Selasa, 19 Maret 2019

Belajar Sabar dari Ummu Sulaim

Aku nggak akan bererita panjang lebar soal Ummu Sulaim. Tapi tadi entah kenapa rasanya menarik aja waktu Kak Ridho cerita soal nama sprint yang baru saja dilalui, namanya Ummu Sulaim. Sprint 40 TemanBisnis.

Ummu Sulaim adalah ibu dari Anas Bin Malik. Tentang Anas ini sendiri pun Ima sudah pernah ceritakan sebagai nama sprint-sprint sebelumnya. Anas dipelihara bahkan sempat menempel pada Nabi. Kalau tidak salah tangkap pada akhirnya Ummu Sulaim (nama aslinya Rumaisha) berpisah dengan suaminya karena suainya tidak beriman. Ia pun membesarkan anaknya sendirian.

Waktu berselang, beberapa orang datang melamar Ummu Sulaim tapi ia tidak mau. Sampai suatu ketika Abu Thalhah dengan percaya diri datang melamar, karena ia orang terpandang yang kaya dan punya kedudukan. Tapi Ummu Sulaim juga tidak mau. Abu Thalhah kala itu belum beriman. Hingga akhirnya Abu Thalhah masuk Islam dan kemudian mereka pun menikah, dengan maharnya keislaman Abu Thalhah. Ummu Sulaim waku itu bilang, "Sungguh tidak ada alasanku menolakmu selain keislamanmu."

Ummu Sulaim dan Abu Thalhah benar-benar membela dan menjaga Islam. Aku mungkin kurang nangkap bagian ini, tapi kalau tidak salah tangkap, keduanya ikut berperang dan termasuk ada di garda terdepan.

Suatu ketika Abu Thalhah ikut berperang dan Ummu Sulaim menjaga anaknya yang sakit. Ketika Abu Thalhah pulang, Ummu Sulaim benar-benar memberikan pelayanan yang baik sebagai istri. Menyiapkan hidangan yang enak, dan lain sebagainya. Sehingga hilang lelah Abu Thalhah dan ia sangat senang hari itu. Ummu Sulaim tidak membahas kondisi anaknya yang pada saat itu sebenarnya sudah meninggal. Baru paginya ia tanya pada suaminya, "Apa pendapatmu jika ada orang yang meminjamkan uang, lalu ketika diminta ia tidak mau mengembalikannya?" Suaminya bilang, "Itu tidak benar." Lalu Ummu Sulaim berkata, "Sesungguhnya putra kita adalah pinjaman dari Allah dan Pemiliknya telah memintanya kembali." Kagetlah Abu Thalhah, namun ia sudah kehilangan kata-kata. Kecerdasan Ummu Sulaim barangkali telah membuatnya sadar akan siapa yang berhak atas putra mereka.

Ada poin yang dihighlight oleh Kak Ridho
Bahwa Ummu Sulaim sabar membesarkan anaknya sendirian, dan anaknya tetap menjadi anak yang taat, bahkan menjadi salah seorang yang dekat dengan nabi.
Bahwa Ummu Sulaim sabar ketika ada yang datang, dan melihat imanlah satu-satunya yang dapat menjamin dirinya
Bahwa Ummu Sulaim sabar ketika anaknya meninggal, tidak panik dan berlebihan dalam bersedih, di mana seringnya perempuan lebih histeris atau panik. Ini malah Abu Thalhah yang lebih kaget sebenarnya, tapi bisa teredam dengan ketenangan istrinya.

Terus tadi sebelum zuhur aku ihat ada buku berjudul Melangkah Searah: Asam Manis Rumah Tangga Muda. Aku jadi berpikir aja. Belum baca padahal.

Kesbaran itu luar biasa ya.
Rasanya kalau lagi melaluinya tuh panjaaaaaaaaaaaaaaaaaang banget, ndak tahu ujungnya di mana. Ndak tahu tuntasnya kapan.

Tapi lalu aku mikir. Mungkin itu caranya Allah menyiapkan diri kita menjadi pribadi yang lebih baik.
Contoh ya, gegara aku lihat buku tadi..
Orang yang berproses menuju menikah katanya sih ada aja ujiannya. Dan tentu ujian sabar sudah pasti menjadi bagian dari proses itu. Mungkin bagian besar malah. Sabar kan banyak, ya. Dari yang awal sampai yang misal udah jelas iya aja mungkin masih ada ujian-ujian kayak keluarga besar atau urusan macem-macem. Pantes Abidah dulu pernah bilang, orang yang jdi menikah itu udah hebat banget  lo Fit, karena udah banyak yang mereka lewatin pastinya. Nah, balik lagi ke tadi, ujian sabar itu mungkin akan mendewasakan dia, mempersiapkan sebelum mereka menjalani kehidupan sesungguhnya di pernikahan dan kehidupan rumah tangga. Makanya, jalani dengan ikhlas dan penuh kesabaran Minta pertolongan agar dikuatin Allah biar nanti di medan selanjutnya juga lebih kuat.

Juga sama dengan ibu hamil. Mungkin perjuangan Ibu hamil beda-beda. Tapi umumya hamil kan berat banget ya. Perubahan hormon, mood, keinginan, sakit badan, pantang makan a b c d, disarankan makan e f g h, belum lagi apa kata orang. Nah mungkin itu untuk mempersiapkan sang Ibu agar kelak siap ketika anak udah lahir. Karena akan lebih banyak lagi ujian sabar ketika anak lahir. Sabar dalam merawat, menyusui, mendidik. Sabar dalam menghadapi hal-hal yang menjadi keaktifan si anak (untuk tidak bilang bandel). Sabar menjawab segala pertanyaan anak. Sabar dalam (lagi-lagi) mendengar apa kata orang. Belum nanti kalau di sekolahnya kalau di lingkungannya, atau perubahan zaman, dan lain halnya. Hebat banget ya sebenarnya kalau bisa lulus ujian sebelumnya, ke depannya akan lebih tough gitu ibunya. Dan kalau Ibunya sabar, anaknya juga mungkin akan lebih behave. Dan nggak mencontoh ketidaksabaran ibunya di kemudian hari. Masya Allah.

Jadi dear diri, yang lagi belajar sabar. Nikmatin aja ya. Kita nikmatin bareng-bareng, ya. Banyak banget sekarang yang mesti disinergiskan sabarnya. Kalian mungkin juga, ya. Yang di atas contoh aja sih dan kebetulan contohnya kek gitu karena lihat buku tadi. Kalau kata Kak Shanin, kita perlu fight, bukan flight. Berjuang, bukan kabur menghindar.

Dulu kamu pernah lho Fit nulis ayat tentang sabar di sini.

kali kedua nulis intinya dulu baru akhirnya diedit setelah postingan ali imran jumat kemarin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar