Minggu, 24 Maret 2019

Ai, Aku, dan Kenangan Masa Kecil

Senin saat meetup, Ai pm aku di line. Ngajak ketemu.
Ai adalah teman SDku. Terakir ketemu mugkinn waktu buka puasa SD yangg saat itu kami semua lulus SMA. 2012 kalau begitu. Nikahan Tria kemarin di Andalusia dia sakit. Ai ngajar les bahasa Jepang di Depok juga, nggak jauh dari kantorku. Aku baru tahu beberapa waktu lalu waktu kami berencana datang ke nikahan namun Ai tidak jadi bisa datang.

Waktu aku datang, Ai baru dapat telepon. Rupanya pihak perusahaan tempat Ai melamar yang menelepon. Meminta Ai mengirim CV lengkapnya untuk diteruskan ke perusahaan Jepang.

Dulu Ai adalah murid pindahan. Ia masuk di kelas empat saat kami hendak ujian kenaikan kelas ke kelas lima. Ai pindahan dari Jepang dan seharusnya sudah naik kelas lima. Tapi kalau dia ke kelas lima, akan sulit ssekali ikut ujian kenaikan kelas ke kelas enam. Ai di Jepang dari TK besar. Waktu Ai baru masuk, Ai masih kesulitan berbahasa Indonesia. Bekalnya pun masih gaya Jepang. Makannya masih pakai sumpit. Aku juga ingat waktu menemukan komik conan yang tebalnya kayak Nakayoshi kalau di Indonesia. Lalu aku baca dan berpura-pura menebak apa dialog gambar yang menunjuk pulpen di saku. Lau benar. Dan kami tertawa kala itu.

Kami juga sempat pada fase-fase seneng banget ngobrolin conan the movie yang tayang panjang hari minggu sekitar waktu maghrib. Bahkan bisa ngobrolinnya via telepon waktu iklan. Ckckck, segitu nggak bisa tahannya ya ngorolin filmnya. Padahal besok di sekolah juga ketemu.

Dia juga sempat cerita setiap malam ibunya semacam ngebimbelin dia dan kakak adiknya buat belajar bahasa Indonesia. Bahkan Ai sempat muntah-muntah karena stres dengan pelajaran di sini. Luar biasa ya perjuangan Ai. Bahkan ayah ibuku-ayahku kenal ayahnya Ai ternyata-sampe nyebut Ai itu Aisyah Jepang, padahal nama aslinya juga bukan Aisyah, tapi Aisyiyah

Ai bercerita dengan semangat sekali tentang melamar kerja di Jepang. Tentang inginnya Ai bekerja di Jepang. Tentang bayangannya. Kalau aku tanya, kenapa Ai ingin bekerja di Jepang, Ai tidak bisa menjawab. Tapi aku jadi sadar, Ai mirip aku.

Kesenanganku soal masa kecil yang menyukai buku anak cukup merasuki alam bawah sadarku. Sehingga aku ingin menjadi penulis buku anak sampai sekarang. Mimpi yang entah kapan aku akan mengusahakannya demikian keras *huft. Mimipi yang masih aku inginkan dengan malu-malu. Semoga saja terwujud, aamiin.

Kupikir, Ai juga begitu. Ia punya keterikatan masa kecil dengan Jepang, sehingga sepenasaran itu ia ingin kembali ke Jepang. Sejak pulang ke Indonesia waktu SD, Ai sudah pernah dua kali ke Jepang. Waktu menang lomba pidato Bahasa Jepang dan liburan dengan nabung. Tapi mungkin begitu ya, namanya ingatan masa kecil... Entah apa yang terjadi pada kami. Sehingga punya ingatan masa kecil yang masuk dalam alam bawah sadar, mengetuk-ngetuk dan meletup-letup minta diwujudkan.

Tadinya pengen nyari foto aku SD sama Ai. Ada beberapa. Tapi aku malas beranjak dan membuka file-file lama yang tidak di laptop ini....

Semoga lancar ya Ai :)
Semoga kelak aku juga bisa ke Jepang dan mengunjungi Ai di sana :")

Tidak ada komentar:

Posting Komentar