Kamis, 16 Mei 2019

Bermain dengan Ayyash dan Hanna

"Ayyash sama siapa ke sini?" Datang ke kantor, surprise melihat Ayyash dari belakang lagi duduk di beanbag.
"Sama Ayah.
Lalu aku cuci tangan.
Tiba-tiba muncul Hanna dari arah audit.
"Eh mau lihat kelinci nggak? Lihat yuk."
"Udah."
"Oh udah ya."
Aku memutar otak, lalu bingung ajakin apa ya.
"Emang kelincinya di mana?"
"Ada di belakang, yuk sini lihat."
Lalu ke kolam belakang, bertiga. Alih-alih melihat kelinci, malah lebih tertarik lihat kura-kura.
"Kok makanannya ada warna ijo sama merah?"
"Iya ya ada dua warna ya. Kayak bajunya Hanna nih merah sama Ayyash hijau."
"Tapi nggak ada warna kuningnya." Celana dia warna kuning.
"Lucu ya kura-kuranya kalau makan dia mulutnya ke atas-atas gitu dapetin makanannya."
"Eh itu ada apa?" Nunjuk sisa potongan wortel di dasar kolam.
"Oh itu wortel. Mungkin kura-kuranya pernah makan wortel terus nggak habis ya. Ayyash suka wortel nggak?"
"Suka, kan bikin sehat."
"Bikin sehat apa tau nggak?"
"Hmmm...." mikir
"Wortel bikin sehat mata. Kalau Hanna, Hanna suka wortel nggak?"
"Enggak."
"Wah padahal wortel sehat lho. Wortel makanan apa tadi Yash?"
"Hmm makanan..."
"Ber..." lupa juga tadi Ayyash ngomongnya apa ya. Tapi emang soalku susah sih ckck. Nyesel juga aku nanyanya bukan pake term yang dibilang Ayyash, makanan sehat..
"Ber..."
"Bergizi."
Kayaknya susah kata bergizi.
"Iya wortel bagus buat mata."
"Tadi ikut Ayah ambil uang."
"Oh ambil uang di mana?"
"Itu di depan sana."
"Jalan atau naik apa tadi?"
"Jalan aja, kan deket."
"Itu apa warna merah di kepalanya?"
"Mana? Oh yang dekat mata itu?"
"Iya, kayaknya aku tau deh. Kayaknya itu kupingnya. Soalnya waktu kita ngomong merahnya gerak-gerak."
"Ooh gitu ya, iya ya telingaya nggak kelihatan ya." Kataku sambil senyum. Hihi lucu ya dikira telinga. Tapi bsia jadi benar juga sih aku juga nggak tau.
"Ih itu tangannya kenapa?" Jadi ada kura-kura yang tangan kirinya gak gerak gitu, sebelahnya gerak.
"Oh ia ya, kenapa ya dia?"
"Kukunya cuma dua."
"Emang kuku tangan yang satunya lagi ada berapa?"
"Ada empat!"
"Kalau manusia jarinya ada berapa?"
"Lima."
"Kalau sama tangan yang satunya lagi?"
"Sepuluh."
"Kalau sama kaki ada berapa?"
"Ada dua puluh."
"Tangan dua sama kakinya ada dua. Jadinya lima."
"Eh, ko ada lima. Coba kita hitung lagi yuk."
"Sepuluh." Haha, ternyata dia jadi ngitung jari.
"Ini tangan kakak kan ada dua. Kalau sama kaki jadi berapa?"
"Sepuluh."
"Yaudah kita itung jari yuk. Satu, dua, tiga..." diikuti.
"Kalau kaki ada berapa coba pakai kakinya Ayyash. Kalau kakak pakai kaus kaki jadi nggak keliatan."
Tapi nggak jadi ngitung, balik ke topik semula, setelah Ayyash lihat kakinya.
"Tangannya ada dua, kakinya ada dua. Dua sama dua jadinya empat."
"Iya benaaar!"
"Eh Ayyash ingat nggak sih nama Kakak siapa?"
"Hmm nggak tau."
"Eh padahal kita pernah ketemu lho, waktu di atas itu."
"Di mana?"
"Di ruangan yang atas."
*Muka mikir. Mau jelasin waktu baca buku kayaknya lupa juga.
"Waktu Ayyash sebelum belajar ke BISA."
Heu, gak ingat juga kayaknya. Yaudah kenalan aja.
"Nama Kakak Kak Fitri." Maunya pake Kak, gamau pake Tante.
"Kalau ini siapa namanya?"
"Hanna." Sengaja ajak bicara Hanna, soalnya sedari tadi diam, dan dia lebih jarang ke kantor dibanding Ayyash.
"Eh itu apa?"
"Itu hmm...serangga. Hebat ya dia bisa jalan di atas air."
"Wah iya ya, ada banyak ya. Kalau yang ini nyamuk (nunjuk ke hewan yang lebih besar dan mengambang, sepertinya sudah mati), kalau yang itu yang bisa jalan di atas air."
"Siapa yang menciptakan hewan yang bisa jalan di atas air?"
"Allah." Jawab Ayyash, Hanna juga, bergantian menjawab.
"Hebat ya, Allah menciptakan hewan yang bisa jalan di air."
"Iya."
"Ini apa sih Kak?" nunjuk undakan air terjun di kolam belakang.
"Ini buat air terjun gitu. Jadi nanti kalau mesinnya dinyalain bisa ada air yang mengalir."
"Dinyalain?"
"Iya, jadi setau Kakak kalau disambungin ke listrik nanti dia ngalir gitu. Airnya yang udah sampai bawah dialirin lagi ke atas."
"Bawah atas bawah atas, jadi muter-muter." Hanna, sambil senyum.
"Iya benar." Ikut senyum.
"Kalau Hanna sukanya hewan apa?"
"Kelinci."
"Ooh kelinci. Itu ada kelinci." Tapi kelincinya mojok diem gitu jadinya kita nggak tertarik.
"Kalau Ayyash?"
"Ayyash sukanya rusa."
"Kalau rusa ada tanduknya ya?"
"Iya."
"Ayyash kenapa suka rusa?" Aku juga bingung sih nanya ini kenapa, kan kadang suka ngga ada alasan.
"Soalnya larinya cepet." Aku mau ngenalin hewan cem cheetah tapi dak jadi.
"Kalau Hanna kenapa suka kelinci?"
"Hmm soalnya lucu." Hanna jawab, malu-malu. Tapi senyum kecil, lucu deh dia.
"Hanna sukan kelinci, tapi kelincinya yang pink," Ayyash menanggapi sambil senyum separuh meledek.
"Itu kenapa makannya dilepeh?" Nunjuk kura-kura. Makan makanannya, lalu dilepeh.
"Oh iya ya ada yang dilepeh. Kenapa ya?"
"Kayaknya dia kekenyangan deh."
"Iya kayaknya dia kekenyangan."
"Hanna sukanya makan apa?"
"Ayam."
"Ayamnya diapain?"
Diam, mikir.
"Digoreng, di...(aku mikir direbus tapi kan ayam gak common ya direbus terus makan kan ya), dikecap, atau apa?"
"Hmm, digoreng."
"Kalau Ayyash sukanya makan apa?"
"Ayam juga."
"Ayamnya diapain?"
"Ayam rica-rica."
"Wah, kalau ayam rica-rica itu rasanya gimana sih?"
"Pedes."
"Ayyash suka pedes?"
"Iya suka."
"Kalau Hanna suka nggak?"
"Enggak."
"Iya soalnya nanti kalau Hanna, kalau Hanna makan ayam rica-rica nanti dilepeh." Ayyash yang ngomong.
"Kalau minum, Hanna suka minum apa?"
"Hmmm susu stroberi."
"Oooh, warnanya pink yaa..."
"Kalau Ayyash?"
"Ayyash sukanya susu coklat."
Lalu diralat ditambahin.
"Eh tapi susu putih juga. Kalau susu coklat kotor kayak air ini," nunjuk air genangan di undakan air terjun belakang. "Jadi Ayyash minumnya cuma sedikit terus taruh di kulkas."
"Terus yang habisin susunya siapa?"
"Hmmm Ayah!" mikir dulu dia, baru bilang ayah.
"Ayah mana sih, kok lama. Kan nanti Bunda nungguin di rumah."
Ganti arah ke area kolam deket ruang Skydu.
"Eh kura-kuranya ada di sini!"
"Wah iya ya ada di situ. Kok Kakak nggak liat waktu dia ke situ ya."
"Dia nanti jalan ke atas nggak sih?"
"Hmm Kakak pernah kok lihat dia jalan ke atas. Tapi ternyata dia masih suka berenang ya."
"Makanannya ditinggal." (makanannya tadi disebar Bu Yati di area kolam dekat dapur).
"Oh iya ya, dia jalan-jalan dulu."
"Kan mubazir. Ayyash aja kalau makan diabisin."
"Waaah pintar."
"Eh itu ada kamar mandi juga," Hanna, nunjuk ke kamar mandi belakang deket dapur.
"Oh iya bener."
"Itu di situ juga ada. Warna pink." Hanna nunjuk kamar mandi samping tangga. Emang ya kalau udah suka tuh anak-anak keinget terus, sampe tataran warna di kamar mandi.
"Hanna kalau ke kamar mandi milih yang mana?"
"Pilih yang warna pink."
"Eh, eh itu kura-kura atau patung sih? Kok diem aja?" Kura-kuranya kayak mau keluar kolam, tapi gak gerak.
"Hmm, kira-kira apa Yash? Patung atau kura-kura ya?"
"Kayaknya patung deh, soalnya dia diem aja. Atau...atau dia sadah mati ya dari penghidupan ini?" Aku menahan tawa, lucu sekali wordingnya 'penghidupan ini'. Ayyash tertawa. Aku juga. Kak Salingga abis ngomong apa sih ke anaknya? wkwk.
"Eh, ini ada serangga lagi! Serangga yang bisa jalan di atas air. Ada banyak!"
"Wah iya, masya Allah, hebat ya Allah! Bilang apa?"
"Masya Allah."
"Bisa kita hitung nggak ya hewan yang jalan di atas air ini?"
"Hmm kalau yang di sini banyak banget nggak bisa ngitungnya. Kalau yang di sana bisa." Nunjuk area air yang lebih sepi serangganya.
"Eh ini ada mangkok."
"Mana mangkoknya Yash?"
Ayyash nunjuk arah. Aku masih bingung awalnya, karena yang Ayyash bilang mangkok itu kayak potongan aluminium bekas kemasan makanan yang cuma sepotong dan bentuknya pun sebenernya nggak kayak mangkok. Tapi hebat ya imajinasi anak itu, ke mana-mana dan nggak takut salah dibilang apa. Kusalut :")
Lama-kelamaan setelah aku bilang kok Kakak nggak liat ya? Dan dia masih istiqomah nunjuk di si aluminium itu aku baru paham, haha.
"Kalau itu apa?" Nunjuk pompa biru di undakan air terjun.
Hmm, bingung juga nak aku menjelaskannya.
"Itu pompa, buat mengalirkan air." kayaknya kujawab begitu waktu itu.
"Eh itu kura-kuranya kayaknya mau keluar." Lalu Ayyash inisiatif mau nyamperin, langsung jalan di jalan setapak yang kelihatannya berlumut. Lalu aku yang panik, hahaha. Takut licin dan bikin kepleset.
"Hati-hati ya Ayyash. Nanti cuci kaki ya?"
"Hmm, kenapa? Kenapa mesti cuci kaki?"
"Kan kotor itu?"
Ayyash lihat kakinya, "Enggak, nggak kotor."
Lalu aku lupa bagaimana namun akhirnya dia mau cuci kaki nanti.
Tiga perempat jalan, dia balik badan, setengah berlari.
"Kenapa Yash?"
"Itu ada cacing-cacingnya banyak di situ" Nunjuk semacam tempat yang kalau kutebak mungkin ada air nggenang terus ada jentik nyamuk di sana.
"Ooh."
Terus kita masuk lagi ke ruangan dalam. Aku ingatkan Ayyash, "Ayyash cuci kaki dulu yuk!"
"Oh iya lupa," ia meringis, tertawa kecil.
Kami ke arah kamar mandi pink sebelah tangga.
"Itu apa Kak?"
"Itu tempat sabun."
"Warna pink." Hanna lagi.
"Iya, kalau di rumah ada nggak tempat sabun? Warna apa?"
"Ada." Aku lupa mereka menyebut warna apa. Sepertinya oranye dan biru.
"Di rumah Tante ada nggak?" Huhu kudipanggil tante hiks.
"Hmmm" Sebenarnya nggak ada di rumah yang persis kayak gitu, adanya tempat jenis lain. "Ada."
"Warna apa?"
Hihi, anak itu bener-bener suka meniru ya. Juga meniru pertanyaanku tadi.
"Warna ungu," jawabku.
Ayyash masuk kamar mandi. Aku dan Hanna menunggu di luar.
"Kok krannya nggak nyala?" tanyanya.
"Oh iya kadang krannya nggak nyala. Pakai air dari bak aja ya."
Si ayah kedua anak ini mengintip, tersenyum melihat kedua anaknya.
"Kak," kataku ke si ayah. "Katanya tadi, Ayah kok lama banget? Bunda kan nunggu..."
"Yuk, yuk kita pulang yuk ke Bunda."
"Nggak mau ah. Maunya main sama Tante Fitri."
Lah...kan aku jadi enak ga enak ya wkwk. Padahal aku yang laporan.
Terus ayahnya jadi bertaanya-tanya gitu lewat tatapannya. Dulu pernah jadi obrolan di ruangan dan beliau bilang, cemburu banget kalau anaknya ngerasa lebih nyaman sama orang lain dibandingan dirinya sebagai orang tua.
Lalu aku ke atas, naruh tas. Udah lewat jam rapat. Merasa nggak enak. Tapi yang mimpin rapat baru datang ketika tadi Ayyash selesai dari kamar mandi. Dan ketika ke atas ternyata jadinya diundur setengah jam karena yang freelance bisanya jam segitu. Aku menaruh tas di kursi, lalu aku memutar otak gimana agar mereka nggak nempel aku karena mau rapat huhu.
Aku ke mushala. "Mau main di sini nggak?"
"Kamar mandinya pink juga." Hanna ngeh aja deh. Pas aku cerita ke Ima, kata Ima, gimana dia liat kamar mandi di ruang skydu ya, pink semua bahkan ada bathtub sama wastafelnya.
Tapi bingung juga sih kalo berdua doang main-main di mushala mungkin bosen ya.
Akhirnya kukebawah, menawarkan buku. Bilang, "Ini baca bareng-bareng deket ayah ya." Waah mereka semangat banget, lari. Aku ke atas. Yang salah adalah: aku ndak pamit dulu ke mereka bilang mau rapat. Mereka jadi nyariin deh huhu.
.
Lalu saat mereka mau pulang, aku melihat dari jendela ruang tebi yang terbuka. Tapi mereka ndak ngeh saa arahku. Ndakpapa :)

Begitulah cerita pagi dan rencana kerja sebelum rapatku yang bergeser karena ketemu mereka. Sederhana, tapi menyenangkan. :)

ditulis dari jumat habis ketemu mereka, 10 Mei kemarin, akhirnya kelar walau gatau deh nanti ada revisi gak ya kalo ada yang tibatiba keinget

waktu awal nulis sambil bertanya-tanya. kenapa sih fit mau nulisin kayak gini yang sepanjang jalan obrolan aja.
entah. untuk mengenang, barangkali? untuk menyimpan kesan?





Tidak ada komentar:

Posting Komentar