebut saja begitu), ngajak
berbincang sedikit.
Mbak Kos : Kapan ya Fit, kita bias masukin uang seratus ribu
gitu ke sini…(sambil masukin uang infaknya)
Saya : Kalau masukin mah bisa aja mbak, masalahnya mau apa
nggak (sebenernya saya ngerti sih maksud mbaknya ini kata bisa itu semacam
berat dan masih susah buat kita)
Mbak Kos : (Masih belum ngeh kata-kata saya tadi) Belum bisa
Fit…
Saya : Kalau masukin kan gampang kan Mbak? Kita kalau punya
uang seratus ribu ya udah tinggal masukin aja kan? Masalahnya ya itu, mau apa
enggak…
Mbak Kos : Iya Fit…tapi rasanya berat….
Percakapan kami terhenti di situ. Saya ngomong kaya gitu
mungkin keliatan sok bijak atau gimana. Percayalah bahwa, saya juga merasakan
hal yang sama. Sebagian besar kita, apalagi mahasiswa belum berpenghasilan (ini
aja saya berbincang sama Mbak Kos yang udah berpenghasilan) kemungkinan besar
akan merasa berat untuk menginfakkan uang berangka nol lima buah itu. Ada
banyak hal yang harus dipenuhi, semisal urusan perut, perkakas kebutuhan
kuliah, iuran ini itu, dan lain sebagainya. Masalah bisa dan mau, saya hanya
meniru apa yang pernah saya dengar. Bahwa seringkali, permasalahannya bukan
antara bisa atau tidak, tapi mau atau tidak. Hal yang masih juga saya pelajari
untuk diterapkan.
Ini baru bicara soal infak dan materi yang terlihat sekali betapa
dibutuhkannya di dunia. Padahal kalau pernah denger suatu quote dalam video ini
“Being rich is not about how much you have, but how much you can give”
*huaa ini videonya bikin nangis bangetT^T*
Dalam agama pun kita tahu bahwa yang abadi adalah
amalan-amalan kita. Apa yang kita infakkan dengan keikhlasan, bukan harta benda
yang pernah dimiliki di dunia. Ini bukan berarti kita nggak boleh merhatiin
kebutuhan hidup. Ya ini juga harus, nanti zalim sama diri sendiri. Memenuhi hak-hak
diri kan juga wajib :) Dan meninggalkan yang wajib itu dosa. Jadi tetap harus diperhatikan. Berarti persoalannya
adalah bagaimana kita bisa memenuhi hak-hak tubuh sebagai pemenuhan kewajiban
terhadap nikmat tubuh yang sudah Allah beri, namun tetap bisa menyisihkan untuk
tetap berinfak di jalanNya. Sudah bisa sedikit-sedikit saat ini? Alhamdulillah.
Kemudian, saat ini kita belajar untuk dapat berinfak lebih banyak lagi.
Bisa dan mau juga aplikasinya banyak banget di sendi
kehidupan ini. Semisal ngambil amanah-amanah penting, menantang diri sendiri
buat apply beasiswa atau exchange atau nyoba ikut conference, bahkan menghafal
firman-firman Allah di Al Quran. Sekali lagi, pertanyaannya kita mau alasan nggak
bisa atau nggak mau? Kalo kata buku sidu di bagian bawah biasanya
"Where there is a will, there is a way"
*yaampun ini saya sampe apal tanpa liat bukunya, Pernah liat juga kan?*
Jadi, kita ini nggak bisa atau nggak mau?
Yuk belajar bersama! Semangat :))
Tidak ada komentar:
Posting Komentar