masih ingat betapa harunya ibu saat tahu ima dan abidah dipasangkan menjadi teman perjalanan kan?
tadi di perjalanan pulang ibu tiba-tiba kepikiran,
teman perjalanan yang baik, barangkali tidak selalu menyenangkan. Tapi selama kita sama-sama tahu bahwa perjalanan kita sama-sama menuju arah yang baik, yang benar, kita akan sampai pada tujuan, jika Allah izinkan.
Seperti dulu ayahnya ibu waktu ibu dan adik-adik ibu masih kecil. Dalam perjalanan, yang ibu ingat kalau adik-adik ibu mulai nggak akur, ayahnya ibu akan bilang, "Kalau berantem terus, nanti Abi turunin di jalan." Lalu yang jahil akan mengurangi-bahkan mengnolkan-jahilnya, yang menangis berusaha meredakan tangisnya, yang komentar terus jadi belajar diam.
Terlepas itu kata-kata yang baik atau bukan, benar atau salah untuk proses mendidik. Saat sudah besar, ibu tahu bahwa ayahnya ibu nggak akan beneran tega nurunin dan ninggalin anaknya di jalan. Tidak akan. Tidak akan ditinggalkan.
Mungkin perjalanan juga begitu. teman yang baik bukan tidak pernah tidak menyenangkan, bukan tidak pernah salah, bukan tidak pernah kesal satu sama lain. Namun di saat yang sama, mereka saling mengingatkan, bahwa ada tujuan yang sama yang hendak mereka tuju. Tidak pernah meninggalkan satu sama lain. Dan selama hal-hal masalah yang datang tidak membuat rute perjalanan kehilangan arah tujuan yang sama, atau berbelok arah, atau jadi berbeda arah tujuannya, ibu pikir, mestinya itu tidak akan menjadi persoalan besar.
Nak,
teman perjalanan yang baik, barangkali tidak selalu menyenangkan. Semoga ibu bisa jadi teman perjalanan yang baik ya. Untukmu, dan untuk siapapun dalam perjalanan yang ibu lalui di depan. Dan, tentu saja juga di lingkungan sekarang.
Nak,
dalam perjalanan, kalau kita sama-sama takut, gabungan orang yang takut semoga menjadi tim yang berani, ya. Yakin, dan percaya satu sama lain.
Salam sayang,
Ibu.
Semoga Allah izinkan bertemu :")
Tidak ada komentar:
Posting Komentar