Selasa, 07 Mei 2019

Balasan (Pesan Rindu)

[23:38, 5/5/2019] Ima Fathimah Shabrina: Waalaikumsalam wr wrb.

Dear fitri. Aku ndak bisa ndak nangis bacanya. Tulisan yang dari hati sekali :") terimakasih atas tulisan dan perasaan perasaan yang sampai. Beberapa terserap hangat dan beberapa tersaring tanya.

Fit. Setengah jam lagi sudah masuk ramadhan, dan pesanmu masuk. Aku ingin minta maaf atas banyak hal..

Ternyata fitri banyak menanyakan hal hal kecil saat aku disana, yang mungkin bentuk rindu. Hal penting yang abai kutanggapi. Nyatanya aku baru balas besoknya, bahkan saat sudah expired kulwa nya. Maaf ya sudah menyakiti hati fitri, atau tidak bisa memenuhi ekspektasi saat fitri mengirim pesan demikian, saat fitri menanyakan kabar sederhana yang hanya butuh jawaban sederhana pula. Tapi bahkan hal sederhana tak dapat kupenuhi dengan baik :(

Aku selalu hidup pada tiap perjalanan yang kupetualangi. Hari ini aku belajar kalau aku tetaplah cahaya yang rumah butuhkan. Yang hati temanku rindu untuk disapa, yang relung hati ibuku rindu untuk disinggahi. Yang rumah rindu untuk dikabari. Aku seringkali terlalu dalam menyesapi perjalanan, hingga lupa memprioritaskan hal hal sepenting rindu. Maaf ya fit .. aku mempelajari hal baru hari ini, lewat fitri :)

Tentu, ada banyak cerita esok. Dan ada lebih banyak yang telinga ini siap dengar.

Semoga rindu sampai pada doa doa. Semoga kecewa tidak menenggelamkan rasa di udara. Mohon maaf sebesar besarnya temanmu ini seringkali lupa. Semoga Allah peluk ia dengan lembut hidayahNya agar tidak lagi membuat kecewa hati manusia :"

See you tomorrow then, fit ❤



[08:32, 6/5/2019] fitri: Tidak apa-apa Ima. Itu kecewa yang wajar Kok. Tapi aku paham soal menghidupi yang sedang dijalani. Aku juga selama nextdev kayaknggak mau lihat hp, atau malas, atau jadi banyak melewatkan pesan. Menghidupkan hari ini dengan sepenuh yang kita bisa.

Terima kasih telah berbaik hati membaca cerita panjang ini dan menanggapi dengan hangat pula. Aku asa malu sebenernya nulisnya. Tapi aku juga belajar banyak hal baru dari Ima. aku suka paragraf Ima tentang cahaya yang rumah butuhkan relung hati yang rindu disinggahi, dan kalimat separagraf itu. Aku tidak merasa sakit hati atau kecewa yang gimana banget kok. apalagi soal kulwa aku juga suka skip ma. Benar-benar tidaaak,, kupaham soal rush dan tentang prioritas mana yang perlu dibaca lebih dulu. Setiap orang punya list mana yang tanap sadar ia sengaja pilih dan baca duluan. and it's always been okay, karena kita pun bercermin. dan itu tentu relate ke kondisi, situasi, dan lain sebagainya.

Oh ya, aku juga jadi belajar bahkan dari jawaban Ima. Bahwa kelak kalau kita sudah besar, Allah izinkan sudah berkeluarga dan punya keluarga yang lebih besar, punya anak, banyak seklai ya emosi-emosi yang perlu kita handle dan peluk erat-erat, dipilih hati-hati supaya tidak menimbulkan salah paham. Kalau di antara kita, alhamdulillah so far so good. Namun kelak di fase kehidupan selanjutnya, siapa tahu dan siapa yang bisa jamin?

Siap Ima, see you today  ❤

===============
Hari ini aku bertemu Abidah saat selesai berwudhu. Tapi aku masih hemat bicara. Buncahku kutahan agar bisa biasa saja.
Usai ba'diyah kuhampiri ia yang sedang melihat ponselnya. Kupeluk erat-erat dari belakang sembari duduk. Lama. Sampai Mbak Dian bilang, "Ada yang kangen nih." Peluk saja tanpa bicara.

Lalu Abidah bertanya, Ima kemarin dapat pelukan juga nggak?
"Dapat, di ruangan," kujawab mantap. Kemarin usai mitap aku peluk dia erat di ruangan sebelum datang orang-orang. Peluk saja, tanpa banyak kata.

Kami belum saling bercerita banyak, tentang aktivitas mereka di turki dan aktivitasku sepekan lalu di Bogor sana.
Tapi bertemu saja, rasanya sudah lega.

Alhamdulillah, alhamdulillah.

Oh ya, Ima bikin tulisan juga di sini.
Semoga kelak segera jumpa ya Ma, dengan anakmu.

Aku, yang tidak sabar melihat anak-anakmu--sebagaimana kubilang sejak lama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar